Kalina
Moderator
Menkeu Tak Khawatir
JAKARTA - Sektor finansial dalam negeri ternyata masih rentan. Anjloknya saham dan sejumlah mata uang di pasar Asia langsung berimbas terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta dan kurs rupiah.
Kemarin kurs rupiah anjlok 80 poin pada level Rp 9.150 dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp 9.070 per dolar AS. Langkah aktif dilakukan otoritas moneter dengan melakukan intervensi. Hal itu mencegah rupiah terdepresiasi lebih jauh di atas Rp 9.200-an. IHSG jatuh 23,037 poin (1,31 persen) dan ditutup di level 1.740,971.
Pengamat pasar uang Farial Anwar mengatakan bahwa salah satu penyebab merosotnya nilai rupiah adalah mata uang utama regional akibat kekhawatiran investor mengenai pertumbuhan ekonomi dunia, terutama di Amerika Serikat dan Jepang.
"Dari sisi politik, situasi di Timur Tengah, khususnya Iran, yang kian panas juga berdampak negatif pada mata uang regional. Itu menyebabkan mata uang dolar semakin kuat," katanya saat dihubungi Jawa Pos kemarin.
Menurut Farial, itu tampak dari apresiasi dolar terhadap yen hingga berada di level 118,40 lebih. Padahal, sebelumnya posisi dolar terhadap yen berada di level 117 yen.
"Ini didukung faktor fundamental yang terlihat dari data indikator ekonomi Jepang seperti produk industri Jepang selama Januari turun 1,5 persen dibanding bulan sebelumnya dan juga industri manufaktur Jepang turun 0,8 persen dari perkiraan sebelumnya 0,2 persen," katanya.
Pasar saham juga terseret arus negatif bursa regional, terutama jatuhnya indeks dari bursa Shanghai. Indeks sempat turun hingga 92 poin lebih sebelum akhirnya panic selling mereda.
Penurunan bursa Tiongkok itu dipicu kekhawatiran akan diluncurkannya index futures dan rumor pengenaan pajak atas perolehan dari transaksi saham. Pemerintah Tiongkok akhirnya mengklarifikasi dan membantah rumor tersebut. Akibatnya, bursa di Tiongkok justru ditutup rebound.
Kepala Riset BNI Securities Fendi Susiyanto menambahkan bahwa pelemahan di pasar modal bersifat sementara. Sebab, itu hanya masalah sentimen negatif indeks Shanghai Cina, bukan masalah fundamental. "IHSG diharapkan segera pulih dalam pekan ini juga," katanya.
Meski kurs rupiah dan IHSG melemah tajam, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, rontoknya IHSG bukan berasal dari isu-isu dalam negeri.
"Memang, kita akan terus waspada. Tapi, kalau faktor-faktor isu fundamental yang berhubungan dengan korporasi maupun pasar modal yang tidak ada dari dalam negeri, kita tidak terlalu khawatir," ujar Sri Mulyani.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Aslim Tadjudin mengemukakan bahwa pelemahan dolar AS di pasar global biasanya linier dengan penguatan rupiah. Namun, kemarin, saat dolar melemah di pasar global, rupiah juga melemah.
"Sebenarnya mata uang kita menguat dan diikuti mata uang lain. Tapi, hari ini agak berbeda. Saya kurang mengerti mengapa demikian," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Aslim Tadjuddin.
Terparah sejak 9/11
Pasar keuangan dunia mengalami guncangan paling tajam pada perdagangan Selasa (27/2) dan kemarin. Bursa saham di pusat keuangan dunia New York, sepanjang perdagangan Selasa memperlihatkan penurunan terbesar sejak pembukaan kembali pasar pascatragedi 11 September 2001.
Guncangan terhebat di pasar keuangan dalam enam tahun terakhir itu disebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS). Investor keuangan dunia semakin panik oleh keluarnya peringatan mantan Gubernur Bank Sentral AS Alan Greenspan mengenai ancaman resesi perekonomian AS.
Pesimisme yang meluas di pasar keuangan AS berimbas ke seluruh dunia. Di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, pasar keuangan kian terpukul dengan keluarnya prediksi pemerintah Tiongkok bahwa pertumbuhan ekonomi mereka sudah mencapai titik optimal. Investor juga mengkhawatirkan peluncuran index futures dan rumor pengenaan pajak atas perolehan dari transaksi saham.
Saat kinerja perekonomian AS dirilis, indeks bursa saham New York, Dow Jones Industrial Average, langsung terkoreksi sampai 546 poin. Tapi, menjelang penutupan, indeks ditutup pada 416,02 poin atau merosot 3,29 persen dibanding penutupan sebelumnya. Indeks di Bursa Saham Shanghai, Tiongkok, turun 8,8 persen pada penutupan perdagangan Selasa.
Rontoknya dua bursa saham utama dunia itu diikuti bursa saham seluruh dunia.
JAKARTA - Sektor finansial dalam negeri ternyata masih rentan. Anjloknya saham dan sejumlah mata uang di pasar Asia langsung berimbas terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta dan kurs rupiah.
Kemarin kurs rupiah anjlok 80 poin pada level Rp 9.150 dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp 9.070 per dolar AS. Langkah aktif dilakukan otoritas moneter dengan melakukan intervensi. Hal itu mencegah rupiah terdepresiasi lebih jauh di atas Rp 9.200-an. IHSG jatuh 23,037 poin (1,31 persen) dan ditutup di level 1.740,971.
Pengamat pasar uang Farial Anwar mengatakan bahwa salah satu penyebab merosotnya nilai rupiah adalah mata uang utama regional akibat kekhawatiran investor mengenai pertumbuhan ekonomi dunia, terutama di Amerika Serikat dan Jepang.
"Dari sisi politik, situasi di Timur Tengah, khususnya Iran, yang kian panas juga berdampak negatif pada mata uang regional. Itu menyebabkan mata uang dolar semakin kuat," katanya saat dihubungi Jawa Pos kemarin.
Menurut Farial, itu tampak dari apresiasi dolar terhadap yen hingga berada di level 118,40 lebih. Padahal, sebelumnya posisi dolar terhadap yen berada di level 117 yen.
"Ini didukung faktor fundamental yang terlihat dari data indikator ekonomi Jepang seperti produk industri Jepang selama Januari turun 1,5 persen dibanding bulan sebelumnya dan juga industri manufaktur Jepang turun 0,8 persen dari perkiraan sebelumnya 0,2 persen," katanya.
Pasar saham juga terseret arus negatif bursa regional, terutama jatuhnya indeks dari bursa Shanghai. Indeks sempat turun hingga 92 poin lebih sebelum akhirnya panic selling mereda.
Penurunan bursa Tiongkok itu dipicu kekhawatiran akan diluncurkannya index futures dan rumor pengenaan pajak atas perolehan dari transaksi saham. Pemerintah Tiongkok akhirnya mengklarifikasi dan membantah rumor tersebut. Akibatnya, bursa di Tiongkok justru ditutup rebound.
Kepala Riset BNI Securities Fendi Susiyanto menambahkan bahwa pelemahan di pasar modal bersifat sementara. Sebab, itu hanya masalah sentimen negatif indeks Shanghai Cina, bukan masalah fundamental. "IHSG diharapkan segera pulih dalam pekan ini juga," katanya.
Meski kurs rupiah dan IHSG melemah tajam, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, rontoknya IHSG bukan berasal dari isu-isu dalam negeri.
"Memang, kita akan terus waspada. Tapi, kalau faktor-faktor isu fundamental yang berhubungan dengan korporasi maupun pasar modal yang tidak ada dari dalam negeri, kita tidak terlalu khawatir," ujar Sri Mulyani.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Aslim Tadjudin mengemukakan bahwa pelemahan dolar AS di pasar global biasanya linier dengan penguatan rupiah. Namun, kemarin, saat dolar melemah di pasar global, rupiah juga melemah.
"Sebenarnya mata uang kita menguat dan diikuti mata uang lain. Tapi, hari ini agak berbeda. Saya kurang mengerti mengapa demikian," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Aslim Tadjuddin.
Terparah sejak 9/11
Pasar keuangan dunia mengalami guncangan paling tajam pada perdagangan Selasa (27/2) dan kemarin. Bursa saham di pusat keuangan dunia New York, sepanjang perdagangan Selasa memperlihatkan penurunan terbesar sejak pembukaan kembali pasar pascatragedi 11 September 2001.
Guncangan terhebat di pasar keuangan dalam enam tahun terakhir itu disebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS). Investor keuangan dunia semakin panik oleh keluarnya peringatan mantan Gubernur Bank Sentral AS Alan Greenspan mengenai ancaman resesi perekonomian AS.
Pesimisme yang meluas di pasar keuangan AS berimbas ke seluruh dunia. Di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, pasar keuangan kian terpukul dengan keluarnya prediksi pemerintah Tiongkok bahwa pertumbuhan ekonomi mereka sudah mencapai titik optimal. Investor juga mengkhawatirkan peluncuran index futures dan rumor pengenaan pajak atas perolehan dari transaksi saham.
Saat kinerja perekonomian AS dirilis, indeks bursa saham New York, Dow Jones Industrial Average, langsung terkoreksi sampai 546 poin. Tapi, menjelang penutupan, indeks ditutup pada 416,02 poin atau merosot 3,29 persen dibanding penutupan sebelumnya. Indeks di Bursa Saham Shanghai, Tiongkok, turun 8,8 persen pada penutupan perdagangan Selasa.
Rontoknya dua bursa saham utama dunia itu diikuti bursa saham seluruh dunia.