Robi merepatkan mantel tebal yang menyelimuti tubuhnya seraya mengibas-ngibas kona-yuki1 yang menempel dimantelnya. Dia melangkahkan kakinya menyusuri salju, wajahnya tampak pucat menahan terpaan angin dingin ditubuhnya. Beberapa buturan salju nampak bertengger di wajah hitam manisnya.
Robi melewati aoduturium Unibersity Obihiro dan menuju jalan lebar memutih di timbun salju, laki-laki itu melintasi pohon-pohon momiji (pohon maple), untuk sampai di Internasional House dimana dia tinggal. Dengan langkah cepatnya, tidak membutuhkan waktu yang lama untuh tiba di Internasional House. Robi menaiki satu persatu tangga seraya melepas sarung tangan dan penutup kepalannya. Berlahan tangan kekar itu membuka pintu kamar…sesekali terdengar desahan napasnya.
Robi menghepaskan tubuh kurus tingginya di sofa bersama desahan nafasnya yang panjang. Dia memejamkan matanya rapat-rapat, mencoba mengusir galau yang menyentil-nyentil sisi hatinya. Persaan itu jelas-jelas menganggunya. Pertemuannya dan Elena pagi tadi benar-benar mengusik ketenangannya. Sebenernnya petemuan itu hannya beberapa detik tapi menimbulkan bekas yang luar biasa dan membangkit kan kenangan dan luka lama yang sudah hampit terlupakan empat tahun selama dia di Jepang. Tapi kenapa dia harus bertemu kembali dengan sosok gadis berkulit putih bening itu.
Ternyata sudah empat tahun lamannya dia mencoba mengusir semua tentang Elene. Karena di Jakarta begitu menyesakan bagi Robi untuk melupakan gadis itu, setiap jalan yang di lalulinya di kota Jakarta selalu mengingatkannya pada Elena. Akhirnya di memutuskan untuk kuliah S3 di University Obihiro Jepang. Dan selama itu melupakan Elena adalah siksaan yang paling berat baginnya…
Saat Robi dan rekan-rekannya menghadiri pestipasl of the world fetival acara ini adalah sebuah kegitan yang dilaksakana oleh para pendatang di Jepang.
Untuk memperkenalkan kebudayaan negara masing-masing dan sekaligus ungkapan terimakasih kepada masyarakat Obihiro. Robi melangkah ke stan Indonesia yang berada di winter garden (taman buatan) di dalam gedung TIRC2 .
Ketika Robi tepat berada di depan stan itu, alangkah kagetnya dia, kedua mata tajamnya menangkap sosok yang begitu dirindukannya dalam kebencian jiwannya yang tak terbatas. Suara musik yang begitu nyaring dari dalam hall kedung TIRC seakana tak terdengar, terasa sepi dan sunyi menyayat. Ingin dia maki gadis didepannya yang asik bercengkrama dengan penjaga stan yang lainnya, ingin dia marah dan meluapkan semua kemarahannya, tapi semua nya buyar…tatkala mata mereka beradu pandang.
“abang!?”
“kamu…”hati Robi meringis sakit…dan tak ada kata-kata lagi, dia menarik kakinya pergi dari gedung TIRC. Dia tak sanggup untuk sekedar bertanya kepada Elena, hatinya terlalu rapuh….sudah cukup empat tahun….kenapa Elen ada di Jepang? Hati Robi diserang dengan pertanyaan-pertanyaan…
“kriingg…kringgg” Robi terlonjak dari duduknya. Dan bunyi telpon itu telah menerbangkan semua lamunanya bersama hujan salju yang semakin menipis. Robi segera meraih gangkang telpon
“moshi-moshi3“ sapa Robi cepat
“ini aku bi…Imam!”
“iya kenapa?”
“eh, tadi aku bertemu dengan Elena. Dia tinggal di HICO4 tadi sempat ngbrol-ngbrol sebentar…lo gak mau ketemu sama dia rob? Tadi gue sudah kasih no telpon dan alamat lo ke dia, soalnnya dia nanya sih, ya aku kasih…maaf ya…kayaknya ada yang dia pengen dibicarakan sama lo, ayolah man, bukan kah semuanya sudah berlalu. Kini semuanya sudah berubah, lagian kan ini di negri orang siapa tau dia perlu bantuauan kek…ya anggap aja dia saudara…ato adek…nenek jika perlu…hahhaha. Eh dia tambah cantik nampaknya….tambah pintar lagi…”dengan logat Jawa yang kental Imam bercerita panjang lebar penuh semangat tentang pertemuannya dengan Elena.
Robi hanya terapku diam…berpikir apa yang harus dia komentari dari kata-kata sahabatnya
“ya sudah lah…” hanya itu
“loh kok…kenapa Cuma begitu… piye toh bi?”
“trus aku harus bagaimana…gembira sedih atau cingkrak…cingkrak…kesenangan karena lo ngasih nomor telpon dan alamat gue sama mantan pacar gue…gitu….” Mendadak nada bicara Robi mulai meninggi. Tapi Imam menangapi dengan tawa kecilnya
“ya gimana githu…biasannya kan lo cerewet…marah-marah kek…pa didramatisir….acara nangis-nangisan juga gak apa-apa, sahabatmu ini siap mendengarkan man…hahahhha”
“ngaco….”
“eh dia dapat beasiswa kuliah di University Obihiro S2”
“ohhh”
“loh kok??? Kenapa gak antusias sih ..nanya kek…”
“kenapa lagi…sudahlah mam ah! Aku pengen istirahat…tolong jangan bicarakan dulu tentang dia…aku mau tidur capek, males geladenin orang Jawa ngomong hahahaha” kelekkk! Robi menutup telponnya. Elena…samar bibir nya mengucapkan nama mantan kekasih nya itu….
Empat tahun lalu….
Saat Robbi dengan semangatnya datang kerumah Elena ingin berbicara dengan ayah gadis itu untuk melamar Elena, tapi alangkah remuk hatinnya saat mendengar penjelesan ayah Elena
“Elena akan menikah bulan depan” dep! jantung Robi seakan mau meledak sat itu juga mendengar kata-kata ayah Elena
“tapi om…”
“Elena sekarang ada di Kalimantan, dia dibawa calon suaminya”
Akhirnya dengan langkah gontai dia menarik kakinya pergi dari rumah Elena. Bukan kah Elena sendiri yang bilang bahwa dia akan menunggu Robi setelah lulu S2 tapi kenapa dia menghianati janji nya sendiri…Robi membuang semua hal yang berhubungan dengan Elena, dia membakar semua photo Elena bahkan dia membakar jeket kesayangannya yang di berikan Elena pada saat ulang tahun Robi saat duduk di kelas 3 SMA. Dengan berat hati dan tanpa bepamitan dengan Elena dia meninggalkan Indonesia
* * *
Robi mengunyah habis sendwich di tanganya dan menarik kunci dari pintu kamar. dengan kecepatan tinggi Robi menuruni anak tangga internasional house. Sesampainya di lantai dasar, matanya menangkap sosok yang amat dia kenal, gadis itu berdiri tegap tiga langkah darinya,. jantung Robi seakan berhenti sebentar untuk berdetak… nafasanya sulit sekali di atur…gadis yang begitu berat untuk di lupakannya….kini berdiri nyata dihadapannya
beberapa menit kemudia dua sosok itu saling bertatapan lama. Dan tanpa di sadari kaki Robi melangkah menghampiri Elena yang telah berdiri di depannya
“ohayo gozaimasu!4 “ sapa Elena pelan. Robi tak menjawab dia hanya tepaku ku“maaf, kalo Elen menganggu…abang sibuk ya? Elen, pengen membicarakan sesuatu sama abang…” ujar Elena dengan suara hampir tak keluar…
“so desu ka5” hanya itu yang tekeluar dari bibir Robi. Semua kata-katanya tersendat dikerongkongan.
“abang ada kelas hari ini?” tannya Elena kembali
“hmmm…kalo da yang ingin di bicarakan…Elen naik mobil abang saja, kita ngbrol, di mobil abang…”
“daijobu desu ka7?”
“iya! ” dengan langkah ringan Elena mengikuti langkah Robi menaiki mobil.
Didalam mobil mereka lebih banyak diam, bingung apa yang harus di bicarakan. Setelah sekian lama tepisah dengan meningalkan luka bukan hal yang mudah untuk kembali seperti dulu lagi.
“hmmm…bagai mana kabar suami mu?” Robi mencoba mencairkan Susana yang membeku. Elena hanya terdiam tak menjawab, pertannya Robi seolah menyayat hatin Elena. Gadis itu menatap lurus kedepan kaca mobil yang melaju pelan, mobil itu telah memasuki jalan nishi 19 yang menurun. Robi tak menyadari bahwa pertanyaan itu mengoyak lebih lebar hati yang tak bisa berhenti di cintainnya…ingin dia berteriak agar laki-laki yang didepannya tau apa yang sebenar nya tejadi…dan…
“abang kenapa meningalkan Elen?” pertanyaan itu meluncur datar dari bibir Elena bersamaan dengan buyarnya air mata nya. Robi kaget luar biasa…mendengar pertannya itu…seharunya pertanyaan itu aku lah yang menanyakan pada mu Elen, bisik hati robi
“abang jahat banget sama Elena…hiks…hiks…bilang Elena sudah punya suami segala…apaan tuuuh….emang Elena sudah punya suami apa….bertahun-tahun Elena nunggu abang…kenapa abang ingkar janji? Katannya setelah program S2abang selsai mau ngelamar Elena…tapi mana…malah abang pergi…”
“ehhh…loh kok?” Robi semakin tidak mengerti dengan apa yang di bicarakan Elena. Elena semakin tersedu menangis.
“kenapa sih bang? kayaknnya senang banget nyakitin Elen…abang tega banget sih?…apa salah Elen sama abang? abang jahat banget….Elen mencoba untuk trus berpikir positif dan menunggu dari hari kehari, penah berpikir gak sih bang? betapa beratnya menjalani hari-hari Elen tanpa abang. Dengan satu harapan agar abang datang mencemput Elen…menikahi Elen…hiks…hiks…tapi sampai empat tahun lamanya bang…semua penantian Elen sia-sia…Elen maluuuuuu” Elena berbicara campur tangisnya tanpa berhenti dan tanpa memberi kesempatan kepada Robi untuk berbicara…semuanya tertumpah tanpa henti bak lahar.
Robi menepi kan mobilnya…dia menatap tajam ke arah Elena yang telah beruraian air mata, laki-laki itu menghapus air mata yang bertengger di sudut mata Elena
“Elen, bukannya kamu yang sudah menikah?…abang datang kok buat ngelamar kamu, tapi ayah kamu bilang kamu akan menikah dengan sepupu kamu…dan kamu pegi bersama calon sumi kamu saat abang mau ngelamar kamu” tegas Robi dengan lembut
“kenapa abang percaya dengannya? Kan abang tau sendiri bagaimana ulah laki-laki itu…dia tak pernah setuju jika aku pacaran dengan sipapun. Dia tu posesef bang. Lagian siapa pula sepupu Elen? Semua itu di karang-karangnya…ternyata dia berhasil kan memisahkan kita”
“tapi…”
“abang tau…dia hampir saja membunuh mama…karena mendengar Elen ingin di nikahin sama abang…akhirnya dia mengurung Elen sama mama di gudang dua hari...hingga akhirnya kami berdua di temukan warga….Elen gak tau bang kalo abang datang untuk ngelamar Elen…tapi kenapa abang masih saja percaya dengan laki-laki gila itu…Elen hampir mati karena dia…hiks…hiks…dia hampir memperkosa Elena bang….hiks..hiks…” empat tahun lamannya Elena memendam semua kegalauan hatinnya sendiri. Didepan Robi ditumpahkan semuanya tiada henti…
“ Elen putus asah mencari abang. Dan akhirnya Elen menyerah. Elen hanya minta satu dengan Tuhan walapun sedetik bisa melihat wajah abang lagi…hiks…”
Robi hanya terdiam tanpa bisa berkata apa-apa. Iya, seharusnya dia tidak percaya begitu saja dengan ayah tiri Elena. Laki-laki tua itu memang hidung belang dan becat. Tapi entah mengapa dia bisa begitu mudah terhasut oleh ayah tiri Elena. Robi meraih pundak Elena dan memeluk nya erat.
“abang minta maaf lebih percaya dengan orang lain…maaf kan abang…sudah meningalkan Elen begitu lama, maaf kan abang…abang tidak tau…waktu itu abang panik Elen…”Robi mencoba menenengkan tangis Elena yang pecah di pelukan Robi….
“Elen juga minta maaf…hiks…hiks…Elen bisa bertahan dengan satu keyakinan, bahwa Tuhan akan menunjukan kejaiban kepada Elen suatu saat. Dan ternnyata di Obihirolah tempatnya…” Elen memeluk tubuh Robi begitu kuat. Ditumpahkannya rindu yang mengunung kepada orang yang dia cintai itu.
“terimakasih karena telah bersedia menunggu abang…oh ya mama apa kabarnnya sekarang? trus ayah tiri kamu?” tannya Robi beruntun seraya merengangkan pelukannya.
“laki-laki itu telah meringkuk di jeruji besi sekarang. trus cerai sama mama. Kakek melaporkannya ke polisi karena menganiyaya Elen dan mama…karena tuduhan yang begitu banyak dia di jatuhin hukuman penjara lima belas tahun. Dan sekarang mama menikah lagi sama pak Broto, masih ingat kan pak Broto? Temen SMA mama…yang sering datang kerumah. Mama kan sering cerita sama abang soal pak pak Broto…”
“sukurlah kalau begitu ”
“makannya Elen bisa tenang meninggalkan mama di Jakarta”
“ya sudahlah…Elen kenapa sekarang tambah cantik saja?” ucap Robi sambil mengembangkan senyumnya, dia kembali mengemudikan mobilnya secara berlahan
“alah gombal…udah ah! Elen kangen sama abang…”
“kangen!? Tapi abang gak kangen sama Elen….hahahhha”
“biarlahhhh…..huuuuuuuu….
Robi sekana tidak percaya….dengan apa yang di alaminnya pagi ini…mimpikah? Semua nya kembali padannya…tak disadarinya air matanya mengalir berlahan.
“terimakasih Tuhan!” ucap lirik robi
* * *
“kyo wa surabashi hi da7” ujar Robi sambil melirik kearah Elena. Setelah sekian lama di liputi gunda akhirnya hari bahagia mereka datang juga.
“iya…” Elena mengiyakan singkat sambil menoleh kearah Robi
Robi menggandeng tanga Elena menuju Fujimaru Depato8 . Robi menarik tangan Elena menuju kelantai dasar
“mau kemana sih?”
“purin kurabu8”
“hehehe…kayak anak SMA aja” komentar Elena seraya mengembangkan senyum manisnya, tapi dia tetap mengikuti langkah Robi. Akhirnya mereka berdua beraksi didepan kamera, keduanya riuh ketika memilih bacground, dan ketika photo itu telah berbentuk steker-steker kecil mereka tertawa bersama
“kok gini hasilnya…muka ku tembem banget bang?”
“sukurin ajalah…mang muka gitu…hahahha”
“ihhhh…”elena mencubit legan Robi pelan
“lagi dong cubit nya…hahaha”
Beberapa anak kecil yang ikut antri untuk berphoto memandangi ulah Robi dan Elena lekat, akhirya mereka berdua tersipu malu dan melangkah pergi. Selama menyusuri lantai demi lantai Robi tak pernah melepaskan tangan Elena, di pegannya kuat sampai berkeringat telkapak tangannya. Dia takut jika Elena meninggalkannya kembali. Setelah lelah menyusuri Fujimaru Depato …mereka berdua kembali kelantai dasar untuk makan
“mau makan apa?tannya Robi
“sugoi!9” Elena menyebutkan makanan kesukaanya, Robi juga memesan makanan yang sama dengan Elena.
Dengan lahapnya robi memasukan makanan kemulutnya. Elena memandangi laki-laki yang dicintainya itu…
“pelan-pelan makannya bang…”
“aku lapar” jawab Robi dengan mulut yang mengembung penuh makanan. Setelah empat tahun kau tak pernah berubah seikitpun bang. Keajaibanlah yang mempertemukan kita disini...bisik hati Elena. Elena menyumpi potongan daging sapinya dan memsukannya ke piring Robi
“loh kok? Emang kamu gak laper?”
“gak apa-apa,tadi Elen sebelum pergi makan dulu. pasti abang belum makan ya?”
“iya gak sempat! Soalnya aku di panggil professor Takahashi karena banyak kesalahan dalam pembuatan analisis, dan penelitian ku di laboraturium harus di ulang”
“tapi kan harus makan walapun sedikit”
“he`eh”
* * *
Robi dan Elena masih meyusuri kota Obihiro. Mereka seakan membalas dendam pada waktu yang sudah merenggut empat tahun kebersamaan mereka. Temaram lampu di kota Obihoro nampak indah di hiasi dengan butiran halus salju yang jatuh dari langit.
“Elen…”
“iya”
“bagaimana kalau minggu depan kita pulang ke Indonesia?”
“pulang?”
“iya…aku ingin menemui mama mu. Aku ingin menjadikan kau istriku” Elena menghentikan langkahnnya, dia menghadapakan muka nya kearah Robi
“abang serius!?”
“iya sayang…Elen mau kan jadi istri abang?” Tanya Robi pelan. Elena sontak memeluk tubuh tingggi Robi
“eh bang…kenap salju nya jadi ungu ya…?” teriak Elena tiba-tiba dan dia melepas pelukannya.
“mana?”
“ihhh masa gak sadar…salju nya jadi ungu…” Elena berteriak kegirangan. Seraya membentangkan kedua tangannya menagkap butiran salju…
“masih putih kok yang! Kamu pake lensa nya berapa lapis sih…sampai penglihatan kamu jadi aneh…”komentar Robi.
Robi terpaku diam, kedua bolah matannya tertuju pada Elena yang masih berlari-lari kecil menangkap buntiran salju. Ada yang mengalir deras di sudut hati laki-laki itu. Perasaan empat tahun sirna dalam hidupnya. Kebahagiaan dan cinta.
Pukkkk! Robi gaket ketika gumpalan-gumpalan salju menghantam tubuhnya pelan. Elena sedang asik membuat gumpalan berikutnya bersiap-siap untuk melempar Robi lagi. Laki-laki itu berlari ke arah Elena dan memegangin tanganya
“jahillllll!!!! Mana ada salju warna ungu???”
“masa abang gak merasakan…Elen rasa salju nya mengikuti suasana hati Elen jadi ungu deh….” Jawab Elen asal sambil mengeluarkan lidahnya sedikit.
“ wahhhhh….ya udah deh…” Robi melepaskan gengaman tanganya. Plukkk…Elen menyiram wajah Robi dengan salju
“waduhhh! Awas…ya…”
“hahahha…ampoooon!!!”
Mereka saling megejar diantara deretan rumah kota Obihiro yang nampak rapi…salju-salju halus turun berterbangan di tiup angin dingin…
CATATAN
1. butiran-butiran salju halus
2. Tokachi Internasional Relation Centre
3. hallo
4. selamat pagi
5. tidak apa-apa?
6. hari ini indah sekali
7. departemen store
8. print club
9. makanan berkuah dari daging sapi dan sayuran
Robi melewati aoduturium Unibersity Obihiro dan menuju jalan lebar memutih di timbun salju, laki-laki itu melintasi pohon-pohon momiji (pohon maple), untuk sampai di Internasional House dimana dia tinggal. Dengan langkah cepatnya, tidak membutuhkan waktu yang lama untuh tiba di Internasional House. Robi menaiki satu persatu tangga seraya melepas sarung tangan dan penutup kepalannya. Berlahan tangan kekar itu membuka pintu kamar…sesekali terdengar desahan napasnya.
Robi menghepaskan tubuh kurus tingginya di sofa bersama desahan nafasnya yang panjang. Dia memejamkan matanya rapat-rapat, mencoba mengusir galau yang menyentil-nyentil sisi hatinya. Persaan itu jelas-jelas menganggunya. Pertemuannya dan Elena pagi tadi benar-benar mengusik ketenangannya. Sebenernnya petemuan itu hannya beberapa detik tapi menimbulkan bekas yang luar biasa dan membangkit kan kenangan dan luka lama yang sudah hampit terlupakan empat tahun selama dia di Jepang. Tapi kenapa dia harus bertemu kembali dengan sosok gadis berkulit putih bening itu.
Ternyata sudah empat tahun lamannya dia mencoba mengusir semua tentang Elene. Karena di Jakarta begitu menyesakan bagi Robi untuk melupakan gadis itu, setiap jalan yang di lalulinya di kota Jakarta selalu mengingatkannya pada Elena. Akhirnya di memutuskan untuk kuliah S3 di University Obihiro Jepang. Dan selama itu melupakan Elena adalah siksaan yang paling berat baginnya…
Saat Robi dan rekan-rekannya menghadiri pestipasl of the world fetival acara ini adalah sebuah kegitan yang dilaksakana oleh para pendatang di Jepang.
Untuk memperkenalkan kebudayaan negara masing-masing dan sekaligus ungkapan terimakasih kepada masyarakat Obihiro. Robi melangkah ke stan Indonesia yang berada di winter garden (taman buatan) di dalam gedung TIRC2 .
Ketika Robi tepat berada di depan stan itu, alangkah kagetnya dia, kedua mata tajamnya menangkap sosok yang begitu dirindukannya dalam kebencian jiwannya yang tak terbatas. Suara musik yang begitu nyaring dari dalam hall kedung TIRC seakana tak terdengar, terasa sepi dan sunyi menyayat. Ingin dia maki gadis didepannya yang asik bercengkrama dengan penjaga stan yang lainnya, ingin dia marah dan meluapkan semua kemarahannya, tapi semua nya buyar…tatkala mata mereka beradu pandang.
“abang!?”
“kamu…”hati Robi meringis sakit…dan tak ada kata-kata lagi, dia menarik kakinya pergi dari gedung TIRC. Dia tak sanggup untuk sekedar bertanya kepada Elena, hatinya terlalu rapuh….sudah cukup empat tahun….kenapa Elen ada di Jepang? Hati Robi diserang dengan pertanyaan-pertanyaan…
“kriingg…kringgg” Robi terlonjak dari duduknya. Dan bunyi telpon itu telah menerbangkan semua lamunanya bersama hujan salju yang semakin menipis. Robi segera meraih gangkang telpon
“moshi-moshi3“ sapa Robi cepat
“ini aku bi…Imam!”
“iya kenapa?”
“eh, tadi aku bertemu dengan Elena. Dia tinggal di HICO4 tadi sempat ngbrol-ngbrol sebentar…lo gak mau ketemu sama dia rob? Tadi gue sudah kasih no telpon dan alamat lo ke dia, soalnnya dia nanya sih, ya aku kasih…maaf ya…kayaknya ada yang dia pengen dibicarakan sama lo, ayolah man, bukan kah semuanya sudah berlalu. Kini semuanya sudah berubah, lagian kan ini di negri orang siapa tau dia perlu bantuauan kek…ya anggap aja dia saudara…ato adek…nenek jika perlu…hahhaha. Eh dia tambah cantik nampaknya….tambah pintar lagi…”dengan logat Jawa yang kental Imam bercerita panjang lebar penuh semangat tentang pertemuannya dengan Elena.
Robi hanya terapku diam…berpikir apa yang harus dia komentari dari kata-kata sahabatnya
“ya sudah lah…” hanya itu
“loh kok…kenapa Cuma begitu… piye toh bi?”
“trus aku harus bagaimana…gembira sedih atau cingkrak…cingkrak…kesenangan karena lo ngasih nomor telpon dan alamat gue sama mantan pacar gue…gitu….” Mendadak nada bicara Robi mulai meninggi. Tapi Imam menangapi dengan tawa kecilnya
“ya gimana githu…biasannya kan lo cerewet…marah-marah kek…pa didramatisir….acara nangis-nangisan juga gak apa-apa, sahabatmu ini siap mendengarkan man…hahahhha”
“ngaco….”
“eh dia dapat beasiswa kuliah di University Obihiro S2”
“ohhh”
“loh kok??? Kenapa gak antusias sih ..nanya kek…”
“kenapa lagi…sudahlah mam ah! Aku pengen istirahat…tolong jangan bicarakan dulu tentang dia…aku mau tidur capek, males geladenin orang Jawa ngomong hahahaha” kelekkk! Robi menutup telponnya. Elena…samar bibir nya mengucapkan nama mantan kekasih nya itu….
Empat tahun lalu….
Saat Robbi dengan semangatnya datang kerumah Elena ingin berbicara dengan ayah gadis itu untuk melamar Elena, tapi alangkah remuk hatinnya saat mendengar penjelesan ayah Elena
“Elena akan menikah bulan depan” dep! jantung Robi seakan mau meledak sat itu juga mendengar kata-kata ayah Elena
“tapi om…”
“Elena sekarang ada di Kalimantan, dia dibawa calon suaminya”
Akhirnya dengan langkah gontai dia menarik kakinya pergi dari rumah Elena. Bukan kah Elena sendiri yang bilang bahwa dia akan menunggu Robi setelah lulu S2 tapi kenapa dia menghianati janji nya sendiri…Robi membuang semua hal yang berhubungan dengan Elena, dia membakar semua photo Elena bahkan dia membakar jeket kesayangannya yang di berikan Elena pada saat ulang tahun Robi saat duduk di kelas 3 SMA. Dengan berat hati dan tanpa bepamitan dengan Elena dia meninggalkan Indonesia
* * *
Robi mengunyah habis sendwich di tanganya dan menarik kunci dari pintu kamar. dengan kecepatan tinggi Robi menuruni anak tangga internasional house. Sesampainya di lantai dasar, matanya menangkap sosok yang amat dia kenal, gadis itu berdiri tegap tiga langkah darinya,. jantung Robi seakan berhenti sebentar untuk berdetak… nafasanya sulit sekali di atur…gadis yang begitu berat untuk di lupakannya….kini berdiri nyata dihadapannya
beberapa menit kemudia dua sosok itu saling bertatapan lama. Dan tanpa di sadari kaki Robi melangkah menghampiri Elena yang telah berdiri di depannya
“ohayo gozaimasu!4 “ sapa Elena pelan. Robi tak menjawab dia hanya tepaku ku“maaf, kalo Elen menganggu…abang sibuk ya? Elen, pengen membicarakan sesuatu sama abang…” ujar Elena dengan suara hampir tak keluar…
“so desu ka5” hanya itu yang tekeluar dari bibir Robi. Semua kata-katanya tersendat dikerongkongan.
“abang ada kelas hari ini?” tannya Elena kembali
“hmmm…kalo da yang ingin di bicarakan…Elen naik mobil abang saja, kita ngbrol, di mobil abang…”
“daijobu desu ka7?”
“iya! ” dengan langkah ringan Elena mengikuti langkah Robi menaiki mobil.
Didalam mobil mereka lebih banyak diam, bingung apa yang harus di bicarakan. Setelah sekian lama tepisah dengan meningalkan luka bukan hal yang mudah untuk kembali seperti dulu lagi.
“hmmm…bagai mana kabar suami mu?” Robi mencoba mencairkan Susana yang membeku. Elena hanya terdiam tak menjawab, pertannya Robi seolah menyayat hatin Elena. Gadis itu menatap lurus kedepan kaca mobil yang melaju pelan, mobil itu telah memasuki jalan nishi 19 yang menurun. Robi tak menyadari bahwa pertanyaan itu mengoyak lebih lebar hati yang tak bisa berhenti di cintainnya…ingin dia berteriak agar laki-laki yang didepannya tau apa yang sebenar nya tejadi…dan…
“abang kenapa meningalkan Elen?” pertanyaan itu meluncur datar dari bibir Elena bersamaan dengan buyarnya air mata nya. Robi kaget luar biasa…mendengar pertannya itu…seharunya pertanyaan itu aku lah yang menanyakan pada mu Elen, bisik hati robi
“abang jahat banget sama Elena…hiks…hiks…bilang Elena sudah punya suami segala…apaan tuuuh….emang Elena sudah punya suami apa….bertahun-tahun Elena nunggu abang…kenapa abang ingkar janji? Katannya setelah program S2abang selsai mau ngelamar Elena…tapi mana…malah abang pergi…”
“ehhh…loh kok?” Robi semakin tidak mengerti dengan apa yang di bicarakan Elena. Elena semakin tersedu menangis.
“kenapa sih bang? kayaknnya senang banget nyakitin Elen…abang tega banget sih?…apa salah Elen sama abang? abang jahat banget….Elen mencoba untuk trus berpikir positif dan menunggu dari hari kehari, penah berpikir gak sih bang? betapa beratnya menjalani hari-hari Elen tanpa abang. Dengan satu harapan agar abang datang mencemput Elen…menikahi Elen…hiks…hiks…tapi sampai empat tahun lamanya bang…semua penantian Elen sia-sia…Elen maluuuuuu” Elena berbicara campur tangisnya tanpa berhenti dan tanpa memberi kesempatan kepada Robi untuk berbicara…semuanya tertumpah tanpa henti bak lahar.
Robi menepi kan mobilnya…dia menatap tajam ke arah Elena yang telah beruraian air mata, laki-laki itu menghapus air mata yang bertengger di sudut mata Elena
“Elen, bukannya kamu yang sudah menikah?…abang datang kok buat ngelamar kamu, tapi ayah kamu bilang kamu akan menikah dengan sepupu kamu…dan kamu pegi bersama calon sumi kamu saat abang mau ngelamar kamu” tegas Robi dengan lembut
“kenapa abang percaya dengannya? Kan abang tau sendiri bagaimana ulah laki-laki itu…dia tak pernah setuju jika aku pacaran dengan sipapun. Dia tu posesef bang. Lagian siapa pula sepupu Elen? Semua itu di karang-karangnya…ternyata dia berhasil kan memisahkan kita”
“tapi…”
“abang tau…dia hampir saja membunuh mama…karena mendengar Elen ingin di nikahin sama abang…akhirnya dia mengurung Elen sama mama di gudang dua hari...hingga akhirnya kami berdua di temukan warga….Elen gak tau bang kalo abang datang untuk ngelamar Elen…tapi kenapa abang masih saja percaya dengan laki-laki gila itu…Elen hampir mati karena dia…hiks…hiks…dia hampir memperkosa Elena bang….hiks..hiks…” empat tahun lamannya Elena memendam semua kegalauan hatinnya sendiri. Didepan Robi ditumpahkan semuanya tiada henti…
“ Elen putus asah mencari abang. Dan akhirnya Elen menyerah. Elen hanya minta satu dengan Tuhan walapun sedetik bisa melihat wajah abang lagi…hiks…”
Robi hanya terdiam tanpa bisa berkata apa-apa. Iya, seharusnya dia tidak percaya begitu saja dengan ayah tiri Elena. Laki-laki tua itu memang hidung belang dan becat. Tapi entah mengapa dia bisa begitu mudah terhasut oleh ayah tiri Elena. Robi meraih pundak Elena dan memeluk nya erat.
“abang minta maaf lebih percaya dengan orang lain…maaf kan abang…sudah meningalkan Elen begitu lama, maaf kan abang…abang tidak tau…waktu itu abang panik Elen…”Robi mencoba menenengkan tangis Elena yang pecah di pelukan Robi….
“Elen juga minta maaf…hiks…hiks…Elen bisa bertahan dengan satu keyakinan, bahwa Tuhan akan menunjukan kejaiban kepada Elen suatu saat. Dan ternnyata di Obihirolah tempatnya…” Elen memeluk tubuh Robi begitu kuat. Ditumpahkannya rindu yang mengunung kepada orang yang dia cintai itu.
“terimakasih karena telah bersedia menunggu abang…oh ya mama apa kabarnnya sekarang? trus ayah tiri kamu?” tannya Robi beruntun seraya merengangkan pelukannya.
“laki-laki itu telah meringkuk di jeruji besi sekarang. trus cerai sama mama. Kakek melaporkannya ke polisi karena menganiyaya Elen dan mama…karena tuduhan yang begitu banyak dia di jatuhin hukuman penjara lima belas tahun. Dan sekarang mama menikah lagi sama pak Broto, masih ingat kan pak Broto? Temen SMA mama…yang sering datang kerumah. Mama kan sering cerita sama abang soal pak pak Broto…”
“sukurlah kalau begitu ”
“makannya Elen bisa tenang meninggalkan mama di Jakarta”
“ya sudahlah…Elen kenapa sekarang tambah cantik saja?” ucap Robi sambil mengembangkan senyumnya, dia kembali mengemudikan mobilnya secara berlahan
“alah gombal…udah ah! Elen kangen sama abang…”
“kangen!? Tapi abang gak kangen sama Elen….hahahhha”
“biarlahhhh…..huuuuuuuu….
Robi sekana tidak percaya….dengan apa yang di alaminnya pagi ini…mimpikah? Semua nya kembali padannya…tak disadarinya air matanya mengalir berlahan.
“terimakasih Tuhan!” ucap lirik robi
* * *
“kyo wa surabashi hi da7” ujar Robi sambil melirik kearah Elena. Setelah sekian lama di liputi gunda akhirnya hari bahagia mereka datang juga.
“iya…” Elena mengiyakan singkat sambil menoleh kearah Robi
Robi menggandeng tanga Elena menuju Fujimaru Depato8 . Robi menarik tangan Elena menuju kelantai dasar
“mau kemana sih?”
“purin kurabu8”
“hehehe…kayak anak SMA aja” komentar Elena seraya mengembangkan senyum manisnya, tapi dia tetap mengikuti langkah Robi. Akhirnya mereka berdua beraksi didepan kamera, keduanya riuh ketika memilih bacground, dan ketika photo itu telah berbentuk steker-steker kecil mereka tertawa bersama
“kok gini hasilnya…muka ku tembem banget bang?”
“sukurin ajalah…mang muka gitu…hahahha”
“ihhhh…”elena mencubit legan Robi pelan
“lagi dong cubit nya…hahaha”
Beberapa anak kecil yang ikut antri untuk berphoto memandangi ulah Robi dan Elena lekat, akhirya mereka berdua tersipu malu dan melangkah pergi. Selama menyusuri lantai demi lantai Robi tak pernah melepaskan tangan Elena, di pegannya kuat sampai berkeringat telkapak tangannya. Dia takut jika Elena meninggalkannya kembali. Setelah lelah menyusuri Fujimaru Depato …mereka berdua kembali kelantai dasar untuk makan
“mau makan apa?tannya Robi
“sugoi!9” Elena menyebutkan makanan kesukaanya, Robi juga memesan makanan yang sama dengan Elena.
Dengan lahapnya robi memasukan makanan kemulutnya. Elena memandangi laki-laki yang dicintainya itu…
“pelan-pelan makannya bang…”
“aku lapar” jawab Robi dengan mulut yang mengembung penuh makanan. Setelah empat tahun kau tak pernah berubah seikitpun bang. Keajaibanlah yang mempertemukan kita disini...bisik hati Elena. Elena menyumpi potongan daging sapinya dan memsukannya ke piring Robi
“loh kok? Emang kamu gak laper?”
“gak apa-apa,tadi Elen sebelum pergi makan dulu. pasti abang belum makan ya?”
“iya gak sempat! Soalnya aku di panggil professor Takahashi karena banyak kesalahan dalam pembuatan analisis, dan penelitian ku di laboraturium harus di ulang”
“tapi kan harus makan walapun sedikit”
“he`eh”
* * *
Robi dan Elena masih meyusuri kota Obihiro. Mereka seakan membalas dendam pada waktu yang sudah merenggut empat tahun kebersamaan mereka. Temaram lampu di kota Obihoro nampak indah di hiasi dengan butiran halus salju yang jatuh dari langit.
“Elen…”
“iya”
“bagaimana kalau minggu depan kita pulang ke Indonesia?”
“pulang?”
“iya…aku ingin menemui mama mu. Aku ingin menjadikan kau istriku” Elena menghentikan langkahnnya, dia menghadapakan muka nya kearah Robi
“abang serius!?”
“iya sayang…Elen mau kan jadi istri abang?” Tanya Robi pelan. Elena sontak memeluk tubuh tingggi Robi
“eh bang…kenap salju nya jadi ungu ya…?” teriak Elena tiba-tiba dan dia melepas pelukannya.
“mana?”
“ihhh masa gak sadar…salju nya jadi ungu…” Elena berteriak kegirangan. Seraya membentangkan kedua tangannya menagkap butiran salju…
“masih putih kok yang! Kamu pake lensa nya berapa lapis sih…sampai penglihatan kamu jadi aneh…”komentar Robi.
Robi terpaku diam, kedua bolah matannya tertuju pada Elena yang masih berlari-lari kecil menangkap buntiran salju. Ada yang mengalir deras di sudut hati laki-laki itu. Perasaan empat tahun sirna dalam hidupnya. Kebahagiaan dan cinta.
Pukkkk! Robi gaket ketika gumpalan-gumpalan salju menghantam tubuhnya pelan. Elena sedang asik membuat gumpalan berikutnya bersiap-siap untuk melempar Robi lagi. Laki-laki itu berlari ke arah Elena dan memegangin tanganya
“jahillllll!!!! Mana ada salju warna ungu???”
“masa abang gak merasakan…Elen rasa salju nya mengikuti suasana hati Elen jadi ungu deh….” Jawab Elen asal sambil mengeluarkan lidahnya sedikit.
“ wahhhhh….ya udah deh…” Robi melepaskan gengaman tanganya. Plukkk…Elen menyiram wajah Robi dengan salju
“waduhhh! Awas…ya…”
“hahahha…ampoooon!!!”
Mereka saling megejar diantara deretan rumah kota Obihiro yang nampak rapi…salju-salju halus turun berterbangan di tiup angin dingin…
CATATAN
1. butiran-butiran salju halus
2. Tokachi Internasional Relation Centre
3. hallo
4. selamat pagi
5. tidak apa-apa?
6. hari ini indah sekali
7. departemen store
8. print club
9. makanan berkuah dari daging sapi dan sayuran