singthung
New member
Sangha Ratana
Sangha berarti pesamuan atau persaudaraan para Bhikkhu. Kata Sangha pada umumnya ditujukan untuk sekelompok Bhikkhu. Ada 2 jenis Sangha (persaudaraan para Bhikkhu), yaitu:
1. Sammuti Sangha
Persaudaraan para Bhikkhu biasa, artinya yang belum mencapai tingkat-tingkat kesucian.
2. Ariya Sangha
Persaudaraan para Bhikkhu suci, artinya yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian.
Pengertian ?Sangha? di dalam Sangha Ratana ini, berarti kumpulan para Ariya atau kumpulan para mahluk suci. Di dalam ajaran Agama Buddha, dikenal adanya mahluk suci, yang disebut dengan istilah Ariya Puggala.
Ariya Puggala ini ada 4 tingkat, yaitu:
1. Sot?panna
Orang suci tingkat pertama (sot?patti-phala) yang terlahir paling banyak tujuh kali lagi.
2. Sakad?g?mi
Orang suci tingkat kedua (sakad?g?mi-phala) yang akan terlahir sekali lagi (di alam nafsu).
3. An?g?mi
Orang suci tingkat ketiga (an?g?mi-phala) yang tidak akan terlahir lagi (di alam nafsu).
4. Arahat
Orang suci tingkat keempat (arahatta-phala) yang terbebas dari kelahiran dan kematian.
Selain ditinjau dari 'belenggu' yang mengikat pada roda kehidupan yang harus dipatahkan, pengertian mahluk suci ini juga dapat ditinjau dari segi kekotoran batin (kilesa)-nya, yang telah berhasil mereka basmi. Di dalam Anguttara Nikaya, Tikanipata 20/267, disebutkan tentang sifat-sifat mulia Sangha, yang disebut Sanghaguna. Ada 9 jenis Sanghaguna, yaitu sebagai berikut :
1. Supatipanno
Bertindak/berkelakuan baik
2. Ujupatipanno
Bertindak jujur / lurus
3. ?ayapatipanno
Bertindak benar (berjalan di 'jalan' yang benar, yang mengarah pada perealisasian Nibb?na)
4. S?m?cipatipanno
Bertindak patut, penuh tanggung jawab dalam tindakannya.
5. ?huneyyo
Patut menerima pemberian/persembahan.
6. P?huneyyo
Patut menerima (diberikan) tempat bernaung.
7. Dakkhineyyo
Patut menerima persembahan/dana.
8. A?jalikaran?yo
Patut menerima penghormatan (patut dihormati).
9. Anuttaram pu??akhettam lokass?
Lapangan (tempat) untuk menanam jasa yang paling luhur, yang tiada bandingnya di alam semesta.
Dalam Tiratana, yang dimaksud Sangha di sini berarti Ariya Sangha. Jadi kita berlindung kepada Ariya Sangha. Kita tidak berlindung kepada Sammuti Sangha; tetapi kita menghormati Sammuti Sangha karena para beliau ini mengemban amanat Sang Buddha sebagai penyebar Dhamma yang jalan hidupnya mengarah ke jalan Dhamma.
Para Bhikkhu Sangha yang selalu kokoh dalam Dhamma-Vinaya adalah merupakan ladang yang subur juga bagi para umat. Oleh karena itu para umat diharapkan juga bersedia menyokong agar para Bhikkhu Sangha kokoh dalam moralitas dan tindak-tanduknya.
Berlindung Kepada Tiratana
Umat Buddha di seluruh dunia menyatakan ketaatan dan kesetiaan mereka kepada Buddha, Dhamma dan Sangha dengan kata-kata dalam satu rumusan kuno yang sederhana, namun menyentuh hati, yang terkenal dengan nama TISARANA (Tiga Perlindungan), yang berbunyi:
Buddham saranam gacch?mi
Aku berlindung kepada Buddha
Dhammam saranam gacch?mi
Aku berlindung kepada Dhamma
Sangham saranam gacch?mi
Aku berlindung kepada Sangha.
Aku berlindung kepada Buddha
Dhammam saranam gacch?mi
Aku berlindung kepada Dhamma
Sangham saranam gacch?mi
Aku berlindung kepada Sangha.
Rumusan ini disabdakan oleh Sang Buddha Gotama sendiri(bukan oleh para siswa-Nya atau oleh makhluk lain) pada suatu ketika di Taman Rusa Isipatana dekat Benares, pada enam puluh Arahat siswa Beliau, ketika mereka akan berangkat menyebarkan Dhamma demi kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia. Sang Buddha Gotama bersabda:
"Para bhikkhu, ia (yang akan ditahbiskan menjadi samaner? dan bhikkhu) hendaknya: setelah mencukur rambut kepala dan mengenakan jubah kuning...bersujud di kaki para bhikkhu, lalu duduk bertumpu lutut dan merangkapkan kedua belah tangan di depan dada, dan berkata: AKU BERLINDUNG KEPADA BUDDHA, AKU BERLINDUNG KEPADA DHAMMA, AKU BERLINDUNG KEPADA SANGHA".
(Vinaya Pitaka I. 22)
Sang Buddha Gotama menetapkan rumusan tersebut bukan hanya bagi mereka yang akan ditahbiskan menjadi samaner? dan bhikkhu, tetapi juga umat awam. Setiap orang yang memeluk agama Buddha, baik ia seorang awam atau pun seorang bhikkhu, menyatakan keyakinan dengan kata-kata rumusan Tisarana tersebut. Tampak betapa luhurnya kedudukan Buddha, Dhamma, dan Sangha. Bagi umat Buddha "berlindung kepada Tiratana" merupakan ungkapan keyakinan, sama seperti "syahadat" bagi umat Islam dan "credo" bagi umat Kristen.
Tisarana adalah ungkapan keyakinan (saddh?) bagi umat Buddha. Saddh? yang diungkapkan dengan kata "berlindung" itu mempunyai tiga aspek:
Aspek Kemauan
Seorang umat Buddha berlindung kepada Tiratana dengan penuh kesadaran, bukan sekedar sebagai kepercayaan teoritis, adat kebiasaan atau tradisi belaka. Tiratana akan benar-benar menjadi kenyataan bagi seseorang, apabila ia sungguh-sungguh berusaha mencapainya. Karena adanya unsur kemauan inilah, maka saddh? dalam agama Buddha merupakan suatu tindakan yang aktif dan sadar yang ditujukan untuk mencapai pembebasan, dan bukan suatu sikap yang pasif, "menunggu berkah dari atas".
Aspek Pengertian
Ini mencakup pengertian akan perlunya Perlindungan, yang memberi harapan dan menjadi tujuan bagi semua makhluk dalam sams?ra ini, dan pengertian akan adanya hakekat dari perlindungan itu sendiri.
Aspek Perasaan
Yang berlandaskan aspek pengertian di atas, dan mengandung unsur-unsur keyakinan, pengabdian dan cinta kasih. Pengertian akan adanya Perlindungan memberikan keyakinan yang kokoh dalam diri sendiri, serta menghasilkan ketenangan dan kekuatan. Pengertian akan perlunya Perlindungan mendorong pengabdian yang mendalam kepada-Nya, dan pengertian akan hakekat Perlindungan memenuhi batin dengan cinta kasih kepada Yang Maha Tinggi, yang memberikan semangat, kehangatan dan kegembiraan.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa "berlindung" dalam agama Buddha berarti: "Suatu tindakan yang sadar yang bertujuan untuk mencapai pembebasan, yang berlandaskan pengertian dan didorong oleh keyakinan". Atau secara singkat: "Suatu tindakan sadar dari pada keyakinan, pengertian dan pengabdian".
Ketiga aspek dari pada "berlindung" ini sesuai dengan aspek kemauan, aspek pengertian dan aspek perasaan dari batin manusia. Oleh karena itu untuk mendapatkan perkembangan batin yang harmonis, ketiga aspek ini harus dipupuk bersama-sama.
Berlindung kepada Tiratana sebagai pengucapan kata-kata belaka tanpa dihayati, berarti kemerosotan dari suatu kebiasaan kuno yang mulia. Perbuatan demikian melenyapkan makna dan manfaat dari Perlindungan. Berlindung kepada Tiratana seharusnya merupakan ungkapan dari suatu dorongan batin yang sungguh-sungguh, seperti seorang yang apabila melihat suatu bahaya besar akan bergegas mencari perlindungan. Orang yang melihat rumahnya terbakar, tidak akan memperoleh keselamatan hanya dengan memuja keamanan dan kebebasan di luar tanpa bertindak untuk mencapainya.
Tindakan pertama ke arah keselamatan dan kebebasan ialah dengan "berlindung" secara benar, yaitu suatu tindakan sadar daripada keyakinan, pengertian dan pengabdian.
BUDDHA, sebagai perlindungan pertama, mengandung arti bahwa setiap orang mempunyai benih kebuddhaan dalam dirinya, bahwa setiap orang dapat mencapai apa yang telah dicapai oleh Sang Buddha Gotama.
"Seperti Sayalah para penakluk yang telah melenyapkan kekotoran batin."
(Ariyapariyesana Sutta, Majjhima Nikaya)
Sebagai Perlindungan, Buddha bukanlah pribadi Pertapa Gotama, melainkan para Buddha sebagai manifestasi daripada Bodhi (Kebuddhaan) yang mengatasi keduniawian (lokuttara).
DHAMMA, sebagai perlindungan kedua, bukan berarti kata-kata yang terkandung dalam kitab suci atau konsepsi ajaran yang terdapat dalam batin manusia biasa yang masih berada dalam alam keduniaan (lokiya), melainkan "Empat Tingkat Kesucian (Sot?panna, Sak?d?gami, An?g?mi, dan Arahat) beserta Nibb?na" yang dicapai pada akhir jalan.
SANGHA, sebagai perlindungan ketiga, bukan berarti kumpulan para bhikkhu yang anggota-anggotanya masih belum bebas dari kekotoran batin (bhikkhu Sangha), melainkan Pasamuan Para Bhikkhu Suci yang telah mencapai tingkat-tingkat Kesucian (Ariya Sangha). Mereka ini menjadi teladan yang patut dicontoh. Namun landasan sesungguhnya dari Perlindungan ini ialah kemampuan yang ada pada setiap orang untuk mencapai tingkat-tingkat kesucian itu.
Buddha, Dhamma dan Sangha atau Tiratana adalah manifestasi,perwujudan, pengejawan-tahan dari Tuhan yang mahaesa dalam alam semesta ini, yang dipuja dan dianut oleh seluruh umat Buddha di dunia ini.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa Buddha, Dhamma dan Sangha dalam aspeknya sebagai Perlindungan mempunyai sifat mengatasi keduniaan (lokuttara). Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa Buddha, Dhamma dan Sangha merupakan manifestasi daripada Yang Mutlak, Yang Esa, yang menjadi tujuan terakhir semua makhluk. Buddha, Dhamma dan Sangha sebagai Tiratana adalah bentuk kesucian tertinggi yang dapat ditangkap oleh pikiran manusia biasa, dan oleh karena itu diajarkan sebagai Perlindungan yang Tertinggi oleh Sang Buddha.