T-Rex
New member
Saudaraku, betapa sering kita mendengar atau membaca berita-berita kriminalitas. Begitu banyaknya yang terjadi setiap hari, memenuhi berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Jika dicermati, masalahnya sebenarnya hanya sepele. Hanya saja, banyak dari mereka yang kemudian tidak mampu menahan amarahnya karena hal sepele tadi. Sehingga terjadilah hal-hal yang mestinya tidak perlu terjadi.
Pernah dalam salah satu media diulas, bagaimana seorang tetangga dibacok hanya karena permasalahan dapur yang dipakai bersama. Salah seorang istri tersinggung perasaannya karena dikatakan jorok oleh istri tetangganya, sehingga membangkitkan amarah sang suami. Akhirnya terjadi ribut-ribut antar suami dan berakhir dengan pembacokan, wal iyadzu billah. Hal-hal seperti itu mestinya bisa diselesaikan secara baik-baik bukan? Bahkan tetangga mempunyai kedudukan dalam Islam. Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda:
''Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah memuliakan tetangganya.'' (Muttafaqun Alaih)
Saudaraku, amarah kini telah menjadi hal yang biasa dan lumrah. Kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di negeri kita juga dipicu oleh kemarahan yang tidak bisa dikendalikan. Maka marilah kita mencoba untuk menahan setiap emosi dan amarah yang akan meluap, karena tidaklah kemarahan kecuali akan membuat kita rugi dan menyesal. Bukankah kita terkadang merasa begitu menyesal setelah melampiaskan rasa marah baik dengan ucapan maupun perbuatan?
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam memberi nasehat tentang rasa marah ini. Diceritakan oleh Abu Hurairah dalam hadits Imam Al Bukhari, bahwa ada seorang laki-laki yang berkata kepada Nabi shalallahu alaihi wa salam: ''Berilah wasiat kepadaku.'' Sabda Nabi: ''Janganlah engkau marah.'' Maka diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau: ''Janganlah engkau marah.''
Pengarang kitab Al-Ifshah berkata: ''Boleh jadi Nabi shalallahu alaihi wa salam mengetahui laki-laki tersebut sering marah, sehingga nasihat ini ditujukan khusus kepadanya. Nabi shalallahu alaihi wa salam memuji orang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya ketika marah.'' Sabda beliau:
''Bukanlah dikatakan orang kuat karena dapat membanting lawannya, tetapi orang yang kuat ialah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya di waktu marah.'' (HR. Bukhari, no. 5648)
Allah juga memuji orang yang dapat mengendalikan nafsunya ketika marah dan mudah memberi maaf kepada orang lain. Diriwayatkan dari Nabi shalallahu alaihi wa salam bahwa beliau bersabda:
''Barang siapa menahan marahnya padahal ia sanggup untuk melampiaskannya, maka kelak Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di hadapan segala makhluk, sehingga ia diberi hak memilih bidadari yang disukainya.''
Dalam hadits lain disebutkan: ''Marah itu dari setan'' (HR. Abu Dawud, no. 4152)
Oleh karena itu, orang yang marah menyimpang dari keadaan normal, berkata yang bathil, berbuat yang tercela, menginginkan kedengkian, perseteruan, dan perbuatan-perbuatan tercela. Semua itu adalah akibat dari rasa marah.
Saudaraku, marilah kita menyimak resep nabawi dalam menahan rasa marah ini. Nabi bersabda:
''Sungguh aku mengetahui satu kalimat yang bila diucapkan maka hilanglah marahnya, yaitu: 'A'udzu billaahi minasy syaithaanir rajiim'.'' (HR. Tirmidzi no 3374)
Demikianlah, karena sesungguhnya setanlah yang mendorong marah. Setiap orang yang menginginkan hal-hal yang terpuji, setan selalu membelokannya dan menjauhkannya dari keridhaan Allah, maka mengucapkan 'a'udzu billaahi minasy syaithaanir rajiim' merupakan senjata yang paling kuat untuk menolak tipu daya setan ini. Semoga bermanfaat.
Maraji':
Syarah Hadits Arba'in Imam Nawawi, Ibnu Daqiq Al-'Ied, Penerbit Media Hidayah.
Pernah dalam salah satu media diulas, bagaimana seorang tetangga dibacok hanya karena permasalahan dapur yang dipakai bersama. Salah seorang istri tersinggung perasaannya karena dikatakan jorok oleh istri tetangganya, sehingga membangkitkan amarah sang suami. Akhirnya terjadi ribut-ribut antar suami dan berakhir dengan pembacokan, wal iyadzu billah. Hal-hal seperti itu mestinya bisa diselesaikan secara baik-baik bukan? Bahkan tetangga mempunyai kedudukan dalam Islam. Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda:
''Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah memuliakan tetangganya.'' (Muttafaqun Alaih)
Saudaraku, amarah kini telah menjadi hal yang biasa dan lumrah. Kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di negeri kita juga dipicu oleh kemarahan yang tidak bisa dikendalikan. Maka marilah kita mencoba untuk menahan setiap emosi dan amarah yang akan meluap, karena tidaklah kemarahan kecuali akan membuat kita rugi dan menyesal. Bukankah kita terkadang merasa begitu menyesal setelah melampiaskan rasa marah baik dengan ucapan maupun perbuatan?
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam memberi nasehat tentang rasa marah ini. Diceritakan oleh Abu Hurairah dalam hadits Imam Al Bukhari, bahwa ada seorang laki-laki yang berkata kepada Nabi shalallahu alaihi wa salam: ''Berilah wasiat kepadaku.'' Sabda Nabi: ''Janganlah engkau marah.'' Maka diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau: ''Janganlah engkau marah.''
Pengarang kitab Al-Ifshah berkata: ''Boleh jadi Nabi shalallahu alaihi wa salam mengetahui laki-laki tersebut sering marah, sehingga nasihat ini ditujukan khusus kepadanya. Nabi shalallahu alaihi wa salam memuji orang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya ketika marah.'' Sabda beliau:
''Bukanlah dikatakan orang kuat karena dapat membanting lawannya, tetapi orang yang kuat ialah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya di waktu marah.'' (HR. Bukhari, no. 5648)
Allah juga memuji orang yang dapat mengendalikan nafsunya ketika marah dan mudah memberi maaf kepada orang lain. Diriwayatkan dari Nabi shalallahu alaihi wa salam bahwa beliau bersabda:
''Barang siapa menahan marahnya padahal ia sanggup untuk melampiaskannya, maka kelak Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di hadapan segala makhluk, sehingga ia diberi hak memilih bidadari yang disukainya.''
Dalam hadits lain disebutkan: ''Marah itu dari setan'' (HR. Abu Dawud, no. 4152)
Oleh karena itu, orang yang marah menyimpang dari keadaan normal, berkata yang bathil, berbuat yang tercela, menginginkan kedengkian, perseteruan, dan perbuatan-perbuatan tercela. Semua itu adalah akibat dari rasa marah.
Saudaraku, marilah kita menyimak resep nabawi dalam menahan rasa marah ini. Nabi bersabda:
''Sungguh aku mengetahui satu kalimat yang bila diucapkan maka hilanglah marahnya, yaitu: 'A'udzu billaahi minasy syaithaanir rajiim'.'' (HR. Tirmidzi no 3374)
Demikianlah, karena sesungguhnya setanlah yang mendorong marah. Setiap orang yang menginginkan hal-hal yang terpuji, setan selalu membelokannya dan menjauhkannya dari keridhaan Allah, maka mengucapkan 'a'udzu billaahi minasy syaithaanir rajiim' merupakan senjata yang paling kuat untuk menolak tipu daya setan ini. Semoga bermanfaat.
Maraji':
Syarah Hadits Arba'in Imam Nawawi, Ibnu Daqiq Al-'Ied, Penerbit Media Hidayah.