"Peperangan antara keluarga Saul dan keluarga Daud berlarut-larut; Daud kian lama kian kuat, sedang keluarga Saul kian lama kian lemah" [ II Samuel 3:1 ].
Saul adalah orang yang dipilih Tuhan untuk menjadi raja atas Israel. Oleh kepemimpinannya, Israel mengalami kelepasan demi kelepasan dari musuh-musuh mereka. Pada awalnya, pelayanan Saul sebagai raja sangat disertai Tuhan, sehingga Alkitab menulis, "?ke manapun ia pergi, ia selalu mendapat kemenangan" [ I Sam. 14:47 ]. Tetapi Saul tidak dapat mengakhiri pelayanannya dengan baik, dan ia ditolak sebagai raja. Alasan Tuhan menolak Saul adalah, karena Saul telah menolak firman Tuhan [ I Sam. 15:23 ]. Pertanyaannya bagi kita saat ini adalah, mengapa Saul menolak firman Tuhan ? Apakah Daud tidak pernah menolak firman Tuhan ? Bagaimana dengan kegagalan-kegagalan Daud ?
Mungkin ada banyak alasan yang dapat dikemukakan tentang mengapa Saul menolak firman Tuhan, dan juga ada banyak perbedaan karakter antara Daud dan Saul. Tetapi, kalau kita perhatikan perbedaan mendasar antara Daud dan Saul adalah bahwa Saul menjadi raja tanpa dipersiapkan lebih dahulu, sedangkan Daud menjadi raja setelah dibentuk dan di disiplin Tuhan sejangka waktu. Pembentukkan Tuhan yang dialami oleh Daud membuat ia senang dekat dengan Tuhan. Salah satu mazmurnya adalah, "hanya dekat Allah saja aku tenang". Melalui penderitaannya, Daud belajar bagaimana memuji Tuhan serta mengucapkan kata-kata yang di-inspirasikan Allah, yang mana dituangkan dalam mazmur-mazmurnya. Semua ini membuat Daud akrab dengan firman Tuhan. Kegagalan Daud bukanlah disebabkan penolakan akan firman Tuhan. Kegagalannya adalah karena kelemahan manusiawi, tetapi jika datang firman Tuhan, Daud menerimanya serta tunduk pada otoritas Allah.
Ini sangat berbeda dengan Saul. Sekalipun Saul berpenampilan meyakinkan dihadapan Umat Tuhan, namun ia tidak akrab dengan firman Tuhan. Sepanjang kita baca dan selidiki mengenai Saul, dapatlah disimpulkan bahwa Saul tidak memiliki kerinduan yang dalam akan Allah. Saul terfokus kepada Umat Tuhan, sementara Daud terfokus kepada Allah. Nampaknya, inilah perbedaan diantara keduanya, yang menyebabkan keluarga Daud semakin kuat sementara keluarga Saul semakin lemah.
Betapa berbahayanya seseorang yang tidak mengalami proses disiplin Allah, jika ia menjadi pemimpin atau kepala keluarga. Menjadi seorang bapa memerlukan persiapan. Kebanyakan orang berpikir bahwa persiapan untuk menikah adalah pekerjaan yang mapan, umur, fasilitas atau yang lainnya. Sesungguhnya, persiapan menjadi bapa yang terutama adalah akrab dengan firman Tuhan. Memiliki hati yang rindu akan firmanNya. Tetapi semua ini tidak mungkin dipaksakan. Namun, jika seorang pemuda telah menerima disiplin Tuhan, maka ia semakin dekat dengan firman Tuhan. Demikianlah genap firmanNya, "Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya" [Ratapan 3:27 ]. Membangun keluarga yang kian lama kian kuat, membutuhkan seorang bapa yang dekat dengan firmanNya.
Saul adalah orang yang dipilih Tuhan untuk menjadi raja atas Israel. Oleh kepemimpinannya, Israel mengalami kelepasan demi kelepasan dari musuh-musuh mereka. Pada awalnya, pelayanan Saul sebagai raja sangat disertai Tuhan, sehingga Alkitab menulis, "?ke manapun ia pergi, ia selalu mendapat kemenangan" [ I Sam. 14:47 ]. Tetapi Saul tidak dapat mengakhiri pelayanannya dengan baik, dan ia ditolak sebagai raja. Alasan Tuhan menolak Saul adalah, karena Saul telah menolak firman Tuhan [ I Sam. 15:23 ]. Pertanyaannya bagi kita saat ini adalah, mengapa Saul menolak firman Tuhan ? Apakah Daud tidak pernah menolak firman Tuhan ? Bagaimana dengan kegagalan-kegagalan Daud ?
Mungkin ada banyak alasan yang dapat dikemukakan tentang mengapa Saul menolak firman Tuhan, dan juga ada banyak perbedaan karakter antara Daud dan Saul. Tetapi, kalau kita perhatikan perbedaan mendasar antara Daud dan Saul adalah bahwa Saul menjadi raja tanpa dipersiapkan lebih dahulu, sedangkan Daud menjadi raja setelah dibentuk dan di disiplin Tuhan sejangka waktu. Pembentukkan Tuhan yang dialami oleh Daud membuat ia senang dekat dengan Tuhan. Salah satu mazmurnya adalah, "hanya dekat Allah saja aku tenang". Melalui penderitaannya, Daud belajar bagaimana memuji Tuhan serta mengucapkan kata-kata yang di-inspirasikan Allah, yang mana dituangkan dalam mazmur-mazmurnya. Semua ini membuat Daud akrab dengan firman Tuhan. Kegagalan Daud bukanlah disebabkan penolakan akan firman Tuhan. Kegagalannya adalah karena kelemahan manusiawi, tetapi jika datang firman Tuhan, Daud menerimanya serta tunduk pada otoritas Allah.
Ini sangat berbeda dengan Saul. Sekalipun Saul berpenampilan meyakinkan dihadapan Umat Tuhan, namun ia tidak akrab dengan firman Tuhan. Sepanjang kita baca dan selidiki mengenai Saul, dapatlah disimpulkan bahwa Saul tidak memiliki kerinduan yang dalam akan Allah. Saul terfokus kepada Umat Tuhan, sementara Daud terfokus kepada Allah. Nampaknya, inilah perbedaan diantara keduanya, yang menyebabkan keluarga Daud semakin kuat sementara keluarga Saul semakin lemah.
Betapa berbahayanya seseorang yang tidak mengalami proses disiplin Allah, jika ia menjadi pemimpin atau kepala keluarga. Menjadi seorang bapa memerlukan persiapan. Kebanyakan orang berpikir bahwa persiapan untuk menikah adalah pekerjaan yang mapan, umur, fasilitas atau yang lainnya. Sesungguhnya, persiapan menjadi bapa yang terutama adalah akrab dengan firman Tuhan. Memiliki hati yang rindu akan firmanNya. Tetapi semua ini tidak mungkin dipaksakan. Namun, jika seorang pemuda telah menerima disiplin Tuhan, maka ia semakin dekat dengan firman Tuhan. Demikianlah genap firmanNya, "Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya" [Ratapan 3:27 ]. Membangun keluarga yang kian lama kian kuat, membutuhkan seorang bapa yang dekat dengan firmanNya.