Kalina
Moderator
1sehubung ada bencana lokal, jadi.. yang The Rose saya pending....
ini cerita iseng & spontan... langsung ditulis di sini.. untuk judul.. juga bersifat sementara. Kalau ada yang mau sumbangin judul... boleehh.. [<
Jet pribadi itu mendarat di Bandara Juanda. Seorang gadis cantik turun dari pesawat mewah itu.
Disambut oleh papa dan mamanya. Juga sepupunya.
Jet Pribadi
Diana: "Reyna, sayang.. akhirnya kamu pulang.."
Sang mama sungguh tak sabar ingin memeluk putri sematawayangnya, yang baru menyelesaikan pendidikannya di London, UK. Enam tahun lamanya, sejak Reyna lulus SMA, dan langsung fly ke negeri Ratu Elizabeth itu.
Reyna: "IYa, Reyna kangen banget sama mama dan papa.."
Ia memeluk papanya juga.
Reyna: "Gak kelewat... gue juga kangen sama lo, Mora..!!"
Mora: "Haha..!! Duo ratu gosip kembali bersatu..!!"
Reyna: "Haha..!! Gak berubah ya, manusia satu ini.."
Mora: "Elu juga..!!"
Sepanjang perjalanan dari Surabaya ke Jember, Reyna dan Mora rame terus. Namanya anak muda, sahabatan, dan sama-sama cerewet tingkat tinggi. Namun sepertinya Reyna telah banyak berubah. Tak secerewet saat remaja.
Reyna Wijaya.....
Diana Wijaya mamanya Reyna
Arif Wijaya, papanya Reyna
Mora, sepupu.. sekaligus sahabat paling dekatnya Reyna
Perjalanan Surabaya ke Jember memang lama.. sekitar 4 sampai 5 jam. Namun, dengan keceriaan mereka, tak terasa, waktu pun cepat berlalu, dan jarak jauh serasa dekat.
Mora turun duluan dari mobil. Kemudian Reyna. Setelah itu papa, dan mamanya. Sopir menurunkan barang-barang yang dibawa Reyna. Mbak Surti dan Pak Mo membawakannya ke dalam.
Dengan percaya diri, Reyna membuka sendiri pintu rumah.. dan.. "WELCOME HOME, REYNA WIJAYA..!!"
Waahh.. semua keluarga dan teman-teman Reyna telah berkumpul di rumah dan membuat pesta penyambutan.
1 Minggu kemudian..
Rumah mewah keluarga Wijaya
Padahal, hanya enam tahun di UK. Kenapa sulit bagi Reyna untuk beradaptasi? Ia sudah lupa jalanan Jember yang rumit sekalee.. Maka, ia membutuhkan seorang "guide".
Reyna: "Papa.. aku butuh "guide" untuk antar jemput aku.. untuk temenin jalan-jalan, dan sebagainya. Boleh?"
Arif: "Maksud kamu sopir?"
Reyna: "Bukan, Pa.. Aku butuh seseorang yang bisa diajak ngobrol dan nyambung. Jadi, kalau aku bingung, gak tau arah, dia bisa kasih jawaban.."
Arif: "Lebih tepatnya.. asisten ya, Sayang?"
Reyna: "Ya.. bisa juga disebut itu. Boleh, ya?"
Arif: "Nanti, papa coba carikan yang tepat, ya.."
Reyna: "Terimakasih, Papaku, Sayang.."
Reyna memang putri tunggal yang sangat dimanja. Terutama oleh papanya.
Suatu siang..
Arif memang selalu pulang untuk makan siang di rumah. Dan siang itu, Arif tidak sendiri. Ia bersama seorang pria muda, ganteng, wah.. pokoknya keren, deh.. Namanya Ardhi.
Arif: "Dhi.. ini putri Om.. namanya Reyna.."
Ardhi tersenyum pada Reyna. Begitu pun sebaliknya.
Arif: "Rey.. Ardhi ini.. nantinya yang akan jadi asisten kamu. Sesuai dengan yang kamu minta.."
Rupanya, Diana sudah kenal dengan Ardhi.
Diana: "Ardhi ini hobinya gak jauh beda sama kamu. Shopping dan travelling. Dia tuh paling tau tempat-tempat yang tepat. Mau makan bubur ayam, dia tu restoran bubur ayam paling enak di Jember. Mau pergi beli baju.. dia juga tau tempat yang jual pakaian dengan kualitas terbaik."
Ardhi: "Tante.. kok jadi promosi, sih.."
Sebenarnya, Ardhi adalah pimpinan Management Creatif di perusahaannya Arif, Wijaya Fame. Ia bertugas mencetuskan sebuah ide untuk produk baru perusahaan tersebut.
Ardhi Subono
Reyna: "Gak heran.. kalau kamu kerja itu. Emang harus banyak refreshing untuk cari ide baru. Caranya.. ya dengan jalan-jalan.."
Ardhi: "Pekerjaan itu.. ya hobi aku.."
Reyna merasa.. Ardhi orangnya tak mudah diajak bercanda.
Reyna: "Oh ya.. sejak pulang dari Inggris.. ada satu hal yang pengen aku lakuin."
Ardhi: "Apa?"
Reyna: "Main komidi putar.."
Ardhi: "Apa? Komidi putar?"
Reyna: "Iya.. main di mana, ya..?"
Ardhi: "Hm.. aku harap.. Inggris gak membuat kamu lupain Pasar Malem ala Jember.."
Reyna: "Jember Expo...."
Sementara itu.. Diana dan Arif di rumah, bicara cukup serius.
Ardhi Subono
Diana: "Pa.. aku harap.. Reyna dan Ardhi bisa cocok. Lalu.. kita bisa segera mewujudkan keinginan terakhir papiku.."
Arif: "Ma.. tapi, aku minta satu hal.. Kalau Reyna menolak.. tolong jangan dipaksa, ya.. Aku ingin.. putri sematawayang kita meraih kebahagiaannya sendiri.."
Diana mengangguk.
Diana: "Oh ya, besok aku mau jenguk mamiku di Banyuwangi. Kamu mau ikut, Pa?"
Arif: "Aku gak bisa, Ma. Banyak meeting."
Diana: "Ya udah. Biar Reyna nemenin papa, ya.."
Arif: "Iya.."
Ah.. mama telah ke Banyuwangi. Papa sibuk terus di kantor. Ardhi.. tidak bisa minta dia nemenin terus. Dia kan kerja juga.
Reyna menelpon Mora.
Reyna: "Ra, ke rumah, ya.. sendirian, nih.."
30 menit kemudian, Mora datang. Bawa Pizza.
Mora: "Nyokap lo ke mana?"
Reyna: "Ke Banyuwangi.. seminggu."
Mora: "Bokap?"
Reyna: "Sibuk di kantor.."
Lalu, Reyna membuka laptopnya. Menunjukkan pada Mora, ia ingin pergi berlibur.
Reyna: "Mendaki gunung kayaknya asik, Ra.. And.. i choose this.. Bromo.."
Mora: "Jauh amat ke Bromo.."
Reyna: "Lo mau ikut, kan?"
Mora: "Kapan perginya..?"
Reyna: "Lusa, deh.."
Mora mengunyah pizzanya sambil mengingat-ingat schedule kerjanya.
Mora: "Lusa, ya..? Wah.. gak bisa.. ada pernikahan pake EO gue.."
Reyna: "Kalau gitu.. gue pergi sendiri."
Rencana Reyna membuat Arif dan Ardhi terkejut.
Arif: "Sayang.. kamu kan baru aja tiba di Indonesia. Belum seminggu, loh.. Masa.. udah mau liburan jauh-jauh.."
Reyna: "Pa.. di Inggris sana.. aku sebulan sekali pasti mendaki gunung.. atau berjemur di pantai.. Udah jadi rutinitas.."
Arif: "Putri papa satu ini.. kalau udah punya keinginan pasti gak bisa ditawar.."
Reyna tersenyum.
Ardhi: "Aku temenin ya, Rey..?"
Reyna: "Kalau kamu sibuk, jangan.."
Ardhi: "Gak sibuk, kok.."
Reyna: "Ya udah.. besok, kita naik kereta api, ya.."
Dua tiket kereta api telah dipesan. Reyna juga sudah ready to go. Pukul sepuluh pagi, Ardhi datang. Keduanya diantar sopir menuju stasiun.
Ardhi: "Pemandangan di Bromo indah banget, loh.."
Reyna: "Iya. Aku lihat di google semalam.. Dan aku juga udah prepare kamera."
Ardhi: "Hobi fotografi?"
Reyna: "My job is my hobby.."
Keduanya tertawa.
to be continue..
the train
Perjalanan dari Jember ke Probolinggo hanya butuh waktu tak sampai 1 jam. Dan menuju Bromo, dari stasiun, mereka naik bus, yang akan membawa mereka menuju kawasan Bromo.
Adalah Bromo View Villa.. yang disewa Ardhi, untuk tempat mereka bermalam.
Wah.. Bromo di malam hari.. ternyata amat sangat dingin. Dan Reyna tak tau itu sama sekali.
Reyna: "Astaga.. aku gak bawa baju tebal.."
Ardhi: "Malam ini dinginnya belum seberapa, loh.. Ntar pagi nih yang menantang. Bisa mencapai nol derajat celcius!!"
Reyna: "Trus gimana?"
Ardhi: "Aku bawa lebih, kok.. Bisa pakai punya aku dulu.."
Reyna: "Thanks ya, Ardhi.."
Ardhi tersenyum.
Ardhi: "Ya udah.. kami istirahat dulu, ya.. Aku cari makan.."
Reyna: "He... eehh.."
Reyna menarik selimut. Lalu berbaring.
Tapi.. seseorang mengetuk pintu villa. Dengan sedikit menggigil Reyna membuka pintu. Seorang pria memakai topi dan jaket tebal berdiri di depan pintu.
"Mana Kathlyn? Kamu yang namanya Rani? Balikin Kathlyn!!"
Astaga, orang mabuk.
Reyna: "Apa-apaan, sih?! Gue bukan yang elo cari.. as*h*le!!
Aroma alkohol menyeruak dari tubuh laki-laki ini.
Reyna mengambil segelas air dingin dari kulkas, dan menyiram wajah pria itu. Brrr..!! Hampir saja pria itu mengamuk. Untungnya ada petugas keamanan yang segera membekuk pria itu.
Dan pada saat itu juga, Ardhi datang.
Ardhi: "Itu tadi siapa, Rey?"
Reyna: "Orang mabuk."
Ardhi: "Kamu diapain?"
Reyna tertawa. Sama sekali tak ambil pusing.
Reyna: "Mestinya kamu nanya, aku apain tuh orang."
Ardhi: "Emang kamu apain dia?"
Reyna: "Aku siram air dingin. Biar mabuknya hilang.."
Cewek aneh. Tapi cerdas dan menarik. Itulah kesan Ardhi pada Reyna sejauh ini..
Bromo Villa View (aslinya.. Lava View)
Last edited: