emansipasi
New member
Persaingan bisnis yang semakin ketat mengharuskan perusahaan untuk terus meningkatkan keunggulan bersaingnya. Sumber daya manusia merupakan faktor penting untuk memenangi persaingan. Paradigma perusahaan tentang mudahnya mencari SDM dan membiarkan karyawan berprestasi pergi sudah harus ditinggalkan. Perusahaan berlomba mengelola
karyawan terbaik dan memberikan program-program khusus untuk meningkatkan performa para bintang perusahaan.
Para profesional dan eksekutif bintang juga memilih-milih tempat mereka berkarier dan tidak mau masuk sembarang perusahaan. Nilai intangible dan perusahaan semakin penting untuk mereka ini. Perusahaan branded yang memiliki value positif merupakan pilihan utama mereka, tentu saja ditambah dengan kepuasan kerja, kesempatan berkembang, good leadership, kompensasi yang menarik dan balance lifestyle.
Dengan manajemen bakat, karyawan bintang akan menikmati segala fasilitas sedangkan untuk karyawan yang susah berkembang dan tidak dapat dibina lagi akan dipaksa untuk keluar. Istilah RMS alias rajin malas sama, tidak akan ada lagi di perusahaan di era persaingan seperti ini. Seperti halnya pasar, karyawan disegmentasikan kepada beberapa kelompok. Kelompok pertama misalnya, merupakan kelompok yang mempunyai potensi sangat tinggi dan performa melebihi target. Kelompok 2 yang mempunyai potensi tinggi dan performa mencapai target dan kelompok lainnya sampai dengan kelompok yang tidak mencapai target dengan potensi yang biasa saja.
Penanganan kepada masing-masing kelompok akan berbeda yang tujuan supaya semua kelompok dapat menghasilkan performa yang optimal. Untuk kelompok bintang perusahaan misalnya, alokasi aktivitasnya lebih banyak kepada mentoring pada pengembangan karier dan untuk yang tidak mencari target misalnya, fokus kegiatannya pada konseling terhadap performanya.
Hal ini semua dapat dijalankan bila perusahaan mempunyai manajemen performa yang jelas, mulai dari goal setting, Key performance index, performance review, role profiling, competency frame work dan management of poor performer. Last but not least komitmen CEO akan peran strategic partner dan HR merupakan kunci keberhasilan semua program.
Sumber : Sindo
karyawan terbaik dan memberikan program-program khusus untuk meningkatkan performa para bintang perusahaan.
Para profesional dan eksekutif bintang juga memilih-milih tempat mereka berkarier dan tidak mau masuk sembarang perusahaan. Nilai intangible dan perusahaan semakin penting untuk mereka ini. Perusahaan branded yang memiliki value positif merupakan pilihan utama mereka, tentu saja ditambah dengan kepuasan kerja, kesempatan berkembang, good leadership, kompensasi yang menarik dan balance lifestyle.
Dengan manajemen bakat, karyawan bintang akan menikmati segala fasilitas sedangkan untuk karyawan yang susah berkembang dan tidak dapat dibina lagi akan dipaksa untuk keluar. Istilah RMS alias rajin malas sama, tidak akan ada lagi di perusahaan di era persaingan seperti ini. Seperti halnya pasar, karyawan disegmentasikan kepada beberapa kelompok. Kelompok pertama misalnya, merupakan kelompok yang mempunyai potensi sangat tinggi dan performa melebihi target. Kelompok 2 yang mempunyai potensi tinggi dan performa mencapai target dan kelompok lainnya sampai dengan kelompok yang tidak mencapai target dengan potensi yang biasa saja.
Penanganan kepada masing-masing kelompok akan berbeda yang tujuan supaya semua kelompok dapat menghasilkan performa yang optimal. Untuk kelompok bintang perusahaan misalnya, alokasi aktivitasnya lebih banyak kepada mentoring pada pengembangan karier dan untuk yang tidak mencari target misalnya, fokus kegiatannya pada konseling terhadap performanya.
Hal ini semua dapat dijalankan bila perusahaan mempunyai manajemen performa yang jelas, mulai dari goal setting, Key performance index, performance review, role profiling, competency frame work dan management of poor performer. Last but not least komitmen CEO akan peran strategic partner dan HR merupakan kunci keberhasilan semua program.
Sumber : Sindo