Kalina
Moderator
Semalam, mama dan papaku ngomongin soal pernikahanku (Owh My God! Ini bener-bener menyebalkan. Soalnya aku masih 20 tahun. Kok disuruh merit? Mereka kok gak mikirin masa depanku yang lebih penting. Yaitu Kuliyah).
Mereka pada tau, kalo aku tuh pengen menikah sama Tionghoa Muslim. Karena aku pengen nyenengin Alm. kakekku. Karena, cucunya yang masih murni Tionghoa (mama n papa Tionghoa) adalah aku dan adikku. Sayang, aku dan adikku bukan cucu dalam. Jadi, gak bisa bawa nama beliau sampai ke keturunanku Nanti. Tapi, aku tetep akan pakaikan namanya di tengah nama anakku.
Ah.. ini kan masalah 100 tahun ke depan. Kenapa harus dipikirkan sekarang? Ini terpaksa!
Nah, di tengah-tengah obrolan ini, mamaku berandai. Seandainya gak dapet Tionghoa, aku mo dinikahin sama orang militer temen papa tiriku. Tau gak, aku jawab apa? "Ya aku tinggal selingkuh." Jawaban itu spontan keluar dari mulutku. Dan itu pun bisa jadi keputusanku.
Kenapa aku punya keputusan seperti itu, dan sangat keras kepala?
Karena aku mau tunjukin ke mereka, bahwa aku sudah dewasa dan berhak ambil keputusan sendiri. Terlepas benar atau tidak, sudah bukan urusan mereka. Mau dibilang kurang ajar, aku juga gak peduli. Aku tau, Tuhan Maha Melihat, Maha Mendengar, dan Maha Tau. Dia pun pasti lebih tau, kenapa aku bisa jadi se-kurang ajar itu.
Sekarang, sebagai share, aku mo nanya..
Makasih..
Mereka pada tau, kalo aku tuh pengen menikah sama Tionghoa Muslim. Karena aku pengen nyenengin Alm. kakekku. Karena, cucunya yang masih murni Tionghoa (mama n papa Tionghoa) adalah aku dan adikku. Sayang, aku dan adikku bukan cucu dalam. Jadi, gak bisa bawa nama beliau sampai ke keturunanku Nanti. Tapi, aku tetep akan pakaikan namanya di tengah nama anakku.
Ah.. ini kan masalah 100 tahun ke depan. Kenapa harus dipikirkan sekarang? Ini terpaksa!
Nah, di tengah-tengah obrolan ini, mamaku berandai. Seandainya gak dapet Tionghoa, aku mo dinikahin sama orang militer temen papa tiriku. Tau gak, aku jawab apa? "Ya aku tinggal selingkuh." Jawaban itu spontan keluar dari mulutku. Dan itu pun bisa jadi keputusanku.
Kenapa aku punya keputusan seperti itu, dan sangat keras kepala?
Karena aku mau tunjukin ke mereka, bahwa aku sudah dewasa dan berhak ambil keputusan sendiri. Terlepas benar atau tidak, sudah bukan urusan mereka. Mau dibilang kurang ajar, aku juga gak peduli. Aku tau, Tuhan Maha Melihat, Maha Mendengar, dan Maha Tau. Dia pun pasti lebih tau, kenapa aku bisa jadi se-kurang ajar itu.
Sekarang, sebagai share, aku mo nanya..
- Seandainya kamu dijodohkan.. mau, gak? Kenapa?
- Seandainya terpaksa dijodohkan, kamu pengen dijodohkan sama orang yang kayak gimana?
- Seandainya, orang tua kamu sudah meng-iyakan tipe jodoh yang kamu inginkan, tapi dalam sekejap, mereka malah ngejodohin kamu sama orang yang satu pun tipenya, bukan tipe yang kamu inginkan. bagaimana kamu menghadapi orang tua yang plin-plan begini?
Makasih..