radiaku
New member
gw nggak tahu ini harusnya di masukan kemana? ke short story ataukah ke self management..
tapi gw kira harusnya masuk ke sini, gw ingin pengalaman Bara ini gw ceritaain agar elu bisa memahami alurnya..
Based on kisah nyata....
hari itu ada yang menguncang hati Bara, dalam pengembaraan dirinya mencapai jagoan. Jam 8 malam telah lewat dengan santainya. Meninggalkan Bara yang masih berbincang bincang dengan seorang temannya, JPW. Seorang penjual buah yang punya pemikiran yang setara dengan Bara, kegigihannya, sudut pandangnya membuat JPW adalah salah satu dari sedikit sahabat Bara. Seorang dengan potongan preman bisa menjadi Penjual buah yang lumayan besar di kota kecil seperti ini, walaupun Bara tahu JPW adalah orang yang sama sekali berbeda dengan tampilan luarnya. Seorang yang lurus tapi keras, penampilan bisa menipu.
JPW di depan KIOSnya
Tiba tiba ada 2 orang pasangan setengah baya yang membeli buah dan perbincangannya dengan JPW terhenti sementara. Bukan karena JPW harus melayani pembeli sebab sudah ada, CEPOT sang Pegawai JPW. Pertama tama Bara masih acuh dengan apapun yang dilihatnya. Sang Istrilah yang membeli buah, dan dengan sopan dan wajah yang berseri seri membeli, Jeruk 1 kilo, Apel 1/2 kilo. Bara mulai menaruh perhatian pada saat ini karena aura yang berseri seri tadilah yang menarik perhatian Bara.
Tiba tiba JPW berdiri dan menanyakan tempat tinggal dan basa basi sebentar dengan sopan ke arah sang Suami yang berdiri menantikan sang istri dengan sepedanya. Yang tak lama kemudian istrinya sudah selesai membeli buah, lalu dengan bahagia naik sepeda bersama suaminya, yang mulai mengayuh sepeda tak lama setelah dengan sopan berpamitan pada kami semua. ( SEPEDA, beneran sepeda gw nggak boong, bukan mobil seharga milyaran, ataupun motor yang trendi seperti sekarang ).
kira kira mirip seperti ini
JPW tiba tiba berkata ke arah Bara, "Aku jarang menemui orang yang naik sepeda tapi bahagia".
"Benar, aku iri pada mereka yang berbahagia dengan kehidupannya" sambut bara
"Aku pun ingin kehidupan seperti mereka dan aku bertaruh nggak mungkin kebahagian mereka itu di raih dalam hitungan hari, tapi tahunan" lanjut JPW
"Bener, mereka berbahagia karena mereka menjalani hidup dengan perasaan bahagia. Ratusan bahkan ribuan penderitaan mungkin mereka sudah lalui dengan bahagia, mensyukuri hidup. Sayangnya banyak yang menilai kebahagian itu dengan materi" Bara menutup kata kata JPW
Mereka berdua menatap kepergian suami istri. Masih membekas wajah bahagia bahagia mereka. Bahkan Bara sempat berkata dalam hati, "aku akan mengorbankan apapun agar bisa sebahagia seperti mereka"
Mungkin ada baiknya kita mulai bertanya kepada diri kita, yang mungkin saat ini sedang lupa? APAKAH ANDA SUDAH BAHAGIA DENGAN KEHIDUPAN ANDA?
tapi gw kira harusnya masuk ke sini, gw ingin pengalaman Bara ini gw ceritaain agar elu bisa memahami alurnya..
Based on kisah nyata....
hari itu ada yang menguncang hati Bara, dalam pengembaraan dirinya mencapai jagoan. Jam 8 malam telah lewat dengan santainya. Meninggalkan Bara yang masih berbincang bincang dengan seorang temannya, JPW. Seorang penjual buah yang punya pemikiran yang setara dengan Bara, kegigihannya, sudut pandangnya membuat JPW adalah salah satu dari sedikit sahabat Bara. Seorang dengan potongan preman bisa menjadi Penjual buah yang lumayan besar di kota kecil seperti ini, walaupun Bara tahu JPW adalah orang yang sama sekali berbeda dengan tampilan luarnya. Seorang yang lurus tapi keras, penampilan bisa menipu.
JPW di depan KIOSnya
Tiba tiba ada 2 orang pasangan setengah baya yang membeli buah dan perbincangannya dengan JPW terhenti sementara. Bukan karena JPW harus melayani pembeli sebab sudah ada, CEPOT sang Pegawai JPW. Pertama tama Bara masih acuh dengan apapun yang dilihatnya. Sang Istrilah yang membeli buah, dan dengan sopan dan wajah yang berseri seri membeli, Jeruk 1 kilo, Apel 1/2 kilo. Bara mulai menaruh perhatian pada saat ini karena aura yang berseri seri tadilah yang menarik perhatian Bara.
Tiba tiba JPW berdiri dan menanyakan tempat tinggal dan basa basi sebentar dengan sopan ke arah sang Suami yang berdiri menantikan sang istri dengan sepedanya. Yang tak lama kemudian istrinya sudah selesai membeli buah, lalu dengan bahagia naik sepeda bersama suaminya, yang mulai mengayuh sepeda tak lama setelah dengan sopan berpamitan pada kami semua. ( SEPEDA, beneran sepeda gw nggak boong, bukan mobil seharga milyaran, ataupun motor yang trendi seperti sekarang ).
kira kira mirip seperti ini
JPW tiba tiba berkata ke arah Bara, "Aku jarang menemui orang yang naik sepeda tapi bahagia".
"Benar, aku iri pada mereka yang berbahagia dengan kehidupannya" sambut bara
"Aku pun ingin kehidupan seperti mereka dan aku bertaruh nggak mungkin kebahagian mereka itu di raih dalam hitungan hari, tapi tahunan" lanjut JPW
"Bener, mereka berbahagia karena mereka menjalani hidup dengan perasaan bahagia. Ratusan bahkan ribuan penderitaan mungkin mereka sudah lalui dengan bahagia, mensyukuri hidup. Sayangnya banyak yang menilai kebahagian itu dengan materi" Bara menutup kata kata JPW
Mereka berdua menatap kepergian suami istri. Masih membekas wajah bahagia bahagia mereka. Bahkan Bara sempat berkata dalam hati, "aku akan mengorbankan apapun agar bisa sebahagia seperti mereka"
Mungkin ada baiknya kita mulai bertanya kepada diri kita, yang mungkin saat ini sedang lupa? APAKAH ANDA SUDAH BAHAGIA DENGAN KEHIDUPAN ANDA?