Heru betul-betul menyesal. Tindakannya membalas SMS sembari menyetir telah membuat mobil barunya itu berubah bentuk. Mobil yang baru saja dibelinya dua minggu lalu itu kini harus masuk bengkel untuk diperbaiki.
Bisa jadi kita terkadang seperti Heru dalam kisah di tas. Kita lupa kalau tindakan menyetir sambil membalas SMS bisa berakibat fatal. Bukankah pandangannya pada saat bersamaan harus berfokus pada dua hal yaitu jalan dan keypad handphone. Heru seharusnya bisa bersikap bijak. Ia bisa memilih untuk membalas SMS setelah mobilnya sampai di tempat tujuan atau menepikan mobilnya sebentar agar bisa leluasa dalam mengetikkan SMS. Ini hanya soal prioritas.
Kekeliruan dalam menentukan prioritas dalam bertindak kerap menimbulkan masalah baru dan berbagai penyesalan. Saya kerap menjumpai banyak orang yang selalu mengatakan, ?Saya sibuk. Tidak punya waktu untuk ini atau itu.? Terkadang saking sibuknya mereka tidak lagi punya waktu untuk beribadah. Lambat-laun mereka merasa Tuhan pun tidak dekat dengan hidup mereka.
Saya pernah mencoba untuk lebih memahami orang-orang yang kerap mengatakan mereka sibuk sekali. Sayangnya, sebagian dari mereka sebenarnya tidak sungguh-sungguh sibuk. Bahkan, banyak dari tugas yang mereka kerjakan yang tidak bisa diselesaikan tepat waktu meski mereka telah bekerja sangat keras. Mengapa? Salah satu alasannya karena mereka asal sibuk. Harus diingat kalau sekedar sibuk saja belum tentu akan membawa hasil.
Bagi mereka yang suka membaca buku-buku motivasi dan mengikuti seminar motivasi tentu pernah mendengar istilah ?action is power?. Saya pribadi juga kerap mengatakan kalau orang ingin sukses ia harus menghindari lima organisasi terlarang yaitu: NATO (no action talk only), NACO (no action concept only), NADO (no action dream only), NAPO (no action plan only) dan NARO (no action review only). Betapa perlunya bertindak namun seiring perjalanan waktu, saya semakin menyadari kalau tidak semua tindakan akan membuahkan hasil yang baik.
Orang bijak kerap berkata, tindakan yang kita lakukan harus terdiri dari dua komponen tersebut yaitu kerja keras dan juga kerja cerdas. Bagaimana bentuk kongkritnya? Menurut saya ada beberapa unsur dalam sebuah tindakan yang akan membuahkan hasil.
Pertama, tindakan yang dilakukan berdasarkan prioritas. Tidak semua hal yang kita kerjakan adalah hal yang penting atau yang seharusnya kita lakukan. Kita bisa belajar hal ini dari para pemimpin yang benar-benar efektif dalam memimpin. Biasanya mereka hanya mengerjakan hal-hal yang telah menjadi prioritas bagi mereka dan selebihnya mereka delegasikan.
Kita dapat menentukan prioritas tindakan kita berdasarkan beberapa pertanyaan berikut: apakah tindakan kita akan membawa manfaat bagi peningkatan kualitas hidup kita? Apakah tindakan kita mendekatkan kita kepada impian kita? Apakah tindakan kita membawa manfaat bagi kehidupan orang lain?
Kedua, tindakan yang dilakukan dengan penuh komitmen. Orang yang penuh komitmen tidak akan menunda-nunda. Ia memiliki semangat yang tinggi untuk memulai dan juga menyelesaikan pekerjaannya. Ia tidak bekerja berdasarkan suasana hati.
Ketiga, tindakan yang dilakukan dengan penuh ketekunan. Sebuah pepatah dari Charles Spurgeon mengatakan, ?Berkat ketekunan, siput berhasil mencapai bahtera Nuh.? Komitmen tanpa ditunjang oleh ketekunan sering kali membuat seseorang berhenti di tengah jalan. Pada masa-masa sulit komitmen akan diuji. Pada saat itulah seseorang sangat memerlukan ketekunan.
Keempat, tindakan yang dievaluasi secara berkala. Mungkin Anda pernah mendengar kisah seorang penebang kayu yang begitu bersemangat dalam bekerja namun hasil kayu yang ditebangnya dari bulan ke bulan semakin sedikit. Meski ia telah bekerja dengan lebih giat, hasil yang diperolehnya tidak juga meningkat, bahkan semakin sedikit. Mengapa? Ia tidak meluangkan waktu untuk mengasah kapaknya. Tidak heran ada pepatah bijak yang menegaskan, kehidupan yang tidak dievaluasi sebenarnya tidak layak untuk dijalani.
Bagaimana menurut pengalaman Anda?
Bisa jadi kita terkadang seperti Heru dalam kisah di tas. Kita lupa kalau tindakan menyetir sambil membalas SMS bisa berakibat fatal. Bukankah pandangannya pada saat bersamaan harus berfokus pada dua hal yaitu jalan dan keypad handphone. Heru seharusnya bisa bersikap bijak. Ia bisa memilih untuk membalas SMS setelah mobilnya sampai di tempat tujuan atau menepikan mobilnya sebentar agar bisa leluasa dalam mengetikkan SMS. Ini hanya soal prioritas.
Kekeliruan dalam menentukan prioritas dalam bertindak kerap menimbulkan masalah baru dan berbagai penyesalan. Saya kerap menjumpai banyak orang yang selalu mengatakan, ?Saya sibuk. Tidak punya waktu untuk ini atau itu.? Terkadang saking sibuknya mereka tidak lagi punya waktu untuk beribadah. Lambat-laun mereka merasa Tuhan pun tidak dekat dengan hidup mereka.
Saya pernah mencoba untuk lebih memahami orang-orang yang kerap mengatakan mereka sibuk sekali. Sayangnya, sebagian dari mereka sebenarnya tidak sungguh-sungguh sibuk. Bahkan, banyak dari tugas yang mereka kerjakan yang tidak bisa diselesaikan tepat waktu meski mereka telah bekerja sangat keras. Mengapa? Salah satu alasannya karena mereka asal sibuk. Harus diingat kalau sekedar sibuk saja belum tentu akan membawa hasil.
Bagi mereka yang suka membaca buku-buku motivasi dan mengikuti seminar motivasi tentu pernah mendengar istilah ?action is power?. Saya pribadi juga kerap mengatakan kalau orang ingin sukses ia harus menghindari lima organisasi terlarang yaitu: NATO (no action talk only), NACO (no action concept only), NADO (no action dream only), NAPO (no action plan only) dan NARO (no action review only). Betapa perlunya bertindak namun seiring perjalanan waktu, saya semakin menyadari kalau tidak semua tindakan akan membuahkan hasil yang baik.
Orang bijak kerap berkata, tindakan yang kita lakukan harus terdiri dari dua komponen tersebut yaitu kerja keras dan juga kerja cerdas. Bagaimana bentuk kongkritnya? Menurut saya ada beberapa unsur dalam sebuah tindakan yang akan membuahkan hasil.
Pertama, tindakan yang dilakukan berdasarkan prioritas. Tidak semua hal yang kita kerjakan adalah hal yang penting atau yang seharusnya kita lakukan. Kita bisa belajar hal ini dari para pemimpin yang benar-benar efektif dalam memimpin. Biasanya mereka hanya mengerjakan hal-hal yang telah menjadi prioritas bagi mereka dan selebihnya mereka delegasikan.
Kita dapat menentukan prioritas tindakan kita berdasarkan beberapa pertanyaan berikut: apakah tindakan kita akan membawa manfaat bagi peningkatan kualitas hidup kita? Apakah tindakan kita mendekatkan kita kepada impian kita? Apakah tindakan kita membawa manfaat bagi kehidupan orang lain?
Kedua, tindakan yang dilakukan dengan penuh komitmen. Orang yang penuh komitmen tidak akan menunda-nunda. Ia memiliki semangat yang tinggi untuk memulai dan juga menyelesaikan pekerjaannya. Ia tidak bekerja berdasarkan suasana hati.
Ketiga, tindakan yang dilakukan dengan penuh ketekunan. Sebuah pepatah dari Charles Spurgeon mengatakan, ?Berkat ketekunan, siput berhasil mencapai bahtera Nuh.? Komitmen tanpa ditunjang oleh ketekunan sering kali membuat seseorang berhenti di tengah jalan. Pada masa-masa sulit komitmen akan diuji. Pada saat itulah seseorang sangat memerlukan ketekunan.
Keempat, tindakan yang dievaluasi secara berkala. Mungkin Anda pernah mendengar kisah seorang penebang kayu yang begitu bersemangat dalam bekerja namun hasil kayu yang ditebangnya dari bulan ke bulan semakin sedikit. Meski ia telah bekerja dengan lebih giat, hasil yang diperolehnya tidak juga meningkat, bahkan semakin sedikit. Mengapa? Ia tidak meluangkan waktu untuk mengasah kapaknya. Tidak heran ada pepatah bijak yang menegaskan, kehidupan yang tidak dievaluasi sebenarnya tidak layak untuk dijalani.
Bagaimana menurut pengalaman Anda?