[Sejarah] Diaspora

Tomoyo

New member
Diaspora

42-Ic.jpg

Diaspora (Yun.: penyebaran). Orang Yahudi yang berpencar-pencar; dahulu waktu Yerusalem dirusak oleh Nebukadnezar (586 sebelum Masehi) dengan membuang bangsa Yahudi ke Babil; beberapa abad kemudian orang Yahudi benpencar-pencar lagi, ‘aktu Yarusalem dihancurkan bala tentara Romawi di bawah Titus (70 Masehi), dengan tersebarnya orang Yahudi di seluruh dunia.
 
Bls: [Sejarah] Diaspora

Sebenernya istilah ini nggak hanya digunakan untuk khusus orang Yahudi saja, tapi buat semua etnis. Tapi Diaspora Yahudi-lah yang terkenal karena dilakukan terus menerus semenjak dulu.

Istilah diaspora digunakan (tanpa huruf besar) untuk merujuk kepada bangsa atau penduduk etnis manapun yang terpaksa atau terdorong untuk meninggalkan tanah air etnis tradisional mereka; penyebaran mereka di berbagai bagian lain dunia, dan perkembangan yang dihasilkan karena penyebaran dan budaya mereka.

Mulanya, istilah Diaspora (dengan huruf besar) digunakan oleh orang-orang Yunani untuk merujuk kepada warga suatu kota kerajaan yang bermigrasi ke wilayah jajahan dengan maksud kolonisasi untuk mengasimilasikan wilayah itu ke dalam kerajaan.

Asal usul kata itu sendiri diduga dari versi Septuaginta dari Kitab Ulangan 28:25, "sehingga engkau menjadi diaspora (bahasa Yunani untuk penyebaran) bagi segala kerajaan di bumi". Istilah ini telah digunakan dalam pengertian modernnya sejak akhir abad ke-20.

Makna aslinya terlepas dari maknanya yang sekarang ketika Perjanjian Lama diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, dan kata "diaspora" digunakan untuk merujuk secara khusus kepada penduduk Yahudi yang dibuang dari Yudea pada 586 SM oleh Babel, dan Yerusalem pada 135 M oleh Kekaisaran Romawi. Istilah ini digunakan berganti-ganti untuk merujuk kepada gerakan historis dari penduduk etnis Israel yang tersebar, perkembangan budaya penduduk itu, atau penduduk itu sendiri.

Bidang akademik dari studi diaspora terbentuk pada akhir abad ke-20, sehubungan dengan meluasnya arti 'diaspora'. Jacob Riis, seorang penulis yang tajam, menyimpulkan bahwa diaspora terbentuk pada pertengahan abad ke-20, namun pada kenyataannya makna diaspora yang diperluas baru disediliki pada akhir abad ke-20.

Pada abad ke-20 khususnya telah terjadi krisis pengungsi etnis besar-besaran, karena peperangan dan bangkitnya nasionalisme, fasisme, komunisme dan rasisme, serta karena berbagai bencana alam dan kehancuran ekonomi. Pada paruhan pertama dari abad ke-20 ratusan juta orang terpaksa mengungsi di seluruh Eropa, Asia, dan Afrika Utara. Banyak dari para pengungsi ini tidak meninggal karena kelaparan atau perang, pergi ke benua Amerika.

Daftar diaspora yang penting

  • Bangsa Afghan yang meninggalkan negara mereka sepanjang abad ke-20 karena perang saudara yang berkepanjangan.
  • Diaspora Afrika yang terdiri atas penduduk pribumi Afrika dan keturunan mereka, di manapun mereka berada di dunia di luar benua Afrika. Sebagian kaum Pan-Afrikanis dan Afrosentris juga menganggap bangsa-bangsa Negroid (atau "Afrikoid") Australoid (juga disebut "Vedoid"), dan bangsa-bangsa Kaukasoid hitam sebagai "bangsa-bangsa Afrika" yang berdiaspora. Kelompok-kelompok ini termasuk orang-orang Dravida dari India Selatan, Aborijin Australia, suku Melanesia, Orang Asli di Malaysia, dan suku Negrito di Filipina.
  • Orang-orang Arab yang bermigrasi keluar dari Dunia Arab, dan kini menetap di Eropa Barat, benua Amerika, Australia dan tempat-tempat lainnya.
  • Bangsa Armenia yang hidup di tanah air leluhur mereka, yang telah berabad-abad dikuasai oleh Kekaisaran Ottoman, yang melarikan diri dari penganiayaan dan pembantaian selama beberapa periode emigrasi terpaksa, sejak tahun 1880-an hingga 1910-an, termasuk Genosida Armenia 1915. Banyak orang Armenia menetap di California, Prancis dan Lebanon.
  • Bangsa Maluku yang melakukan perpindahan besar-besaran ke Eropa pada tahun 1952 karena maenolak bergabung dengan Indonesia. Selain itu banyak yang mengungsi karena Perang Dunia II dan konflik bernuansa SARA pada tahun 1999-2003. Kini dapat dijumpai dalam jumlah besar di negara-negara Eropa barat seperti Belanda, Belgia, Perancis kemudian Portugal, Amerika Serikat, Jerman dan beberapa negara lainnya.
  • Hampir 5% dari penduduk Australia sekarang menetap di luar Australia karena berbagai alasan. Gejala ini dikenal sebagai Diaspora Australia.
  • Diaspora Basque, orang-orang Basque yang meninggalkan Wilayah Basque, biasanya ke benua Amerika karena alasan ekonomi atau politik. Ada juga misionaris Katolik Basque.
  • Bangsa Chechen yang meninggalkan Chechnya pada akhir abad ke-20 karena pemberontakan melawan Federasi Rusia.
  • Orang Tionghoa di seberang lautan (Diaspora Tionghoa).
  • Diaspora Tatar Krimea, yang terbentuk setelah aneksasi Ke-khan-an Krimea oleh Rusia, pada 1783.
  • Bangsa Filipina di Australia, Amerika Serikat, Kanada dan Asia Tenggara. Para pekerja di luar negeri mempunyai partainya sendiri di Kongres Filipina.
  • Diaspora Kanada Perancis termasuk ratusan ribu orang yang meninggalkan Quebec untuk mencari "ladang yang lebih hijau" di Amerika Serikat, Ontario dan Prairie, antara 1840 dan 1930-an.
  • Diaspora Galicia, etnis Galicia yang meninggalkan negara mereka terutama karena alasan ekonomi menuju daerah-daerah lain di Spanyol atau di benua Amerika yang lebih kaya (khususnya Argentina dan Kuba) dan, belakangan, Eropa Barat (Jerman, Swiss, Prancis, Belgia).
  • Dalam bahasa Yunani modern, kata diaspora merujuk kepada penduduk keturunan Yunani yang besar jumlahnya dan menetap di Amerika Serikat, Australia dan negara-negara lain. Dalam pemerintah Yunani ada Departemen Urusan Diaspora.
  • Bangsa Roma (istilah lainnya: orang Gypsi), suatu kelompok masyarakat yang secara tradisional 'tersebar' di Eropa; mereka berasal dari Asia Selatan (atau mungkin India utara), dan kini semakin 'tersebar' setelah Holocaust Jerman Nazi.
  • Heimatvertriebene, pengungsi etnis Jerman dari bekas Kekaisaran Jerman di masa dan setelah Perang Dunia II, yang semakin diperbesar jumlahnya oleh garis Oder-Neisse.
  • Diaspora Irlandia terdiri dari para emigran Irlandia dan keturunan mereka di negara-negara seperti Amerika Serikat, Britania Raya, Kanada, Australia, Selandia Baru, Argentina, Afrika selatan dan negara-negara Karibia serta daratan Eropa. Diaspora ini terdiri dari lebih dari 80 juta orang dan merupakan akibat dari migrasi massal dari Irlandia, yang disebabkan oleh bala kelaparan dan penindasan politik. Istilahnya pertama kali digunakan secara luas di Irlandia pada 1990-an ketika Presiden Irlandia saat itu, Mary Robinson mulai menggunakannya untuk menggambarkan semua keturunan Irlandia).
  • Diaspora Indonesia, mengacu pada kegiatan merantau yang dilakukan oleh etnik-etnik di Indonesia.
    1. Diaspora Minangkabau. Dalam sejarah, aktivitas perantauan telah dilakukan oleh orang Minangkabau sejak abad ke-15. Menurut sebagian sarjana, sistem matrilineal yang diterapkan dalam adat Minang, menjadi faktor penyebab terjadinya perantauan orang Minang. Kini, lebih dari 1 juta jiwa Minangkabau perantauan hidup di Malaysia dan Singapura.
    2. Diaspora Jawa. Terjadi pada abad ke-19 dan 20, yaitu ketika pemerintahan kolonial Hindia Belanda, mengirim ribuan orang Jawa ke Suriname, Kaledonia Baru, dan Sumatera Timur untuk menjadi kuli di perkebunan milik Belanda.
  • Diaspora Yahudi dalam penggunaan historisnya, merujuk pada periode antara kehancuran negara Yahudi oleh Kekaisaran Romawi pada tahun 137, hingga pembentuk kembali negara Israel pada 1948. Dalam penggunaan modern, 'Diaspora' merujuk kepada orang-orang Yahudi yang tinggal di luar negara Israel sekarang. Dalam pemerintahan Israel ada 'Kementerian Urusan Diaspora', misalnya.
  • Bangsa Palestina yang meninggalkan Palestina pada Perang Arab-Israel 1948.
  • "Polonia", diaspora bangsa Polandia, yang dimulai setelah pembagian Polandia, Pemberontakan Januari dan Pemberontakan November, diperluas oleh kebijakan Nazi, dan belakangan oleh pembentukan Garis Curzon.
  • Diaspora Asia Tenggara mencakup jutaan orang di Suriname, Afrika Selatan, Trinidad dan Tobago, Guyana, Jamaika, Mauritius, Fiji, Singapura, Malaysia dan negara-negara lainnya yang meninggalkan India Britania pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, serta jutaan orang yang telah pindah ke Australia, Kanada, Selandia Baru, Amerika Serikat, Britania Raya dan Uni Emirat Arab dalam beberapa dasawarsa terakhir.
  • Diaspora Asia Tenggara mencakup para pengungsi dari berbagai peperangan yang terjadi di Asia tenggara, seperti Perang Dunia II dan Perang Vietnam.
    o Manusia perahu yang meninggalkan Vietnam dan pergi ke Hong Kong setelah Perang Vietnam.
  • Berbagai minoritas etnis dari wilayah-wilayah yang dikuasai Rusia dan Soviet setelah Revolusi Rusia, yang berlanjut dengan pemukiman paksa secara massal di bawah Stalin.
  • Berbagai kelompok yang melarikan diri dalam jumlah besar dari wilaha-wilayah yang dikuasai negara-negara Poros (Axis) pada masa Perang Dunia II, atau sesudah perubahan-perubahan perbatasan setelah perang, dan membentuk diaspora mereka masing-masing.
  • Diaspora Somali yang mencakup etnis Somali yang tinggal di Ethiopia, Kenya, dan Djibouti, serta bagian-bagian lain Afrika. Juga mencakup satu juta orang yang hidup di Eropa, Australia, Selandia Baru, Amerika Utara, dan Timur Tengah sebagai pengungsi dari perang saudara. Jumlah keseluruhannya sekitar lima hingga tujuh juta. Jumlah ini hampir sama dengan populasi Somali sendiri.
  • Diaspora Afrika Selatan terutama terdiri dari para emigran Afrika Selatan, khususnya warga kulit putih berbahasa Afrikaans yang meninggalkan negaranya karena sejumlah alasan. Ada pula kelas menengah kulit hitam yang bertambah di Afrika Selatan, banyak di antaranya juga mulai beremigrasi, hingga menambahkan beban demografi warga Afrika Selatan di luar negeri. Bangsa Afrika Selatan pada umumnya menetap di Britania Raya, Australia, Amerika Serikat, Selandia Baru dan Kanada.
  • Diaspora bangsa Tibet yang dimulai pada 1959 ketika pemerintah Tiongkok dengan kejam menyerang dan memaksa rakyat tibet kelua dari negerinya dan menganeksasi engara itu menjadi bagian dari RRC.
  • Fiksi ilmiah yang futuristik kadang-kadang merujuk kepada "Diaspora", yang berlangusng ketika umat manusia meninggalkan bumi untuk menetap di "dunia-dunia koloni" yang jauh bertebaran di angkasa luar.
Daftar di atas tidaklah menyeluruh ataupun definitif. Hanya beberapa saja yang telah mendapatkan perhatian historis. Ada banyak pembicaraan baru-baru ini (setelah Badai Katrina pada 2005) tentang diaspora New Orleans atau Pantai Teluk AS, tetapi baru kelak kita dapat mengetahui seberapa signifikan jumlah pengungsi yang tidak akan kembali.

Pada masa Perang Dingin, sejumlah besar pengungsi keluar dari daerah-daerah peperangan, khususnya dari negara-neara Dunia Ketiga; dari seluruh Afrika, Amerika Selatan dan Tengah, Timur Tengah, dan Asia timur.


-dipi-
 
Last edited:
Bls: [Sejarah] Diaspora

Diaspora Yahudi

Diaspora Yahudi (bahasa Ibrani: Tefutzah, "tersebar", atau Galut, "pembuangan") adalah penyebaran orang-orang Yahudi di seluruh dunia. Secara umum pengertian diaspora dianggap telah dimulai dengan pembuangan di Babel pada 597 SM, setelah sejumlah komunitas Yahudi Timur Tengah terbentuk pada waktu itu sebagai akibat dari kebijakan yang toleran dan kemudian menjadi pusat-pusat kehidupan Torah dan Yudaisme yang penting selama abad-abad berikutnya. Kekalahan orang-orang Yahudi pada Pemberontakan Besar Yahudi pada tahun 70 dan Pemberontakan Bar Kokhba pada 135 dalam menghadapi Kekaisaran Romawi merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan besarnya jumlah dan daerah pemukiman di diaspora, karena banyak orang Yahudi yang tersebar setelah hilangnya negara mereka Yudea atau dijual dalam perbudakan di seluruh kekaisaran.

Istilah ini juga digunakan - dalam pengertian rohani - bagi orang-orang Yahudi yang nenek-moyangnya berganti agama dengan agama-agama di luar Israel, meskipun misalnya orang-orang itu tidak dapat disebut hidup di dalam pembuangan.

Diaspora Pra-Romawi

Setelah kerajaan Yehuda dikalahkan oleh bangsa Khaldea pada 588 SM, dan diangkutnya sejumlah besar penduduknya ke lembah Sungai Efrat, orang-orang Yahudi mempunyai dua titik berkumpul yang utama: Babel dan Tanah Israel.

Meskipun kebanyakan orang Yahudi, khususnya keluarga-keluarga kaya, tinggal di Babel, kehidupan mereka, di bawah rentetan pemerintahan dinasti Akhemenid, Kekaisaran Seleukus, Partia, dan dinasti Sasani, suram dan tidak berarti secara politik. Unsur yang paling miskin namun hidup dari orang-orang yang hidup di pembuangan ini kembali ke Tanah Israel pada pemerintahan dinasti Akhemenid. Di sana, dengan dibangunnya kembali Bait Suci Yerusalem sebagai pusatnya, kelompok ini menata kembali dirinya menjadi sebuah komunitas, yang diwarnai oleh semangat keagamaan yang kuat dan ikatan yang erat dengan Torah, yang sejak itu menjadi pusat identitasnya. Tak lama kemudian kelompok kecil ini semakin bertambah besar dengan datangnya kelompok-kelompok tambahan dari berbagai tempat, lalu bangkitlah suatu kesadaran akan dirinya sendiri, dan mereka mulai berjuang untuk membentuk ikatan politik.

Setelah berbagai perubahan, khususnya yang disebabkan oleh pertikaian internal dalam dinasti Seleukus di satu pihak, dan karena dukungan pihak Roma yang mempunyai kepentingan di pihak lain, perjuangan kemerdekaan Yahudi akhirnya menang. Di bawah para pangeran Hasmonea yang mula-mula adalah imam agung dan kemudian raja, negara Yahudi berjaya dan merebut sejumlah wilayah. Namun, tak lama sesudah itu, terjadilah pertikaian di kalangan keluarga kerajaan. Ditambah dengan ketidakpuasan yang kian bertambah dari orang-orang yang saleh, jiwa bangsa itu, terhadap para penguasa yang tidak lagi memperlihatkan penghargaan terhadap aspirasi sejati bangsanya, menjadikan negara Yahudi itu mangsa yang empuk bagi ambisi-ambisi Roma, pengganti dinasti Seleukus. Pada 63 SM, Pompeyus menyerbu Yerusalem, dan Gabinius memaksa orang-orang Yahudi membayar upeti.

Populasi diaspora awal

Pada pertengahan abad ke-2 SM, penulis Yahudi yang mengarang buku ketiga Oracula Sibyllina, berbicara kepada "bangsa pilihan", katanya: "Setiap daratan penuh dengan engkau, demikian pula setiap lautan." Saksi-saksi yang sangat beraneka ragam, seperti misalnya Strabo, Filo, Seneca, pengarang Kisah para Rasul, dan Yosefus, semuanya memberikan kesaksian terhadap kenyataan bahwa bangsa Yahudi tersebar di seluruh bagian dunia yang diketahui pada waktu itu.

Raja Agripa I, dalam suratnya kepada Caligula, menyebutkan di antara provinsi-provinsi yang dihuni oleh diaspora Yahudi hampir semua negara Helenis dan non-Helenis di Timur. Penyebutan ini sama sekali tidak lengkap, karena Italia dan Kirene tidak diikutsertakan. Penemuan epigrafi dari tahun ke tahun menambah jumlah dari komunitas-komunitas Yahudi yang diketahui. Hanya ada sedikit sekali informasi mengenai seberapa besar sesungguhnya komunitas-komunitas Yahudi yang beraneka ragam ini; dan informasi ini harus diperlakukan dengan hati-hati. Setelah Tanah Israel dan Babel, menurut Yosefus di Suriah terdapat populasi Yahudi yang paling padat; khususnya di Antiokhia dan kemudian di Damsyik. Di Damsyik inilah, pada waktu terjadi pemberontakan besar, 10.000 (menurut sebuah versi yang lain 18.000) orang Yahudi dibantai. Filo menyebutkan bahwa jumlah orang Yahudi di Mesir mencapai 1.000.000 orang; seperdelapan dari seluruh populasinya. Dibandingkan dengan tempat-tempat yang lain, Alexandria adalah komunitas Yahudi yang paling penting. pada masa Filo, orang Yahudi menghuni dua dari lima bagian kota itu. Menilai dari laporan-laporan mengenai pembantaian besar-besaran pada 115, jumlah penduduk Yahudi di Kirenaika di Siprus, dan di Mesopotamia tentunya juga besar. Di Roma, pada permulaan pemerintahan Kaisar Augustus, ada lebih dari 8.000 orang Yahudi. Inilah jumlah yang mendampingi para utusan yang datang untuk menuntut digulingkannya Arkhelaus. Akhirnya, bila jumlah orang-orang yang ditangkap oleh propraetor Flakus pada tahun 62 benar-benar mewakili pajak didrakhma per kepala selama satu tahun, barangkali dapat kita simpulkan dengan aman bahwa di Asia Kecil penduduk Yahudi berjumlah 45.000 laki-laki, atau jumlah keseluruhannya setidak-tidaknya 180.000 orang.

Bila laporan-laporan ini bisa dipercaya, tampaknya tidak terhindari bahwa komunitas Yahudi yang begitu banyak di daerah-daerah seperti Alexandria tidak seluruhnya terdiri dari emigran. Kemungkinan besar sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang berpindah agama menjadi Yahudi. Perlu diketahui bahwa sebelum kehancuran Bait Allah, komunitas Yahudi melakukan kegiatan misioner. Salah seorang terkenal yang menjadi Yahudi adalah Herodes Agung, seorang Idumaea.

Diaspora setelah masa Romawi

Yudea dihancurkan Romawi

Pemerintahan Romawi berlanjut hingga pecahnya pemberontakan pada 66-70, yang berakhir dengan direbutnya Yerusalem dan dihancurkannya Bait Allah, pusat kehidupan nasional dan keagamaan orang Yahudi di di seluruh dunia. Setelah bencana ini, Yudea membentuk sebuah provinsi Romawi yang terpisah, yang dipimpin oleh seorang wakil resmi pemerintah, pertama-tama sebagai "pro prætore," dan belakangan, "pro consule," yang juga merupakan panglima tentara pendudukan. Penghancuran total atas Yerusalem, dan pembangunan sejumlah pemukiman Yunani dan Romawi di Yudea, menunjukkan rencana terbuka pemerintah Romawi untuk mencegah regenerasi politis negara Yahudi itu.

Namun demikian, 40 tahun kemudian orang-orang Yahudi melakukan usaha untuk merebut kembali kemerdekaan mereka yang telah hilang. Dengan lenyapnya Palestina, pertama-tama mereka berusaha membangun di atas persemakmuran Helenisme di Kirene, Siprus, Mesir, dan Mesopotamia. Usaha-usaha ini dijalankan dengan tegas, namun tidak bijaksana, dan ditindas oleh Trayanus (115-117); dan di bawah Hadrianus nasib yang sama pun terjadi pada upaya terakhir dan mulia dari orang-orang Yahudi Palestina untuk merebut kembali kemerdekaan mereka (133-135).

Sejak masa ini, meskipun terdapat sejumlah gerakan yang tidak penting di bawah Antoninus, Markus Aurelius, and Severus, orang-orang Yahudi di Palestina, yang kini jumlahnya telah jauh berkurang, miskin, dan kalah, kehilangan dominasi mereka di dunia Yahudi. Orang-orang Yahudi tidak lagi mempunyai alasan untuk berpaut pada suatu tanah air di mana kenangan akan masa lampau mereka yang agung hanya menciptakan gambaran yang lebih pahit dan memalukan tentang masa kini mereka, di mana Yerusalem, dengan nama "Aelia Capitolina," sebuah koloni Romawi, telah menjadi kota yang sama sekali kafir, dan orang Yahudi sendiri dilarang memasukinya, dengan ancaman hukuman mati.

Penyebaran orang Yahudi

Penghancuran Yudea menimbulkan pengaruh yang menentukan terhadap penyebaran orang Yahudi di seluruh dunia, karena pusat peribadahan beralih dari Bait Allah kepada wibawa rabinik.

Sebagian orang Yahudi dijual sebagai budak atau diangkut sebagai tawanan setelah jatuhnya Yudea. Yang lainnya bergabung dengan diaspora yang sudah ada, sementara yang lainnya lagi tinggal di Yudea dan mulai menyusun Talmud Palestina. Orang-orang Yahudi yang hidup di diaspora pada umumnya diterima di dalam Kekaisaran Romawi. Namun kebangkitan agama Kristen menyebabkan munculnya berbagai pembatasan. Pengusiran paksa dan penganiayaan muncul di pusat-pusat internasional kehidupan Yahudi yang seringkali dicari oleh komunitas-komunitas yang tersebar jauh. Orang Yahudi tidak selalu bersatu, karena penyebaran mereka, yang pindah dari Yudea ke Babel ke Spanyol ke Polandia ke Amerika dan akhirnya kembali ke Israel.

Pada Abad Pertengahan, orang Yahudi dibagi menjadi beberapa kelompok regional yang di masa kini biasanya dimasukkan ke dalam dua golongan besar: orang Yahudi Ashkenazi (orang Yahudi Eropa Utara dan Timur) dan orang Yahudi Sefardim (orang Yahudi Spanyol, Mediterania, dan Timur Tengah). Pengelompokan ini menggabungkan sejarah-sejarah yang paralel -- penganiayaan dan pengusiran paksa yang sama-sama dialami -- yang akhirnya berpuncak pada peristiwa-peristiwa pada abad ke-20 yang menyebabkan terbentuknya Negara Israel.

Diaspora dalam kehidupan orang Yahudi

Antara penghancuran Yudea oleh kekaisaran Romawi dengan pembentukan kembali sebuah negara Yahudi, yaitu Israel pada 1948, semua orang Yahudi dianggap hidup di Diaspora. Saat ini, istilah ini digunakan untuk mengacu kepada orang-orang Yahudi yang hidup di luar Israel.

Berbagai pembuangan dan penganiayaan maupun kondisi dan kesempatan politik dan ekonomi mempengaruhi jumlah dan dinamika diaspora Yahudi. Pada 2005, jumlah terbesar orang Yahudi hidup di Amerika Serikat (5.280.000), Bekas Uni Soviet (1.000.000), Prancis (494.000), Argentina (395.000) Kanada (372.000), dan Britania Raya (298.000). Sebagai perbandingan, jumlah penduduk Yahudi di Israel (5.235.000) lebih besar dari di manapun juga kecuali di Amerika Serikat.


-dipi-
 
Back
Top