spirit
Mod
Berbanding terbalik dengan data-data makro ekonomi yang positif, saat ini mulai sektor ritel terasa lesu. Hal itu ditandai dengan sepinya beberapa pusat perbelanjaan, turunnya penjualan properti hingga turunnya kinerja keuangan para perusahaan ritel.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Roy Mandey ada dua hal yang disinyalir menjadi penyebab menurunkan kinerja perusahaan ritel saat ini. Pertama, adanya perubahan pola belanja masyarakat ke arah online.
"Selain itu juga adanya ojek online yang menawarkan pelayanan pembelian, itu memudahkan konsumen. Mereka tidak perlu repot-repot datang jadinya," tuturnya saat dihubungi detikFinance, Kamis (3/8/2017).
Selain itu, ada perubahan pola konsumsi masyarakat, dari yang biasanya membeli produk kebutuhan dalam jumlah besar, menjadi sesuai kebutuhan saja. Sehingga size penjualan menurun.
Namun dia juga percaya memang ada penurunan daya beli masyarakat. Penyebabnya, kata Roy, karena berlimpahnya masyarakat berusia produktif atau yang saat ini masuk dalam kategori kaum milenial.
"Karena usia produktif yang Y generation atau kaum milenial itu kelihatannya lebih banyak dari pada yang usia yang mapan," imbuhnya.
Menurut Roy saat ini, ketersediaan lapangan pekerjaan untuk kaum milenial cukup terbatas. Sehingga membuat pendapatan di kaum milenial terbatas.
"Lapangan perkejaan baru tidak tersedia banyak. Jadi yang tersedia lapangan pekerjaan kebanyakan yang informal, ataupun seperti agen atau marketing yang gajinya berdasarkan komisi, UMP, bukan gaji yang diharapkan," terangnya.
Oleh karena itu, menurut Roy, pemerintah perlu menciptakan lapangan pekerjaan. Jika tidak kondisi ini akan memburuk.
sumber