fajarsany
New member
Sore itu Anis dan Rafa, dua orang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi di kota Bandung, sedang bersantai di sebuah saung di kampusnya. Anis membuka laptop dan mengecek Facebook-nya. Rafa berada di sampingnya, memperhatikan Anis yang sedang menelusuri kabar berita, sambil mengunyah kue coklat kesukaannya.
“Aku baru ingat kalau kemarin adalah hari Ibu, pantas saja banyak yang memasang status tentang kecintaan pada sosok ibunya masing-masing,” kata Anis, “lihat ini seperti statusnya si Dela.”
Meskipun orang lain tidak mengerti padamu, ada orang yang selalu mengerti, yaitu ibumu. Lalu masihkah kita tidak percaya pada ibu kita sendiri? Mom I Love You, selamat hari ibu! Begitulah status yang dipasang Fidela di Facebook-nya. “Euh dia memang orang yang ahli merangkai kata-kata, sepertinya dia benar-benar bangga dan cinta pada ibunya.” Kata Rafa.
Tak beberapa lama kemudian, datang Fidela menghampiri Anis dan Rafa, “Hey kalian sedang apa disini, berduaan lagi?”
Anis dan Rafa yang dari tadi memperhatikan laptop, sedikit terkejut dengan kedatangan Fidela. “Eh Dela, kirain kamu sudah pulang duluan.” Kata Rafa seraya memalingkan matanya dari laptop dan menatap Fidela.
“Tidak, tadi selepas bubaran aku ngobrol dulu dengan kak Dani di lantai-2.” Kata Fidela.
“Pasti tentang acara mendaki gunung itu ya, jadi kamu mau ikut atau tidak?” Tanya Anis, “Kalau kami sudah pasti tidak akan ikut, sebagai guru muda kita sibuk mau mempersiapkan acara gebyar seni anak-anak. Mereka masih SD, pastinya masih membutuhkan bimbingan.”
“Hmmm... sebenarnya aku juga ingin ikut, tapi mamah tidak mengijinkanku, katanya dia khawatir takut ada apa-apa terjadi padaku, takut inilah-takut itulah, jadi aku katakan pada kak Dani kalau aku tidak ikut, sedih... Ah... aneh, padahal usia 21 tahun sudah bukan perempuan culun lagi kan? Lagipula itu acara organisasi, yang ikutannya banyak, gak akan lah mereka yang laki-laki bakal berbuat macam-macam. Menyebalkan sekali.” Kata Fidela dengan nada dan raut wajah yang kesal sambil memetik setangkai bunga yang ada disamping saung.
Mendengar itu, Anis dan Rafa saling bertatapan dengan wajah datar.
“Aku baru ingat kalau kemarin adalah hari Ibu, pantas saja banyak yang memasang status tentang kecintaan pada sosok ibunya masing-masing,” kata Anis, “lihat ini seperti statusnya si Dela.”
Meskipun orang lain tidak mengerti padamu, ada orang yang selalu mengerti, yaitu ibumu. Lalu masihkah kita tidak percaya pada ibu kita sendiri? Mom I Love You, selamat hari ibu! Begitulah status yang dipasang Fidela di Facebook-nya. “Euh dia memang orang yang ahli merangkai kata-kata, sepertinya dia benar-benar bangga dan cinta pada ibunya.” Kata Rafa.
Tak beberapa lama kemudian, datang Fidela menghampiri Anis dan Rafa, “Hey kalian sedang apa disini, berduaan lagi?”
Anis dan Rafa yang dari tadi memperhatikan laptop, sedikit terkejut dengan kedatangan Fidela. “Eh Dela, kirain kamu sudah pulang duluan.” Kata Rafa seraya memalingkan matanya dari laptop dan menatap Fidela.
“Tidak, tadi selepas bubaran aku ngobrol dulu dengan kak Dani di lantai-2.” Kata Fidela.
“Pasti tentang acara mendaki gunung itu ya, jadi kamu mau ikut atau tidak?” Tanya Anis, “Kalau kami sudah pasti tidak akan ikut, sebagai guru muda kita sibuk mau mempersiapkan acara gebyar seni anak-anak. Mereka masih SD, pastinya masih membutuhkan bimbingan.”
“Hmmm... sebenarnya aku juga ingin ikut, tapi mamah tidak mengijinkanku, katanya dia khawatir takut ada apa-apa terjadi padaku, takut inilah-takut itulah, jadi aku katakan pada kak Dani kalau aku tidak ikut, sedih... Ah... aneh, padahal usia 21 tahun sudah bukan perempuan culun lagi kan? Lagipula itu acara organisasi, yang ikutannya banyak, gak akan lah mereka yang laki-laki bakal berbuat macam-macam. Menyebalkan sekali.” Kata Fidela dengan nada dan raut wajah yang kesal sambil memetik setangkai bunga yang ada disamping saung.
Mendengar itu, Anis dan Rafa saling bertatapan dengan wajah datar.