Kalina
Moderator
JAKARTA - Simbol-simbol pemerintah AS terus menjadi sasaran teror. Dalam sepekan ini, Kantor Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika di Jakarta menerima dua teror melalui SMS. Namun, teror itu sekadar ancaman dan kantor perwakilan diplomatik tersebut aman-aman saja.
Kemarin siang, ancaman dikirimkan ke nomor layanan Polda Metro Jaya 1717. Isinya, Kedubes AS akan diledakkan 30 menit kemudian. "Di SMS itu, pelaku juga menyebut nama kelompok Al Qaidah," kata Kapolsektro Gambir Kompol Apollo Sinambella.
Kepolisian menanggapi ancaman itu dengan serius. Tim Jihandak (penjinak bahan peledak) pun diterjunkan untuk menyisir Kedubes AS. Namun, setelah satu jam menyisirnya, Tim Jihandak tak menemukan satu pun benda mencurigakan. Selama proses penyisiran, pegawai Kedubes AS dievakuasi keluar gedung.
Wakapolrestro Jakarta Pusat AKBP Heri Prabowo kepada koran ini mengatakan, pelaku dipastikan bukan orang yang sama dengan pengirim SMS teror sebelumnya. "Pelaku yang pertama sudah kami tangkap dan sedang diperiksa. Dia orang Jawa Tengah," paparnya.
Lebih lanjut mantan Kapolres Bojonegoro itu mengaku belum berani memastikan adanya hubungan antara teror Sabtu (24/2) dengan kemarin. Menurut dia, petugas masih menyelidiki area nomor pelaku.
Sementara itu, tersangka teror bom gedung BI, Abdul Mujib, warga sebuah desa di Bojonegoro, Jawa Timur, yang ditangkap beberapa hari lalu, dinyatakan Heri tidak mengalami gangguan kejiwaan. "Dia sehat-sehat saja," ujarnya.
Heri mengungkapkan, dari hasil penyidikan sementara, ada dugaan tersangka memiliki motif-motif lain yang masih disembunyikan. Saat disinggung soal keterlibatan Abdul Mujib dengan kelompok radikal, Heri enggan menjawab. "Kami masih mendalami, tapi setidaknya meski mengaku belum pernah ke Jakarta, dia sudah tahu seluk-beluk lokasi yang akan diancam, termasuk letak gedung, nama jalan," ungkapnya.
Selain memeriksa intensif pelaku teror bom pertama Kedubes AS yang identitasnya masih disembunyikan, polisi sedang menyelidiki latar belakang tersangka Abdul Mujib hingga ke kakak kandungnya di Malaysia. "Dia punya keluarga yang bekerja di sana," kata Heri.
Kemarin siang, ancaman dikirimkan ke nomor layanan Polda Metro Jaya 1717. Isinya, Kedubes AS akan diledakkan 30 menit kemudian. "Di SMS itu, pelaku juga menyebut nama kelompok Al Qaidah," kata Kapolsektro Gambir Kompol Apollo Sinambella.
Kepolisian menanggapi ancaman itu dengan serius. Tim Jihandak (penjinak bahan peledak) pun diterjunkan untuk menyisir Kedubes AS. Namun, setelah satu jam menyisirnya, Tim Jihandak tak menemukan satu pun benda mencurigakan. Selama proses penyisiran, pegawai Kedubes AS dievakuasi keluar gedung.
Wakapolrestro Jakarta Pusat AKBP Heri Prabowo kepada koran ini mengatakan, pelaku dipastikan bukan orang yang sama dengan pengirim SMS teror sebelumnya. "Pelaku yang pertama sudah kami tangkap dan sedang diperiksa. Dia orang Jawa Tengah," paparnya.
Lebih lanjut mantan Kapolres Bojonegoro itu mengaku belum berani memastikan adanya hubungan antara teror Sabtu (24/2) dengan kemarin. Menurut dia, petugas masih menyelidiki area nomor pelaku.
Sementara itu, tersangka teror bom gedung BI, Abdul Mujib, warga sebuah desa di Bojonegoro, Jawa Timur, yang ditangkap beberapa hari lalu, dinyatakan Heri tidak mengalami gangguan kejiwaan. "Dia sehat-sehat saja," ujarnya.
Heri mengungkapkan, dari hasil penyidikan sementara, ada dugaan tersangka memiliki motif-motif lain yang masih disembunyikan. Saat disinggung soal keterlibatan Abdul Mujib dengan kelompok radikal, Heri enggan menjawab. "Kami masih mendalami, tapi setidaknya meski mengaku belum pernah ke Jakarta, dia sudah tahu seluk-beluk lokasi yang akan diancam, termasuk letak gedung, nama jalan," ungkapnya.
Selain memeriksa intensif pelaku teror bom pertama Kedubes AS yang identitasnya masih disembunyikan, polisi sedang menyelidiki latar belakang tersangka Abdul Mujib hingga ke kakak kandungnya di Malaysia. "Dia punya keluarga yang bekerja di sana," kata Heri.