EsterAntonia
New member
Mangga kecil itu setiap hari melihat si Pemilik rumah yang merawatnya tiap hari pulang dengan wajah lesu. Oleh karena itu, si mangga ingin buru-buru jatuh agar si Pemilik rumah itu bisa memakan dirinya dan merasa bahagia.
Tuhan yang mengetahui hal itu menyuruhnya bersabar untuk menunggu sampai ia matang benar agar si Pemilik rumah bisa mendapatkan mangga yang manis. Namun, si mangga berkata bahwa kalau dia terlalu lama di pohon nanti bukan pemilik rumah yang akan memakannya tapo malah burung atau kelelawar buah. Tuhan berkata bahwa dia tidak perlu khawatir akan hal itu. Namun si buah Mangga tidak sabar. Ia ingin segera membuat si Pemilik rumah bahagia.
Akhirnya pada suatu hari, ia menjatuhkan diri. Si Pemilik rumah yang melihat buah jatuh langsung dengan senang mengambil si buah Mangga. Namun ketika memakannya dia merasa kurang senang karena rasa mangga itu asam. Hal ini membuat si Mangga sedih dan menyesal karena tidak sabar. Seharusnya ia mendengar perkataan Tuhan. Tuhan yang memahami isi hati si buah mangga dan ingin melihatnya bahagia, memberi ilham kepada si Pemilik rumah agar rasa mangga itu lebih enak. Sejak saat itu muncullah apa yang dinamakan bumbu rujak. Walaupun rasanya asam si Pemilik rumah tetap senang karena bumbu rujak membuat mangga yang dimakannya terasa enak. Si Mangga tahu bahwa hal baik ini terjadi sesuai kehendak Tuhan. Ia tahu bahwa untuk memberikan yang terbaik, ia harus sabar.
Penulis sendiri bingung kenapa bisa menulis cerita seperti ini. Begitulah....
Tuhan yang mengetahui hal itu menyuruhnya bersabar untuk menunggu sampai ia matang benar agar si Pemilik rumah bisa mendapatkan mangga yang manis. Namun, si mangga berkata bahwa kalau dia terlalu lama di pohon nanti bukan pemilik rumah yang akan memakannya tapo malah burung atau kelelawar buah. Tuhan berkata bahwa dia tidak perlu khawatir akan hal itu. Namun si buah Mangga tidak sabar. Ia ingin segera membuat si Pemilik rumah bahagia.
Akhirnya pada suatu hari, ia menjatuhkan diri. Si Pemilik rumah yang melihat buah jatuh langsung dengan senang mengambil si buah Mangga. Namun ketika memakannya dia merasa kurang senang karena rasa mangga itu asam. Hal ini membuat si Mangga sedih dan menyesal karena tidak sabar. Seharusnya ia mendengar perkataan Tuhan. Tuhan yang memahami isi hati si buah mangga dan ingin melihatnya bahagia, memberi ilham kepada si Pemilik rumah agar rasa mangga itu lebih enak. Sejak saat itu muncullah apa yang dinamakan bumbu rujak. Walaupun rasanya asam si Pemilik rumah tetap senang karena bumbu rujak membuat mangga yang dimakannya terasa enak. Si Mangga tahu bahwa hal baik ini terjadi sesuai kehendak Tuhan. Ia tahu bahwa untuk memberikan yang terbaik, ia harus sabar.
Penulis sendiri bingung kenapa bisa menulis cerita seperti ini. Begitulah....