Berbicara Kota Solo tentu tak lengkap bila tak membahas kulinernya. Salah satu makanan khas Solo ialah serabi. Serabi memang sudah tersebar di banyak kota di Indonesia, namun di Solo punya cita rasa sendiri.
Jalan-jalan di Kota Solo sore hari bersama motor Kawasaki Ninja terasa menyenangkan sambil mampir di warung makanan. Banyak penjual jajanan khas yang berjejer di jalanan, salah satunya Serabi Notosuman.
Nama Serabi Notosuman sudha tak asing lagi dan memiliki banyak cabang di sejumlah kota besar. Bersama Herry Beng Koestanto, saya pun mencoba mencicipinya. Serabi ini bertekstur lembut dan awalnya merupakan modifikasi dari apem.
Kata Herry Beng Koestanto, sang pemilik Lidiawati membuat serabi berawal dari sang nenek. Waktu itu si nenek diminta langsung oleh Keraton Surakarta untuk membuat apem sebagai salah satu isian gunungan serta berbagai acara adat.
Pada suatu waktu apem dicoba dibuat tambahan kulit dipinggirnya hingga jadilah serbai. Dari sanalah sedikit demi sedikit mulai menjual sendiri dan banyak yang suka.
Diawali tepatnya pada 1923, usaha pembuatan serabi ini dikelola secara turun temurun sampai generasi ketiga. Bahkan, di beberapa kota, cabang telah dikelola generasi keempat. Cabang, tersebut antara lain berada di Semarang, Jakarta, Yogyakarta dan Kudus.
Penasaran, silahkan mencoba serabi murah meriah yang hanya Rp 2.000 per buah ini.