jamil
New member
Godam adalah pimpinan preman dikampungnya. Selain kejam, ia juga raja tega. Dibesarkan oleh bapaknya yang mantan preman bernama Pak Sarip yang dulu dikenal sebagai Sarif Saraf, Godam tumbuh menjadi lelaki yang biasa bergelimang di dunia kejahatan. Ibunya meninggal karena makan hati bersuamikan preman jahat.
Godam yang sebenarnya tampan ini belajar ilmu dan bertapa ke beberapa tempat dan orang pintar. Hasilnya, Godam punya ilmu tinggi, tahan bacok dan kebal peluru. Ia pun berteman dengan jin jahat. Tak heran semua orang takut pada Godam. Ia menjadi preman yang sangat disegani diwilayah, namun Godam justru memanfaatkan ilmunya untuk hal yang tidak baik. ia menjadi perampok dan preman, ia juga mengkoordinir para copet dan pengemis.
Sore itu Godam menerima setoran dari para pengemis yang jadi anak buahnya. Dia marah-marah karena beberapa orang menyetor kurang dari yang ditetapkan. Ia lalu menampar beberapa orang, termasuk seorang perempuan hamil yang dikatakan malas dan sok manja. Ia tidak peduli dengan keadaan perempuan tersebut. Kadang Godam juga menendang anak buahnya yang tengah sholat.
Meskipun jahat, namun GOdam sayang dengan anak kecil. Mungkin karena dibesarkan sebagai anak tunggal, hatinya tersentuh jika melihat anak kecil. Seorang pengemis yang bernama Diding sering dibelanya dan dimanja sehingga besar kepala. Diding sering sok dan berbuat sesuka hatinya karena tau Godam pasti membelanya jika ia diganggu.
Mosan, tangan kanan Godam yang licik dan suka mengambil uang setoran itu sangat benci dengan Diding. Demikian pula juga dengan Ineke, banci yang aslinya bernama Tohir dan mengajarkan pelajaran make-up serta akting kepada para pengemis juga kesal dengan Diding. Sebenarnya Ineke naksir Godam, tapi diacuhkan. Sementara Mosan suka mencari muka pada Godam dan menutupi kelakuannya yang suka mengambil uang.
Dari hasilnya menjadi preman, Godam bisa mempunyai rumah yang lumayan bagus. Namun, ia belum punya istri. Padahal Pak Sarif sudah ingin sekali menimang cucu. Sebenarnya banyak perempuan yang ingin menikah dengan Godam, tapi ia menolak karena ia tahu hanya perempuan nakal dan tidak baik saja yang mau menikah dengannya.
Godam malahan naksir gadis yang soleh dan rajin sholat. Ia pun bingung dengan pilihannya itu, bahwa menyangka dirinya telah dipelet oleh perempuan tersebut, namun Mosan tidak setuju hal tersebut.
Di desa itu ada perawan cantik bernama Hadijah, dia tamatan SMA. Hadijah yang bekerja disebuah restoran cepat saji ini berperangai halus budi bahasanya. Dan Godam pun suka sekali dengannya. Karena kurang percaya diri, Godam hanya berani mengirimkan barang-barang berharga ke rumah Hadijah.
Hadijah sendiri sebenarnya ingin mengembalikan hadiah dari Godam. Namun, Cing Saribune, tante Hadijah yang gemuk dan perawan tua selalu menerima hadiah tersebut dengan gembira. Jika bertemu dengan Hadijah, Godam yang biasa kejam dengan anak buahnya menjadi malu-malu. Terlebih lagi jika Hadijah mengacuhkannya, Godam pun merasa serba salah karena merasa Hadijah tidak mau jadi istrinya.
Belum lagi Pak Sarif ternyata suka dengan Bu Latifah, ibu dari Hadijah. Godam dan bapaknya pun jadi sering bertemu di dekat rumah Hadijah. Namun Pak Sarif gengsi mengakui sering lewat situ karena naksir pemilik rumahnya.
Kisah cinta Godam makin bertepuk sebelah tangan ketika seorang pemuda pengurus pesantren bernama Arifin mendekati Hadijah. Dibandingkan dengan Godam, sifat Arifin bertolak belakang. Ia memiliki misi untuk mengajak para preman kembali ke jalan yang benar dan melakukan perintah agama.
Namun dikalangan preman, Arifin di tolak mentah-mentah, bahkan Godam marah-marah padanya dan mengompori penduduk lain yang puasa agar tidak puasa. Namun walaupun diberlakukan kasar, Arifin tetap tabah dan tidak surut mengajak para preman kembali beribadah.
Untungnya Pak Sarif, punya teman preman tua yang sudah insaf dan kini sering berdakwah sebagai Ustad dan ia pun mendukung niat dari Arifin.
Bu Latifah menyambut gembira kedatangan Arifin, ia merasa bahagia karena anaknya akan dipersunting oleh lelaki yang tinggi ilmu agamanya. Akan tetapi Cing Saribanun tidak senang karena Arifin miskin dan tidak pernah bwaa oleh-oleh. Sebenarnya ia suka Mosan dan ia pun pro kepada Godam dan menjadi mata-mata Godam soal hubungan Hadijah dengan Arifin.
Sementara itu, Godam didesak ayahnya untuk memberanikan diri mendekati Hadijah. Setelah dibantu oleh para preman, akhirnya ia mendapat jawaban bahwa Hadijah tidak suka dan tidak ingin berhubungan dengan lelaki yang jauh dari agama.
Godam pun menjadi dilematis, ia tahu bahwa ilmu yang di milikinya adalah ilmu hitam. Jika ia mulai sholat dan puasa, maka ilmu itu akan hilang sedikit demi sedikit.
Kala seorang anak buahnya meninggal ketika hendak mencuri motor, Godam kaget. Ia ikut mengantar almarhum ke kuburan. Liang kubur yang sudah digali lebar ternyata tidak muat, sebab liang itu malahan menyempit. Ketika dilebarkan, tetap saja tidak muat. Arifin pun berkata bahwa mayat tersebut tidak diterima bumi karena terlalu banyak kesalahan dan dosa yang telah dibuat selama hidup. Akhirnya mayat tersebut di tekuk dan dikubur dalam posisi tersebut.
Godam pun merenung, ia menyadari betapa sesat jalan hidupnya. Godam yang tadinya tidak simpati terhadap Arifin, berniat belajar agama padanya. Dan ia bahkan akan merelakan sebagian uangnya untuk membangun pesantren. Hadijah yang diberi tahu Arifin tetap tidak menganggap niat Godam untuk serius dalam agama, namun Arifin semakin simpati padanya karena Godam menunjukkan minatnya menjadi orang baik.
Mendalami agama ternyata berpengaruh terhadap ilmu kesaktian Godam. Diam-diam Godam sudah belajar sholat dan puasa. Akibatnya ilmu yang dimilikinya menjadi tak berdaya. Itulah sebabnya Godam bisa babak beluk ketika dihajar preman saingannya. Arifin datang hendak menyelamatkan Godam, namun keburu meninggal karena tebasan golok musuh Godam. Arifin pun menghembuskan nafas terakhirnya dengan pesan pada Godam untuk membangun pesantren dan menjaga Hadijah. Hadijah pun merasa sedih karena Arifin telah tiada, gadis yang baru saja ditinggal mati ayahnya dua tahun lalu itupun meratap sedih. Ia heran mengapa semua orang yang disayanginya meninggal, ia pun takut jatuh cinta lagi.
Setelah ilmunya hilang, orang-orang yang dulu membenci Godam membalas dendam. Mosan sang tangan kanan pun berkhianat. Ia menghajar Godam habis-habisan dan memproklamirkan diri bahwa dialah kini bos preman. Godam tidak menyesal anak buahnya tidak lagi mengikutinya lagi, ia pun rela kehilangan ilmu kesaktian karena merasa telah menemukan ALLAH.
Sumber
http://www.indosiar.com/sinopsis/45238/preman-insyaf
Godam yang sebenarnya tampan ini belajar ilmu dan bertapa ke beberapa tempat dan orang pintar. Hasilnya, Godam punya ilmu tinggi, tahan bacok dan kebal peluru. Ia pun berteman dengan jin jahat. Tak heran semua orang takut pada Godam. Ia menjadi preman yang sangat disegani diwilayah, namun Godam justru memanfaatkan ilmunya untuk hal yang tidak baik. ia menjadi perampok dan preman, ia juga mengkoordinir para copet dan pengemis.
Sore itu Godam menerima setoran dari para pengemis yang jadi anak buahnya. Dia marah-marah karena beberapa orang menyetor kurang dari yang ditetapkan. Ia lalu menampar beberapa orang, termasuk seorang perempuan hamil yang dikatakan malas dan sok manja. Ia tidak peduli dengan keadaan perempuan tersebut. Kadang Godam juga menendang anak buahnya yang tengah sholat.
Meskipun jahat, namun GOdam sayang dengan anak kecil. Mungkin karena dibesarkan sebagai anak tunggal, hatinya tersentuh jika melihat anak kecil. Seorang pengemis yang bernama Diding sering dibelanya dan dimanja sehingga besar kepala. Diding sering sok dan berbuat sesuka hatinya karena tau Godam pasti membelanya jika ia diganggu.
Mosan, tangan kanan Godam yang licik dan suka mengambil uang setoran itu sangat benci dengan Diding. Demikian pula juga dengan Ineke, banci yang aslinya bernama Tohir dan mengajarkan pelajaran make-up serta akting kepada para pengemis juga kesal dengan Diding. Sebenarnya Ineke naksir Godam, tapi diacuhkan. Sementara Mosan suka mencari muka pada Godam dan menutupi kelakuannya yang suka mengambil uang.
Dari hasilnya menjadi preman, Godam bisa mempunyai rumah yang lumayan bagus. Namun, ia belum punya istri. Padahal Pak Sarif sudah ingin sekali menimang cucu. Sebenarnya banyak perempuan yang ingin menikah dengan Godam, tapi ia menolak karena ia tahu hanya perempuan nakal dan tidak baik saja yang mau menikah dengannya.
Godam malahan naksir gadis yang soleh dan rajin sholat. Ia pun bingung dengan pilihannya itu, bahwa menyangka dirinya telah dipelet oleh perempuan tersebut, namun Mosan tidak setuju hal tersebut.
Di desa itu ada perawan cantik bernama Hadijah, dia tamatan SMA. Hadijah yang bekerja disebuah restoran cepat saji ini berperangai halus budi bahasanya. Dan Godam pun suka sekali dengannya. Karena kurang percaya diri, Godam hanya berani mengirimkan barang-barang berharga ke rumah Hadijah.
Hadijah sendiri sebenarnya ingin mengembalikan hadiah dari Godam. Namun, Cing Saribune, tante Hadijah yang gemuk dan perawan tua selalu menerima hadiah tersebut dengan gembira. Jika bertemu dengan Hadijah, Godam yang biasa kejam dengan anak buahnya menjadi malu-malu. Terlebih lagi jika Hadijah mengacuhkannya, Godam pun merasa serba salah karena merasa Hadijah tidak mau jadi istrinya.
Belum lagi Pak Sarif ternyata suka dengan Bu Latifah, ibu dari Hadijah. Godam dan bapaknya pun jadi sering bertemu di dekat rumah Hadijah. Namun Pak Sarif gengsi mengakui sering lewat situ karena naksir pemilik rumahnya.
Kisah cinta Godam makin bertepuk sebelah tangan ketika seorang pemuda pengurus pesantren bernama Arifin mendekati Hadijah. Dibandingkan dengan Godam, sifat Arifin bertolak belakang. Ia memiliki misi untuk mengajak para preman kembali ke jalan yang benar dan melakukan perintah agama.
Namun dikalangan preman, Arifin di tolak mentah-mentah, bahkan Godam marah-marah padanya dan mengompori penduduk lain yang puasa agar tidak puasa. Namun walaupun diberlakukan kasar, Arifin tetap tabah dan tidak surut mengajak para preman kembali beribadah.
Untungnya Pak Sarif, punya teman preman tua yang sudah insaf dan kini sering berdakwah sebagai Ustad dan ia pun mendukung niat dari Arifin.
Bu Latifah menyambut gembira kedatangan Arifin, ia merasa bahagia karena anaknya akan dipersunting oleh lelaki yang tinggi ilmu agamanya. Akan tetapi Cing Saribanun tidak senang karena Arifin miskin dan tidak pernah bwaa oleh-oleh. Sebenarnya ia suka Mosan dan ia pun pro kepada Godam dan menjadi mata-mata Godam soal hubungan Hadijah dengan Arifin.
Sementara itu, Godam didesak ayahnya untuk memberanikan diri mendekati Hadijah. Setelah dibantu oleh para preman, akhirnya ia mendapat jawaban bahwa Hadijah tidak suka dan tidak ingin berhubungan dengan lelaki yang jauh dari agama.
Godam pun menjadi dilematis, ia tahu bahwa ilmu yang di milikinya adalah ilmu hitam. Jika ia mulai sholat dan puasa, maka ilmu itu akan hilang sedikit demi sedikit.
Kala seorang anak buahnya meninggal ketika hendak mencuri motor, Godam kaget. Ia ikut mengantar almarhum ke kuburan. Liang kubur yang sudah digali lebar ternyata tidak muat, sebab liang itu malahan menyempit. Ketika dilebarkan, tetap saja tidak muat. Arifin pun berkata bahwa mayat tersebut tidak diterima bumi karena terlalu banyak kesalahan dan dosa yang telah dibuat selama hidup. Akhirnya mayat tersebut di tekuk dan dikubur dalam posisi tersebut.
Godam pun merenung, ia menyadari betapa sesat jalan hidupnya. Godam yang tadinya tidak simpati terhadap Arifin, berniat belajar agama padanya. Dan ia bahkan akan merelakan sebagian uangnya untuk membangun pesantren. Hadijah yang diberi tahu Arifin tetap tidak menganggap niat Godam untuk serius dalam agama, namun Arifin semakin simpati padanya karena Godam menunjukkan minatnya menjadi orang baik.
Mendalami agama ternyata berpengaruh terhadap ilmu kesaktian Godam. Diam-diam Godam sudah belajar sholat dan puasa. Akibatnya ilmu yang dimilikinya menjadi tak berdaya. Itulah sebabnya Godam bisa babak beluk ketika dihajar preman saingannya. Arifin datang hendak menyelamatkan Godam, namun keburu meninggal karena tebasan golok musuh Godam. Arifin pun menghembuskan nafas terakhirnya dengan pesan pada Godam untuk membangun pesantren dan menjaga Hadijah. Hadijah pun merasa sedih karena Arifin telah tiada, gadis yang baru saja ditinggal mati ayahnya dua tahun lalu itupun meratap sedih. Ia heran mengapa semua orang yang disayanginya meninggal, ia pun takut jatuh cinta lagi.
Setelah ilmunya hilang, orang-orang yang dulu membenci Godam membalas dendam. Mosan sang tangan kanan pun berkhianat. Ia menghajar Godam habis-habisan dan memproklamirkan diri bahwa dialah kini bos preman. Godam tidak menyesal anak buahnya tidak lagi mengikutinya lagi, ia pun rela kehilangan ilmu kesaktian karena merasa telah menemukan ALLAH.
Sumber
http://www.indosiar.com/sinopsis/45238/preman-insyaf
Last edited: