Megha
New member
GAYA hidup yang tak sehat memang selalu menjadi pemicu timbulnya masalah kesehatan. Gara-gara itu pula, sindrom penurunan hormon testosteron yang biasanya dialami pria di atas usia4O tahun, kini mulai mengancam usia produktif.
Seperti diakui Adrian Maulana, seorang aktor sekaligus presenter. Dalam acara talks how bertajuk Restore the Man with Testosterone di Jakarta kemarin, Adrian sempat mengtlami sindrom tersebut. Semula, dia tidak merasakan gejala yang signifikan. Hanya sering kelelahan, berat badan turun dan kehilangan gairah seksual.
?Setelah didiagnosa oleh dokter baru diketahui bahwa saya mengalami sindrom penurunan testosteron,? tuturnya. Adrian merasa sangat bersyukur bisa mengetahui masalah tersebut sejak awal. ?Kata dokter, kalau telat diobati, bisa berujung pada disfungsi ereksi. Waduh, jujur saja waktu itu saya sempat bingung dan tidak percaya diri,? katanya. Ya, testosteron merupakan hormon yang sangat penting bagi pertumbuhan pria. Hormon inilah yang memicu pertumbuhan tulang, otot, rambut, dan gairah seksual.
Namun sejalan dengan usia, hormon itu berkurang 1,2 persen setiap tahunnya setelah pria mencapai usia 40 tahun. Dan jumlahnya akan menurun hingga 35 persen pada usia 70 tahun. Kondisi itu disebut dengan sindrom penurunan testosteron. Beberapa gejala dan penurunan hormon itu meliputi kelelahan, penurunan massa otot, penurunan daya ingat, dan penurunan gairah seksual serta hilang konsentrasi bahkan depresi.
Gejala-gejala itu seringkali diabaikan oleh orang awam. Akibat kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai sindrom penurunan testosteron. Sehingga kebanyakan pria berupaya mengobati sendiri penyakit mereka. ?Mereka menggunakan dan mengobati sendiri penyakit mereka dengan produk yang dijual bebas,? tutur dr Nugroho Setiawaa. MS SpAnd dari RS Fatmawati dalam acara yang sama.
Nugroho juga membenarkan jika terlambat ditangani, masalah akan berlanjut pada disfungsi ereksi Bahkan, bisa menyebabkan ganguan medis yang berat seperti sindrom metabolik. Sindrom ini nantinya dapat mengarah pada penyakit diabetes dan serangan jantung.
Nugroho juga mengatakan. gaya hidup pria masa kini turut memicu kasus penurunan hormon testosteron di usia muda. ?Konsumsi alkohol yang tiuggi, pola makanan yang tidak sehat, dan kurang olah raga memang telah terbukti menjadi pemicunya,? imbuhnya.
Sindrom ini merupakan permasalahan yang sering ditemukan pada pria di seluruh dunia. Untuk itu, salah satu jalan pengobatannya adalah dengan menggunakan injeksi testosterone undecanoate yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup pria. Cara itu juga terbukti mengurangi efek jangka panjang akibat sindrom tersebut.
Injeksi itu berfungsi mensuplai testosteron dengan fungsi yang sama dengan testosteron yang asli sehingga kadarnya menjadi normal. ?Jumhahnya dalam tubuh menjadi normal dan stabil untuk jangka panjang dan mempertahankan kadar testosteron dalam darah selama tiga bulan sehingga perlu penggunaan empat dosis dalam setahun, ? papar Nugroho. Penelitian juga telah membuktikan kalau cara itu bisa meningkatkan gairah seksual dan memengaruhi fungsi seksuah pada pria, meningkatkan massa dan kekuatan otot, mengurangi lemak tubuh, mengurangi rasa lehah dan letih dan pada akhirnya meningkatkan kepercayaan diri pria.
Dari sebuah studi di 16 tempat di Jerman diketahui kalau rata-rata pengidap sindrom itu berusia 48 tahun. Dampak dan sindrom itu untuk kesehatan adalah depresi, osteoporosis, anemia dan sindrom metabolik semisal penyakit jantung.
?Sindrom metabolik di sini misalnya kegemukan atau obesitas, gangguan kadar insulin yang tidak menyebabkan normalnya kadar guha darah, tingginya kadar kolesterol dan hipertensi ringan,? papar dokter berkacamata itu.
Seorang pria dikategorikan memiliki kadar kolesterol rendah, jika kadar testosteronnya berada di bawah 12 nmol/L (kadar normal di atas 12 nmoh/L hingga 40 nmoh/L). Dokter juga umumnya akan memeriksa pemeriksaan fisik secara umum dan melakukan pemeriksaan prostat untuk memastikan kondisi pasien. Sindrom ini dapat diobati dengan efektif dengan memperbaiki kadar testosteron di dalam tubuh pada kadar yang normal. (indopos)
Seperti diakui Adrian Maulana, seorang aktor sekaligus presenter. Dalam acara talks how bertajuk Restore the Man with Testosterone di Jakarta kemarin, Adrian sempat mengtlami sindrom tersebut. Semula, dia tidak merasakan gejala yang signifikan. Hanya sering kelelahan, berat badan turun dan kehilangan gairah seksual.
?Setelah didiagnosa oleh dokter baru diketahui bahwa saya mengalami sindrom penurunan testosteron,? tuturnya. Adrian merasa sangat bersyukur bisa mengetahui masalah tersebut sejak awal. ?Kata dokter, kalau telat diobati, bisa berujung pada disfungsi ereksi. Waduh, jujur saja waktu itu saya sempat bingung dan tidak percaya diri,? katanya. Ya, testosteron merupakan hormon yang sangat penting bagi pertumbuhan pria. Hormon inilah yang memicu pertumbuhan tulang, otot, rambut, dan gairah seksual.
Namun sejalan dengan usia, hormon itu berkurang 1,2 persen setiap tahunnya setelah pria mencapai usia 40 tahun. Dan jumlahnya akan menurun hingga 35 persen pada usia 70 tahun. Kondisi itu disebut dengan sindrom penurunan testosteron. Beberapa gejala dan penurunan hormon itu meliputi kelelahan, penurunan massa otot, penurunan daya ingat, dan penurunan gairah seksual serta hilang konsentrasi bahkan depresi.
Gejala-gejala itu seringkali diabaikan oleh orang awam. Akibat kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai sindrom penurunan testosteron. Sehingga kebanyakan pria berupaya mengobati sendiri penyakit mereka. ?Mereka menggunakan dan mengobati sendiri penyakit mereka dengan produk yang dijual bebas,? tutur dr Nugroho Setiawaa. MS SpAnd dari RS Fatmawati dalam acara yang sama.
Nugroho juga membenarkan jika terlambat ditangani, masalah akan berlanjut pada disfungsi ereksi Bahkan, bisa menyebabkan ganguan medis yang berat seperti sindrom metabolik. Sindrom ini nantinya dapat mengarah pada penyakit diabetes dan serangan jantung.
Nugroho juga mengatakan. gaya hidup pria masa kini turut memicu kasus penurunan hormon testosteron di usia muda. ?Konsumsi alkohol yang tiuggi, pola makanan yang tidak sehat, dan kurang olah raga memang telah terbukti menjadi pemicunya,? imbuhnya.
Sindrom ini merupakan permasalahan yang sering ditemukan pada pria di seluruh dunia. Untuk itu, salah satu jalan pengobatannya adalah dengan menggunakan injeksi testosterone undecanoate yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup pria. Cara itu juga terbukti mengurangi efek jangka panjang akibat sindrom tersebut.
Injeksi itu berfungsi mensuplai testosteron dengan fungsi yang sama dengan testosteron yang asli sehingga kadarnya menjadi normal. ?Jumhahnya dalam tubuh menjadi normal dan stabil untuk jangka panjang dan mempertahankan kadar testosteron dalam darah selama tiga bulan sehingga perlu penggunaan empat dosis dalam setahun, ? papar Nugroho. Penelitian juga telah membuktikan kalau cara itu bisa meningkatkan gairah seksual dan memengaruhi fungsi seksuah pada pria, meningkatkan massa dan kekuatan otot, mengurangi lemak tubuh, mengurangi rasa lehah dan letih dan pada akhirnya meningkatkan kepercayaan diri pria.
Dari sebuah studi di 16 tempat di Jerman diketahui kalau rata-rata pengidap sindrom itu berusia 48 tahun. Dampak dan sindrom itu untuk kesehatan adalah depresi, osteoporosis, anemia dan sindrom metabolik semisal penyakit jantung.
?Sindrom metabolik di sini misalnya kegemukan atau obesitas, gangguan kadar insulin yang tidak menyebabkan normalnya kadar guha darah, tingginya kadar kolesterol dan hipertensi ringan,? papar dokter berkacamata itu.
Seorang pria dikategorikan memiliki kadar kolesterol rendah, jika kadar testosteronnya berada di bawah 12 nmol/L (kadar normal di atas 12 nmoh/L hingga 40 nmoh/L). Dokter juga umumnya akan memeriksa pemeriksaan fisik secara umum dan melakukan pemeriksaan prostat untuk memastikan kondisi pasien. Sindrom ini dapat diobati dengan efektif dengan memperbaiki kadar testosteron di dalam tubuh pada kadar yang normal. (indopos)