Forbian_Syah
New member
Menyebut nama Masjid Kubah Batu atau Qubbat As-Sakhrah, mungkin banyak umat Islam yang tak mengenalnya. Sebab, nama ini sangat tak umum untuk nama sebuah masjid. Namun, bila ditunjukkan dengan sebuah kubah berwarna kuning keemasan, mungkin mereka akan terbayang dengan keberadaan sebuah masjid yang ada di Palestina.
Tak jarang, mereka menyebut masjid dengan kubah berwarna kuning keemasan itu sebagai Masjid alAqsha. Karena berbagai ‘tipuan’ yang ditunjukkan Israel, sering kali umat Islam keliru menyebut nama masjid ini. Mereka menyebutnya dengan Masjid al-Aqsha. Padahal sesungguhnya, kubah Masjid al-Aqsha berwarna hijau lumut. Itulah yang telah terjadi.
Kubah Batu atau Qubbat As-Sakhrah atau Dome of the Rock adalah salah satu masterpiece arsitektur Islam.
Bangunan ini merupakan salah satu monumen arsitektural Islam paling awal yang tetap bertahan dalam bentuk aslinya. Masjid ini berdampingan dengan Masjid Al-Aqsha yang merupakan tempat suci ketiga bagi umat Islam, setelah Masjid al-Haram (Makkah) dan Masjid Nabawi (Madinah). Dibangun antara tahun 687 hingga tahun 691 oleh Khalifah Dinasti Umayyah, Abdul Malik bin Marwan, yang berkuasa dalam periode 685-705.
Masjid ini terletak di tengah-tengah di dalam tembok kompleks Al-Haram Asy-Syarif (tempat suci yang mulia) yang berada di dalam tembok kota lama Jerusalem (Jerusalem Timur). Tempat itu dipercayai oleh kaum Muslim sebagai titik berangkatnya Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Mi’raj, perjalanan malam ke langit.
Nama Kubah Batu sendiri disesuaikan dengan kondisi tempat bangunan tersebut. Dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban dijelaskan bahwa bangunan Kubah Batu ini tepatnya didirikan di atas (gunung) batu atau karang (sakhrah). Pada batu karang ini, terdapat jejak kaki Nabi Muhammad SAW Kini, jejak kaki Rasul atau batu yang menjadi tambatan buraq itu terdapat di bagian dalam masjid tersebut.
Tempat itu juga disebut Gunung Mona, yang dipercaya kaum Yahudi, Kristen, dan sebagian Muslim sebagai tempat Nabi Ibrahim AS mempersiapkan dirinya untuk mengurbankan anaknya Ishak AS. Nama lain tempat yang sama adalah Gunung Kuil, yang diakui sebagal tempat kuil Nabi Sulaiman AS.
Dalam kompleks Al-Haram Asy-Syarif , selain Kubah Batu, terdapat dua bangunan lain, yaitu Kubah Silsilah (Qubbah as-Silsilah) dan Masjid al-Aqsha. Kubah Silsilah adalah bangunan yang lebih kecil di timur Kubah Batu.
Model pra-Islam
Pada dasarnya Kubah Batu bukanlah bangunan yang merepresentasikan budaya Islam, meskipun kenyataannya bangunan ini didirikan oleh orang-orang Muslim atau sekurang-kurangnya atas perintah orang-orang Muslim, dan mempunyai fungsi yang berkaitan dengan penaklukan Islam atas musuh-musuhnya. Kubah Batu sebenarnya adalah monumen untuk mengenang kemenangan itu.
Model arsitektur Islam, sebenarnya tak tampak dari bentuk Masjid Kubah Batu. Model arsitrektur Islam justru terlihat pada tujuannya. Tujuan tersebut terungkap bukan dalam bahasa artistik yang dimilikinya, melainkan dengan cara non-arsitektural, yakni tulisan-tulisan Arab yang terdapat pada bagian dinding bangunan tersebut.
Kubah Batu berbeda dengan masjid dâlam bentuk maupun dalam tujuan. Bangunan monumental bagi umat Islam ini memiliki desain dan corak arsitektur yang tidak terlalu khas bangunan tempat ibadah umat Islam. Secara keseluruhan, bangunan ini justru didasarkan pada model-model pra-Islam. Karenanya, rancangan Kubah Batu meniru tipe memusat (terfokus pada sebuah pusat) yang biasa digunakan untuk tempat-tempat pembaptisan dari bangunan gereja.
Perancangan Kubah Batu sangat mendasarkan pada perhitungan geometris, terutama dalam menentukan bentuk dan titik-titik pada denah bangunan. Bentuk denahnya yang segi delapan (oktagonal) berbeda dengan prinsip bangunan masjid. Bentuk denah seperti inilah yang menyebabkan arah kiblat menjadi kabur.
Bentuk oktagonal ini dengan nyata dimaksudkan sebagai simbol kekuasaan. Dalam hal ini, sebuah bundaran dikelilingi oleh sebuah oktagon dalam oktagon lain. Ini merupakan pola geometris sederhana yang dapat dibuat dan penempatan sebuah bujur sangkar pada bujur sangkar lain dengan memutarnya 45 derajat. Kolom berbentuk sama sebanyak enam belas bersama pilaster di setiap sudutnya tampak menyangga atap keliling. Pola seperti ini biasa ditemukan pada karya arsitektur Bizantium.
Gaya Bizantium juga bisa kita saksikan pada desain bagian dalam (interior) bangunan Kubah Batu ini. Di dalam dekorasi bangunan monumental itu banyak terdapat mozaik-mozaik yang menunjukkan perpaduan motif-motif Sasanid dan Bizantium yang merupakan karakteristik seni Islam awal.
Ruang bagian dalam dari Kubah Batu banyak mempunyai ciri khas arsitektur Bizantium, yakni dihiasi secara mewah dengan beraneka ragam warna dan bahan material pada ornamennya. Bahan material yang digunakan pada ornamen Kubah Batu banyak menggunakan marmer, mozaik, keramik, dan lapisan emas.
Sumber : Republika