nurcahyo
New member
Soal Kecil jika Ingin Hemat BBM Pieter P Gero Bila sudah sempat menengok Gaikindo Auto Expo 2005 di Jakarta Convention Center (8-17 Juli 2005), maka bisa ditemukan beberapa stan yang menawarkan alat yang bisa membantu menghemat pemakaian bahan bakar minyak pada kendaraan. Tawaran ini menarik pada saat pemerintah mengimbau hemat BBM di tengah kelangkaan pasokan premium dan harga minyak mentah dunia yang tinggi. Ada perangkat Fuel Xtreme yang secara elektronik membantu mengubah BBM menjadi lebih aktif. Gerakan molekul dipercepat sehingga menaikkan energi bakar. Pembakaran menjadi lebih sempurna, mesin tak panas, dan buntutnya adalah efisiensi alias hemat bahan bakar. Alat ini sudah diuji coba dan terasa pada tarikan mesin yang lebih ringan, akselerasi enteng. Logisnya, BBM pun hemat. Perangkat lainnya, Super FuelMax, berupa magnet yang dipasang di saluran bahan bakar sebelum masuk ke ruang bakar mesin. Seorang rekan sudah menggunakan alat ini dan diakuinya ada perubahan dalam tarikan mesin. Menggunakan Magnet Neodymium, Super FuelMax sanggup memecahkan dan mengionisasi rantai molekul hidrokarbon pada BBM. Hasilnya, pembakaran BBM menjadi sempurna dan akhirnya hemat bahan bakar. Juga bisa ditemui Magic Jet yang lebih pada pengaturan kualitas udara yang diperlukan untuk pembakaran BBM di mesin. Efisiensi muncul karena pembakaran sempurna. PT Astra Otoparts dalam waktu dekat juga akan meluncurkan Bardhal Octane Booster yang memperbaiki kadar oktan yang rendah dalam BBM di negeri ini. Mobil berteknologi mutakhir membutuhkan oktan yang lebih tinggi. Juga hendak diluncurkan Specta Fuel Catalyst yang juga bisa memperbaiki mutu BBM yang ada. Tahu diri Semua perangkat di atas??"baik yang sudah diuji coba maupun belum??"tidak sepenuhnya keliru jika dikaitkan dengan imbauan atau keprihatinan bersama perlunya hemat energi. Pembakaran yang sempurna??" artinya tak ada BBM yang terbuang dalam bentuk gas buang yang mencemari udara??"merupakan langkah awal yang baik dalam efisiensi BBM. Namun, inti dari semua itu adalah sikap tahu diri dari setiap pengemudi. Ini berkaitan dengan tingkah laku mengemudi. Erat kaitannya dengan emosi, karakter manusia di balik kemudi. Sekalipun pada mobil sudah dipasang berbagai alat yang bisa membantu menghemat BBM, apabila sikap tahu diri dari pengemudi ini tak ada, semua sia-sia. Tahu diri ini juga berkenaan dengan bagaimana pengemudi mengenali kondisi utuh dari kendaraan yang dikemudikannya. Pengemudi harus paham soal dan bobot kendaraan, termasuk muatannya. Misal, sebuah sport utility vehicle (SUV) seperti Opel Blazer dengan bobot 2 ton sekalipun bermesin 2.2 Liter (2.198 cc) tidak bisa diajak balap dengan sebuah Honda Jazz dengan mesin 1.5 Liter (1.497 cc) dan bobot tak sampai setengahnya Opel. Mesin 2.2 Liter untuk perjalanan jauh, melalap jalan terjal dan berlumpur, bukan untuk balap. Berkaitan dengan bobot mobil dan hemat BBM, BMW Group dari Jerman kian berupaya menekan bobot mobil keluarannya dengan menggunakan bahan yang lebih ringan. ??Membuat mobil lebih ringan 100 kilogram berarti menghemat setengah liter BBM untuk jarak tempuh 100 kilometer,?? ujar Helena Abidin dari PT BMW Indonesia. Belum lagi dari aspek aerodinamis. Mobil sedan jelas lebih melaju ketimbang SUV maupun multipurpose vehicle (MPV). Bentuknya yang lebih pipih membuat gesekan angin dari depan lebih kecil dibandingkan dengan SUV atau MPV, apalagi bus atau truk. Pemakaian BBM pun semakin rendah. Jadi, tak tepat jika SUV diajak balap dengan sedan. Mobil yang sudah dimodifikasi berbeda dalam konsumsi BBM dibandingkan dengan mobil standar pabrik. Ban yang lebar semakin menambah tahanan angin dan kerja mesin. Ban yang standar tetapi tekanan angin kurang juga berdampak pada pemakaian BBM. Belum lagi tambahan berbagai aksesori di luar maupun di dalam mobil, yang selain menambah bobot kendaraan, juga menambah gesekan angin dari depan saat melaju. Pengemudi juga harus mengenal daya kerja mesin. Misalnya, soal tenaga maksimum dan torsi maksimum. Torsi maksimum pada putaran mesin rendah (rpm) jelas membuat kendaraan ini tak perlu tenaga mesin besar saat meluncur perdana. BBM pun lebih hemat karena pedal gas tak perlu diinjak dalam. Tarikan panjang di awal atau kebiasaan menekan pedal gas berulang-ulang jelas pemborosan. Tenaga maksimum mesin pada rpm sekian juga menunjukkan bahwa kendaraan tak bisa lagi pacu. Semisal tenaga maksimum pada 4.000 rpm, maka kendaraan tak bisa dipaksa lagi di atas rpm ini. Tidak akan ada tambahan tenaga kecuali BBM yang terbuang sia-sia. Semua obrolan di atas ini dengan asumsi mesin mobil dalam kondisi prima. Busi, sistem pengapian lainnya, pelumas bagus, dan peralatan lainnya mantap. Jangan berbicara konsumsi BBM irit kalau kondisi mesin reyot. Asap tebal terlihat dari ujung knalpot, padahal mobil bermesin premium. Kalau ini bukan saja tidak hemat BBM, tetapi juga merusak lingkungan. Jadi, urusan hemat BBM itu sebenarnya persoalan kecil. Bagaimana setiap pengemudi tahu diri, termasuk mengenal kondisi utuh dari kendaraannya. Saatnya ikut prihatin dengan kondisi BBM di negeri ini. Sumber : Kompas