Kalina
Moderator
JEMBER - Ratusan sopir angkutan kota (angkot) kemarin melakukan aksi mogok jalan guna menuntut pengembalian trayek seperti semula. Masing-masing dilakukan sopir lin D, G, dan H. Salah satu tuntutannya, para sopir angkot diizinkan kembali melalui jalan Samanhudi.
Para sopir mengaku, sejak pemberlakuan rekayasa lalu lintas, pendapatan sopir menurun drastis. Sayangnya, aksi unjuk rasa ratusan sopir lin itu tidak langsung mendapatkan kepastian tuntutan mereka dipenuhi. Tak pelak, para sopir lin melanjutkan aksi dengan melakukan blokade bagi angkot lain yang melintas agar tidak beroperasi. Ini pula yang kemarin terlihat dilakukan para sopir di Jalan Gajah Mada, tepatnya di depan pusat perbelanjaan Nico.
Akibatnya, sopir lin lainnya yang dilarang beroperasi sempat berontak. Pasalnya, sopir lin jurusan lain sedang mengangkut penumpang dari terminal Tawangalun dan terpaksa harus menurunkan penumpang di tengah jalan.
Lantaran sebagian sopir ngotot beroperasi, sempat terjadi cekcok antar sopir lin. Tak hanya terjadi di Jalan Gajah Mada, beberapa sopir yang pro unjuk rasa kemarin juga menghadang beberapa lin yang tetap beroperasi. Para sopir yang berunjuk rasa meminta agar sopir angkot lainnya melakukan aksi solidaritas dengan bergabung dengan sopir lain yang berunjuk rasa ke kantor Pemkab Jember.
Awalnya, aksi unjuk rasa yang dimulai pukul 09.00 ini hanya diikuti sopir lin D, G, dan H. Belakangan beberapa sopir lin jalur lain juga ikut bergabung.
Kami minta trayek semula dioperasikan lagi. Kami minta bisa kembali melalui Jalan Samanhudi," kata Kustomo, ketua Paguyuban Sopir Lin G dalam orasinya, kemarin. Dia menjelaskan, sejak angkot tidak bisa masuk Jalan Samanhudi, pendapatan sopir menurun. Sampai-sampai, kata dia, ada sopir yang tak mampu membayar setoran kepada pemilik lin. "Pendapatan kami awalnya 120 ribu. Setelah krisis BBM turun jadi 85 ribu dan sejak rekayasa lalu lintas tinggal Rp 50 ribu," terangnya.
Dengan hasil itu, kata dia, para sopir tinggal mendapatkan untung antara Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu per hari. Tentu saja, pendapatan para sopir tersebut tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. "Bagaimana nasib putra-putri sopir lin," terangnya. Padahal, anak-anak sopir lin juga butuh biaya untuk sekolah.
Atas kondisi itu, para sopir meminta dinas perhubungan (dishub) untuk membuka kembali jalur lin ke Jalan Samanhudi. "Kami minta diperbolehkan melalui Jalan Samanhudi dan Jalan Sultan Agung ke arah barat," terangnya. Bila tuntutan tidak dipenuhi, para sopir mengancam akan melanjutkan aksinya lebih besar lagi.
Usai unjuk rasa, perwakilan sopir lin berdialog dengan Pemkab Jember. Bahkan, Kepala Bakesbangpol Linmas Edy Budi Susilo dan Asisten II Slamet Urip Santoso juga ikut melakukan perundingan dengan perwakilan sopir angkutan. Sayangnya, perundingan yang dilaksanakan gagal menemui kata sepakat. Apalagi, pihak pemkab tetap bersikukuh melanjutkan rekayasa lalu lintas yang dilaksanakan demi tertib lalu lintas.
Sementara itu, Heru Santoso, Kabid Angkutan pada Dinas Perhubungan (Dishub) Jember mengaku terkejut dengan adanya unjuk rasa itu. "Saya terkejut kok ada unjuk rasa," kata Heru Santoso kepada RJ, kemarin. Ini mengingat, kata dia, pada 7 Januari 2010, sudah ada kesepakatan antara sopir, pemilik lin, dan Dishub Jember.
"Dalam pertemuan 7 Januari sudah ada pertemuan. Kami sebenarnya sudah menerima pengaduan dari pengemudi, tapi kami tidak memutuskan," ujarnya.
Meski begitu, sambung Heru, aspirasi para sopir lin ini akan diajukan ke tim gabungan rekayasa lalu lintas. Sehingga, keputusan akhir nantinya tetap berada di tim gabungan tersebut.
Dia menjelaskan, pihaknya sudah jauh-jauh hari melakukan sosialisasi adanya rekayasa lalu lintas. "Sudah beberapa kali ada sosialisasi. Pemilik dan pengemudi juga kami undang, termasuk semua pihak terkait. Saat itu, tidak ada yang mempermasalahkan," ungkapnya.
Dijelaskan, lin tidak diizinkan masuk ke Jalan Samanhudi agar tidak terjadi kemacetan kendaraan. "Jika masuk Jalan Samanhudi akan terjadi penumpukan kendaraan dan menimbulkan kemacetan," terangnya.
Para sopir mengaku, sejak pemberlakuan rekayasa lalu lintas, pendapatan sopir menurun drastis. Sayangnya, aksi unjuk rasa ratusan sopir lin itu tidak langsung mendapatkan kepastian tuntutan mereka dipenuhi. Tak pelak, para sopir lin melanjutkan aksi dengan melakukan blokade bagi angkot lain yang melintas agar tidak beroperasi. Ini pula yang kemarin terlihat dilakukan para sopir di Jalan Gajah Mada, tepatnya di depan pusat perbelanjaan Nico.
Akibatnya, sopir lin lainnya yang dilarang beroperasi sempat berontak. Pasalnya, sopir lin jurusan lain sedang mengangkut penumpang dari terminal Tawangalun dan terpaksa harus menurunkan penumpang di tengah jalan.
Lantaran sebagian sopir ngotot beroperasi, sempat terjadi cekcok antar sopir lin. Tak hanya terjadi di Jalan Gajah Mada, beberapa sopir yang pro unjuk rasa kemarin juga menghadang beberapa lin yang tetap beroperasi. Para sopir yang berunjuk rasa meminta agar sopir angkot lainnya melakukan aksi solidaritas dengan bergabung dengan sopir lain yang berunjuk rasa ke kantor Pemkab Jember.
Awalnya, aksi unjuk rasa yang dimulai pukul 09.00 ini hanya diikuti sopir lin D, G, dan H. Belakangan beberapa sopir lin jalur lain juga ikut bergabung.
Kami minta trayek semula dioperasikan lagi. Kami minta bisa kembali melalui Jalan Samanhudi," kata Kustomo, ketua Paguyuban Sopir Lin G dalam orasinya, kemarin. Dia menjelaskan, sejak angkot tidak bisa masuk Jalan Samanhudi, pendapatan sopir menurun. Sampai-sampai, kata dia, ada sopir yang tak mampu membayar setoran kepada pemilik lin. "Pendapatan kami awalnya 120 ribu. Setelah krisis BBM turun jadi 85 ribu dan sejak rekayasa lalu lintas tinggal Rp 50 ribu," terangnya.
Dengan hasil itu, kata dia, para sopir tinggal mendapatkan untung antara Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu per hari. Tentu saja, pendapatan para sopir tersebut tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. "Bagaimana nasib putra-putri sopir lin," terangnya. Padahal, anak-anak sopir lin juga butuh biaya untuk sekolah.
Atas kondisi itu, para sopir meminta dinas perhubungan (dishub) untuk membuka kembali jalur lin ke Jalan Samanhudi. "Kami minta diperbolehkan melalui Jalan Samanhudi dan Jalan Sultan Agung ke arah barat," terangnya. Bila tuntutan tidak dipenuhi, para sopir mengancam akan melanjutkan aksinya lebih besar lagi.
Usai unjuk rasa, perwakilan sopir lin berdialog dengan Pemkab Jember. Bahkan, Kepala Bakesbangpol Linmas Edy Budi Susilo dan Asisten II Slamet Urip Santoso juga ikut melakukan perundingan dengan perwakilan sopir angkutan. Sayangnya, perundingan yang dilaksanakan gagal menemui kata sepakat. Apalagi, pihak pemkab tetap bersikukuh melanjutkan rekayasa lalu lintas yang dilaksanakan demi tertib lalu lintas.
Sementara itu, Heru Santoso, Kabid Angkutan pada Dinas Perhubungan (Dishub) Jember mengaku terkejut dengan adanya unjuk rasa itu. "Saya terkejut kok ada unjuk rasa," kata Heru Santoso kepada RJ, kemarin. Ini mengingat, kata dia, pada 7 Januari 2010, sudah ada kesepakatan antara sopir, pemilik lin, dan Dishub Jember.
"Dalam pertemuan 7 Januari sudah ada pertemuan. Kami sebenarnya sudah menerima pengaduan dari pengemudi, tapi kami tidak memutuskan," ujarnya.
Meski begitu, sambung Heru, aspirasi para sopir lin ini akan diajukan ke tim gabungan rekayasa lalu lintas. Sehingga, keputusan akhir nantinya tetap berada di tim gabungan tersebut.
Dia menjelaskan, pihaknya sudah jauh-jauh hari melakukan sosialisasi adanya rekayasa lalu lintas. "Sudah beberapa kali ada sosialisasi. Pemilik dan pengemudi juga kami undang, termasuk semua pihak terkait. Saat itu, tidak ada yang mempermasalahkan," ungkapnya.
Dijelaskan, lin tidak diizinkan masuk ke Jalan Samanhudi agar tidak terjadi kemacetan kendaraan. "Jika masuk Jalan Samanhudi akan terjadi penumpukan kendaraan dan menimbulkan kemacetan," terangnya.
akibat pembenahan jalur lalu lintas.. niatnya biar gak macet.. tapi............ merugikan yang angkot angkot itu