nurcahyo
New member
Spirulina Vs Anemia Aplastik
[FONT=Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif]
Dikutip dari Majalah Trubus
[/FONT]
Inilah hari yang sulit terhapus dari ingatan Nusanto.
Pertengahan Mei 2006 darah mengucur tak terbendung
dari mulut dan hidung. Gusi juga berdarah menyisakan
keperihan. Ia segera dilarikan ke Rumahsakit PGI Cikini,
Jakarta Pusat. Prof dr Karmel Tambunan SpPD, yang
menanganinya langsung menusukkan jarum di sumsum
tulang belakang untuk mengetahui jumlah trombosit.
Dokter ahli darah itu mendiagnosis anemia aplastik.
Nilai trombosit Nusanto Cuma 1.000, amat jauh dari ambang batas yang mencapai 150.000. Anemia suatu keadaan kadar hemoglobin darah lebih rendah daripada batas normal. Sedangkan anemia aplastik karena sel sumsum tulang belakang gagal memproduksi butir darah merah. Dampaknya sumsum tulang kosong sehingga pasien dengan trombosit 20.000 pun mudah terjadi pendarahan. Itu karena sel beku darah atau trombosit di dalam tubuh anjlok. Trombosit berperan dalam proses pembekuan darah. Ketika nilai trombosit drop, darah terus mengalir sehingga sel darah merah juga terkuras.
Itulah yang dialami pria kelahiran Jakarta 2 Juli 1978. Tiga hari berturut-turut darah terus mengucur dari mulut dan hidung. Ia lemas dan terbaring di peraduan. Tatapan mata kosong. Sehari sebelum dilarikan ke rumahsakit yang berlokasi di bekas rumah pelukis Raden Saleh itu dr Karmel sejatinya menyarankan Nusanto untuk opname. Saat itu nilai trombositnya 6.000. Sayang, ayah Joshua Vernandez itu menolak lantaran merasa bugar. Keesokan hari akhirnya ia kembali ke rumahsakit untuk menjalani perawatan.
Ganja
N u s a n t o ditempatkan di ruang isolasi. T u j u a n n y a agar terhindar dari berbagai penyakit. Sebab, serangan virus fl u saja, sudah cukup untuk
merobohkan dirinya. Dokter menganjurkan untuk segera transfusi trombosit agar pendarahan terhenti dan mempercepat kesembuhan. Namun, ia menolak lantaran khawatir ketergantungan. Transfusi trombosit sebenarnya solusi terbaik. Menurut dr Imam Budiwiyono SpPK dari Subbagian Hematologi Patologi Klinik RSUP Dr Kariadi, Semarang, pasien anemia aplastik membutuhkan sel darah merah. Fungsinya membawa oksigen ke otak. Kekurangan oksigen menyebabkan kelelahan kronis. Prof Karmel Tambunan menuturkan, anemia aplastik dipicu oleh paparan zat kimia terlalu lama, gangguan
sistem imun tubuh, dan berbagai virus hepatitis, virus herpes, dan HIV. Dari beragam pencetus itu, zat kimialah biang kerok anemia aplastik yang diderita
Nusanto. Saat beranjak dewasa, ia menikmati ekstasi dan ganja. Dua barang haram itu menjadi sarana mereguk kebahagiaan semu. Setiap hari! Dua tahun
kemudian ia beralih m e n g k o n s u m si putau tanpa henti. Kebiasaan itu bertahan hingga 10 tahun. Zat zat kimia itu t e r a k u mu l a s i sehingga merusak aktivitas produksi sel darah merah. Gejala yang muncul kerap lelah, pusing, gemetar, dan kaku. Bahkan setelah bangun tidur, kulit punggung
membiru dan berbintik merah mirip titik titik darah. Itu amat kontras di permukaan kulitnya yang putih. ?Tak ada perih maupun sakit,? kata pria berusia 28 tahun itu. Seminggu kemudian ia memeriksakan diri ke dokter umum di Pademangan, Jakarta Utara. Hasil uji laboratorium menunjukkan, nilai trombosit 8.000. Saat itu dokter langsung angkat tangan, tak memberikan penawar sakit. Dokternya hanya mengatakan trombosit 1/60 kali dari batas normal. Ahli medis itu juga mengatakan kondisinya berbahaya sehingga harus dirawat di rumahsakit. Nusanto bingung, sebab ia merasa sehat, tanpa nyeri sedikit pun. Oleh karena itu ia tetap tinggal di rumah hingga kejadian muntah darah itu.
Spirulina
Sepekan lamanya Nusanto menjalani rawat inap di rumahsakit. Menurut Nusanto, nilai trombosit hingga hari ke- 5 tak kunjung naik, bertengger di angka 6.000. Selama opname ia mengkonsumsi lebih dari 10 jenis obat untuk meningkatkan stamina. Selain itu, Nusanto dilarang menyantap makanan asam
atau pedas dan minuman bersoda. Semua itu merusak lambung sehingga vitamin yang dikonsumsi menjadi sia-sia. Oleh karena itu ia menuruti saran
kerabat di Bandung untuk mengkonsumsi spirulina. Dari majalah Trubus kerabatnya itu mengetahui spirulina mampu mengatasi anemia. Pada hari ke-6 Nusanto mengkonsumsi spirulina. Dosisnya 5 tablet 3 kali sehari.
Pada hari ke-7 ia diizinkan pulang ke rumah. Konsumsi ganggang hijau biru tetap diteruskan. Yang dirasakan Nusanto, kondisinya kian bugar. Ia merasa tak gampang letih, wajah tak lagi pucat, dan lebih bertenaga. Bobot tubuh meningkat 9 kg dari 56 kg sehingga tubuhnya setinggi 174 cm tampak lebih padat. Pengecekan terakhir pada September 2006, nilai trombosit 36.000. Itu berarti semakin mendekati ambang batas yang 150.000? 450.000. Menurut Prof I Nyoman Kabinawa, periset Pusat Penelitian Pengembangan Bioteknologi, kemampuan spirulina meningkatkan trombosit lantaran kaya ferum atau zat besi. Kandungannya 15 mg/ 10 g, terbanyak dibandingkan berbagai sumber pangan lain. Zat besi berfungsi untuk kesehatan sel-sel darah merah dan menguatkan sistem kekebalan tubuh. Fungsi lain memacu sumsum tulang untuk memproduksi haemoglobin sebagai bagian dari sel darah merah.
Uji klinis yang dilakukan Johnson dan Shubert, membuktikan zat besi spirulina diserap lebih dari 60%. Bandingkan dengan suplemen lain seperti ferosulfida yang hanya 20%. Itu sebabnya spirulina efektif untuk penanggulangan anemia. Riset lain ditempuh oleh T. Takeuchi dari Tokyo Medical and Dental University, Jepang. Sebanyak 8 wanita muda pengidap anemia hipokronis dengan kandungan haemoglobin (HB) lebih rendah daripada normal, diberikan 4 g spirulina per hari selama 30 hari. Hasilnya kandungan HB naik 21% dari 10,9 menjadi 13,2. Menurut Cheng-Wu Z dalam Second Asia Pacific Conference on Algal Biotechnology, penyembuhan itu juga karena polisakarida dan pigmen fikosianin. Keduanya terbukti beraktivitas
erythropoetin, prekusor pembentukan sel darah merah di sumsum tulang. Khasiat spirulina meningkatkan sel darah merah juga dibuktikan oleh Z. Trojacanec dari Institute for Medical, Skopje, Macedonia. Trojacanec meriset para atlet dengan jam latihan tinggi. Akibat kelelahan ditemukan defi siensi zat besi yang berakibat anemia. Itu dibuktikan setelah menghitung jumlah sel darah merah, haemoglobin, dan serum besi pada 20 atlet pria dan 20 atlet
wanita berusia 18?22 tahun. Setelah diberi spirulina 3 kali sehari selama 2 bulan, serum darah dan haemoglobin meningkat.Bahkan kelelahan, kekakuan otot, dan kerap mengantuk, menghilang setelah jumlah serum zat besi meningkat. Kondisi itu pula yang mungkin dialami Nusanto. Meningkatnya trombosit hingga 6 kali lipat, membuat kebugaran tubuhnya juga meningkat. Nilai trombositnya memang belum menyentuh angka normal, tetapi setidaknya membendung aliran darah yang tak kunjung usai.
[FONT=Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif]
Dikutip dari Majalah Trubus
[/FONT]
Inilah hari yang sulit terhapus dari ingatan Nusanto.
Pertengahan Mei 2006 darah mengucur tak terbendung
dari mulut dan hidung. Gusi juga berdarah menyisakan
keperihan. Ia segera dilarikan ke Rumahsakit PGI Cikini,
Jakarta Pusat. Prof dr Karmel Tambunan SpPD, yang
menanganinya langsung menusukkan jarum di sumsum
tulang belakang untuk mengetahui jumlah trombosit.
Dokter ahli darah itu mendiagnosis anemia aplastik.
Nilai trombosit Nusanto Cuma 1.000, amat jauh dari ambang batas yang mencapai 150.000. Anemia suatu keadaan kadar hemoglobin darah lebih rendah daripada batas normal. Sedangkan anemia aplastik karena sel sumsum tulang belakang gagal memproduksi butir darah merah. Dampaknya sumsum tulang kosong sehingga pasien dengan trombosit 20.000 pun mudah terjadi pendarahan. Itu karena sel beku darah atau trombosit di dalam tubuh anjlok. Trombosit berperan dalam proses pembekuan darah. Ketika nilai trombosit drop, darah terus mengalir sehingga sel darah merah juga terkuras.
Itulah yang dialami pria kelahiran Jakarta 2 Juli 1978. Tiga hari berturut-turut darah terus mengucur dari mulut dan hidung. Ia lemas dan terbaring di peraduan. Tatapan mata kosong. Sehari sebelum dilarikan ke rumahsakit yang berlokasi di bekas rumah pelukis Raden Saleh itu dr Karmel sejatinya menyarankan Nusanto untuk opname. Saat itu nilai trombositnya 6.000. Sayang, ayah Joshua Vernandez itu menolak lantaran merasa bugar. Keesokan hari akhirnya ia kembali ke rumahsakit untuk menjalani perawatan.
Ganja
N u s a n t o ditempatkan di ruang isolasi. T u j u a n n y a agar terhindar dari berbagai penyakit. Sebab, serangan virus fl u saja, sudah cukup untuk
merobohkan dirinya. Dokter menganjurkan untuk segera transfusi trombosit agar pendarahan terhenti dan mempercepat kesembuhan. Namun, ia menolak lantaran khawatir ketergantungan. Transfusi trombosit sebenarnya solusi terbaik. Menurut dr Imam Budiwiyono SpPK dari Subbagian Hematologi Patologi Klinik RSUP Dr Kariadi, Semarang, pasien anemia aplastik membutuhkan sel darah merah. Fungsinya membawa oksigen ke otak. Kekurangan oksigen menyebabkan kelelahan kronis. Prof Karmel Tambunan menuturkan, anemia aplastik dipicu oleh paparan zat kimia terlalu lama, gangguan
sistem imun tubuh, dan berbagai virus hepatitis, virus herpes, dan HIV. Dari beragam pencetus itu, zat kimialah biang kerok anemia aplastik yang diderita
Nusanto. Saat beranjak dewasa, ia menikmati ekstasi dan ganja. Dua barang haram itu menjadi sarana mereguk kebahagiaan semu. Setiap hari! Dua tahun
kemudian ia beralih m e n g k o n s u m si putau tanpa henti. Kebiasaan itu bertahan hingga 10 tahun. Zat zat kimia itu t e r a k u mu l a s i sehingga merusak aktivitas produksi sel darah merah. Gejala yang muncul kerap lelah, pusing, gemetar, dan kaku. Bahkan setelah bangun tidur, kulit punggung
membiru dan berbintik merah mirip titik titik darah. Itu amat kontras di permukaan kulitnya yang putih. ?Tak ada perih maupun sakit,? kata pria berusia 28 tahun itu. Seminggu kemudian ia memeriksakan diri ke dokter umum di Pademangan, Jakarta Utara. Hasil uji laboratorium menunjukkan, nilai trombosit 8.000. Saat itu dokter langsung angkat tangan, tak memberikan penawar sakit. Dokternya hanya mengatakan trombosit 1/60 kali dari batas normal. Ahli medis itu juga mengatakan kondisinya berbahaya sehingga harus dirawat di rumahsakit. Nusanto bingung, sebab ia merasa sehat, tanpa nyeri sedikit pun. Oleh karena itu ia tetap tinggal di rumah hingga kejadian muntah darah itu.
Spirulina
Sepekan lamanya Nusanto menjalani rawat inap di rumahsakit. Menurut Nusanto, nilai trombosit hingga hari ke- 5 tak kunjung naik, bertengger di angka 6.000. Selama opname ia mengkonsumsi lebih dari 10 jenis obat untuk meningkatkan stamina. Selain itu, Nusanto dilarang menyantap makanan asam
atau pedas dan minuman bersoda. Semua itu merusak lambung sehingga vitamin yang dikonsumsi menjadi sia-sia. Oleh karena itu ia menuruti saran
kerabat di Bandung untuk mengkonsumsi spirulina. Dari majalah Trubus kerabatnya itu mengetahui spirulina mampu mengatasi anemia. Pada hari ke-6 Nusanto mengkonsumsi spirulina. Dosisnya 5 tablet 3 kali sehari.
Pada hari ke-7 ia diizinkan pulang ke rumah. Konsumsi ganggang hijau biru tetap diteruskan. Yang dirasakan Nusanto, kondisinya kian bugar. Ia merasa tak gampang letih, wajah tak lagi pucat, dan lebih bertenaga. Bobot tubuh meningkat 9 kg dari 56 kg sehingga tubuhnya setinggi 174 cm tampak lebih padat. Pengecekan terakhir pada September 2006, nilai trombosit 36.000. Itu berarti semakin mendekati ambang batas yang 150.000? 450.000. Menurut Prof I Nyoman Kabinawa, periset Pusat Penelitian Pengembangan Bioteknologi, kemampuan spirulina meningkatkan trombosit lantaran kaya ferum atau zat besi. Kandungannya 15 mg/ 10 g, terbanyak dibandingkan berbagai sumber pangan lain. Zat besi berfungsi untuk kesehatan sel-sel darah merah dan menguatkan sistem kekebalan tubuh. Fungsi lain memacu sumsum tulang untuk memproduksi haemoglobin sebagai bagian dari sel darah merah.
Uji klinis yang dilakukan Johnson dan Shubert, membuktikan zat besi spirulina diserap lebih dari 60%. Bandingkan dengan suplemen lain seperti ferosulfida yang hanya 20%. Itu sebabnya spirulina efektif untuk penanggulangan anemia. Riset lain ditempuh oleh T. Takeuchi dari Tokyo Medical and Dental University, Jepang. Sebanyak 8 wanita muda pengidap anemia hipokronis dengan kandungan haemoglobin (HB) lebih rendah daripada normal, diberikan 4 g spirulina per hari selama 30 hari. Hasilnya kandungan HB naik 21% dari 10,9 menjadi 13,2. Menurut Cheng-Wu Z dalam Second Asia Pacific Conference on Algal Biotechnology, penyembuhan itu juga karena polisakarida dan pigmen fikosianin. Keduanya terbukti beraktivitas
erythropoetin, prekusor pembentukan sel darah merah di sumsum tulang. Khasiat spirulina meningkatkan sel darah merah juga dibuktikan oleh Z. Trojacanec dari Institute for Medical, Skopje, Macedonia. Trojacanec meriset para atlet dengan jam latihan tinggi. Akibat kelelahan ditemukan defi siensi zat besi yang berakibat anemia. Itu dibuktikan setelah menghitung jumlah sel darah merah, haemoglobin, dan serum besi pada 20 atlet pria dan 20 atlet
wanita berusia 18?22 tahun. Setelah diberi spirulina 3 kali sehari selama 2 bulan, serum darah dan haemoglobin meningkat.Bahkan kelelahan, kekakuan otot, dan kerap mengantuk, menghilang setelah jumlah serum zat besi meningkat. Kondisi itu pula yang mungkin dialami Nusanto. Meningkatnya trombosit hingga 6 kali lipat, membuat kebugaran tubuhnya juga meningkat. Nilai trombositnya memang belum menyentuh angka normal, tetapi setidaknya membendung aliran darah yang tak kunjung usai.