Megha
New member
Seperti telah dijelaskan di post sebelumnya tentang deskripsi sederhana dan perbedaan antara studi epidemiologi dan toksikologi, keduanya memiliki persamaan yaitu sama-sama mencari faktor etiologis (penyebab) dari kejadian dan distribusi suatu penyakit didasarkan pada karakteristik populasi tertentu yang sifatnya rutin, berkala.
Beberapa contoh, kita ingat kasus yang sangat populer di London, oleh Snow (1849), secara singkat, pada waktu itu, terjadi penyebaran kolera yang sangat besar. Snow melakukan observasi, ternyata dia mendapati fakta menarik. Sebagian besar warga yang meninggal karena kolera, ternyata tinggal terkonsentrasi di area tertentu di London. Area ini mendapatkan layanan air dari 2 perusahaan, Southwark and Vauxhall Company dan Lambeth Company. Fakta lanjutan adalah ia menemukan bahwa source air yang dipergunakan adalah air sungai Thames yang tercemar limbah. Kemudian ia melakukan observasi lanjutan mengenai data mortalitas (kematian) antara 2 area yang terlayani 2 perusahaan air tersebut. Ia mendapati lebih lanjut bahwa tingkat kematian populasi yang suplai airnya dari Southwark & Vauxhall Company adalah 315/10000 KK, sedang Lambeth Company adalah 37 kematian per 10.000 KK. Garis besar kesimpulannya saat itu adalah, adanya hubungan k uat antara air sungai yang tercemar air limbah dengan penyakit kolera. Cerita selanjutnya, seperti anda ketahui, adalah orang-orang mencari tahu mikroorganisme apa penyebab kolera.
Kita bisa lihat diatas, obyek observasinya spesial, karena populasinya memiliki karakteristik rutin yang sama, yaitu perusahaan pensuplai air, dalam kasus ini ada 2. Observasi, kemudian dilakukan perbandingan 2 grup, grup yang menggunakan air dari perusahaan Southwark dengan grup yang mendapatkan suplai air dari Lambeth. Dari situ, kemudian bisa dirumuskan lebih lanjut, darimana sumber air 2 perusahaan tersebut? Lebih lanjut diketahui, ternyata 2 perusahaan itu mengambil air dari sungai yang tercemar air limbah. Mudah2an bisa dipahami runtutannya.
Contoh lain adalah E.C. Hammond (1966), ia mengobservasi 1 juta penduduk dari kebiasaan mereka mengisap rokok, dan hubungannya dengan kanker paru-paru. Ternyata, sebanding. Semakin sering ia merokok, semakin besar ia terkena penyakit kanker paru-paru. Saya cantumkan grafik penelitiannya.
Jadi, itulah sedikit penjelasan tentang epidemiologi. Kalau anda mempelajari dan mengimajinasikan dengan baik, kita akan mendapati beberapa kelemahan dari studi ini.
Pertama, biasanya uji ini dilakukan terhadap 2 atau lebih kelompok. Satu kelompok biasanya sebagai kelompok kontrol, yang mana tanda2 akibat penyakit jarang, atau tidak ada. Kelompok uji adalah kelompok yang diobservasi menunjukkan beberapa gejala penyakit.
Kedua, uji ini biasanya menghasilkan hanya menghasilkan suatu hubungan (asosiasi) antara sumber penyakit dan penyakit. Jadi, tidak bisa langsung menyimpulkan bila populasi terekspose bakteri A dalam air bersih, maka populasi tersebut akan terkena serangan penyakit B (cause-effect relatioship). Tidak bisa seperti itu, karena tidak semua populasi yang terekspose air yang sama, akan menderita penyakit semua. Selain itu, sering dijumpai, akibat eksposure (pemaparan) suatu senyawa, efeknya baru terasa setelah beberapa tahun, bahkan berpuluh tahun. Hal ini juga menjadi kendala tersendiri.
Ketiga, observasi pada uji ini termasuk terhadap kebiasaan-kebiasaan penderita, atau objek uji. Nah, masalahnya adalah tingkat memori orang terhadap kebiasaannya di masa lampau kan berbeda-beda. Ini tentu menyebabkan tingkat akurasi dan variabilitynya menjadi berbeda-beda.
Sumber:
Kent, C. 1998. Basics of Toxicology. John Wiley & Sons, Inc. New York
http://www.envirodiary.com/environmental-toxicology/studi-epidemiologi.htm
Beberapa contoh, kita ingat kasus yang sangat populer di London, oleh Snow (1849), secara singkat, pada waktu itu, terjadi penyebaran kolera yang sangat besar. Snow melakukan observasi, ternyata dia mendapati fakta menarik. Sebagian besar warga yang meninggal karena kolera, ternyata tinggal terkonsentrasi di area tertentu di London. Area ini mendapatkan layanan air dari 2 perusahaan, Southwark and Vauxhall Company dan Lambeth Company. Fakta lanjutan adalah ia menemukan bahwa source air yang dipergunakan adalah air sungai Thames yang tercemar limbah. Kemudian ia melakukan observasi lanjutan mengenai data mortalitas (kematian) antara 2 area yang terlayani 2 perusahaan air tersebut. Ia mendapati lebih lanjut bahwa tingkat kematian populasi yang suplai airnya dari Southwark & Vauxhall Company adalah 315/10000 KK, sedang Lambeth Company adalah 37 kematian per 10.000 KK. Garis besar kesimpulannya saat itu adalah, adanya hubungan k uat antara air sungai yang tercemar air limbah dengan penyakit kolera. Cerita selanjutnya, seperti anda ketahui, adalah orang-orang mencari tahu mikroorganisme apa penyebab kolera.
Kita bisa lihat diatas, obyek observasinya spesial, karena populasinya memiliki karakteristik rutin yang sama, yaitu perusahaan pensuplai air, dalam kasus ini ada 2. Observasi, kemudian dilakukan perbandingan 2 grup, grup yang menggunakan air dari perusahaan Southwark dengan grup yang mendapatkan suplai air dari Lambeth. Dari situ, kemudian bisa dirumuskan lebih lanjut, darimana sumber air 2 perusahaan tersebut? Lebih lanjut diketahui, ternyata 2 perusahaan itu mengambil air dari sungai yang tercemar air limbah. Mudah2an bisa dipahami runtutannya.
Contoh lain adalah E.C. Hammond (1966), ia mengobservasi 1 juta penduduk dari kebiasaan mereka mengisap rokok, dan hubungannya dengan kanker paru-paru. Ternyata, sebanding. Semakin sering ia merokok, semakin besar ia terkena penyakit kanker paru-paru. Saya cantumkan grafik penelitiannya.
Jadi, itulah sedikit penjelasan tentang epidemiologi. Kalau anda mempelajari dan mengimajinasikan dengan baik, kita akan mendapati beberapa kelemahan dari studi ini.
Pertama, biasanya uji ini dilakukan terhadap 2 atau lebih kelompok. Satu kelompok biasanya sebagai kelompok kontrol, yang mana tanda2 akibat penyakit jarang, atau tidak ada. Kelompok uji adalah kelompok yang diobservasi menunjukkan beberapa gejala penyakit.
Kedua, uji ini biasanya menghasilkan hanya menghasilkan suatu hubungan (asosiasi) antara sumber penyakit dan penyakit. Jadi, tidak bisa langsung menyimpulkan bila populasi terekspose bakteri A dalam air bersih, maka populasi tersebut akan terkena serangan penyakit B (cause-effect relatioship). Tidak bisa seperti itu, karena tidak semua populasi yang terekspose air yang sama, akan menderita penyakit semua. Selain itu, sering dijumpai, akibat eksposure (pemaparan) suatu senyawa, efeknya baru terasa setelah beberapa tahun, bahkan berpuluh tahun. Hal ini juga menjadi kendala tersendiri.
Ketiga, observasi pada uji ini termasuk terhadap kebiasaan-kebiasaan penderita, atau objek uji. Nah, masalahnya adalah tingkat memori orang terhadap kebiasaannya di masa lampau kan berbeda-beda. Ini tentu menyebabkan tingkat akurasi dan variabilitynya menjadi berbeda-beda.
Sumber:
Kent, C. 1998. Basics of Toxicology. John Wiley & Sons, Inc. New York
http://www.envirodiary.com/environmental-toxicology/studi-epidemiologi.htm