Dipi76
New member
Tidak ada hubungan antara penggunaan jangka panjang ponsel dan tumor otak atau tumor sistem saraf pusat, demikian temuan dalam penelitian baru yang dipublikasikan dalam British Medical Journal.
Jumlah pengguna ponsel terus meningkat dengan lebih dari lima miliar pelanggan di seluruh dunia pada tahun 2010. Hal ini menyebabkan kekhawatiran tentang potensi efek yang merugikan kesehatan, terutama tumor pada sistem saraf pusat.
Penelitian sebelumnya terhadap hubungan antara penggunaan ponsel dan tumor telah cukup meyakinkan, terutama bagi penggunaan ponsel dalam jangka panjang. Beberapa studi sebelumnya, yang mengambil bentuk studi kasus kontrol, hanya melibatkan sejumlah kecil pengguna jangka panjang dan terbukti rentan terhadap kesalahan dan bias. Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) baru-baru ini bahkan mengklasifikasikan medan elektromagnetik frekuensi radio, seperti yang dipancarkan ponsel, sebagai kemungkinan karsinogenik pada manusia.
Satu-satunya studi cohort (studi analisis di mana kelompok yang memiliki karakteristik serupa dimonitor dari waktu ke waktu bersamaan dengan kelompok lain yang berbeda karakteristik), yang menyelidiki penggunaan ponsel dan kanker, hanyalah studi nasional Denmark yang membandingkan risiko kanker dari 420.095 pelanggan telepon selular di Denmark dari tahun 1982 hingga 1995. Penelitian ini tidak menemukan bukti adanya peningkatan risiko tumor otak atau sistem saraf atau kanker apapun di kalangan pelanggan telepon seluler.
Jadi para peneliti, yang dipimpin Institute of Cancer Epidemiology di Kopenhagen, melanjutkan studi ini hingga tahun 2007.
Mereka mempelajari data pada seluruh penduduk Denmark berusia 30 dan lebih yang lahir di Denmark setelah tahun 1925, dibagi lagi menjadi pelanggan dan non-pelanggan ponsel sebelum tahun 1995. Informasinya dikumpulkan dari operator jaringan telepon Denmark dan dari Daftar Kanker Denmark.
Secara keseluruhan, 10.729 tumor sistem saraf pusat terjadi pada masa studi 1990-2007.
Ketika angka tersebut dibatasi untuk pengguna terpanjang telepon selular – 13 tahun atau lebih – tingkat kanker ternyata hampir sama pada pengguna jangka panjang maupun non-pelanggan ponsel.
Para peneliti mengatakan bahwa mereka mengamati tidak adanya peningkatan risiko untuk tumor sistem saraf pusat atau untuk semua kombinasi kanker pada pengguna ponsel.
Mereka menyimpulkan: “Perpanjangan studi ini memungkinkan kami menyelidiki efek pada orang yang telah menggunakan ponsel selama 10 tahun atau lebih, dan penggunaan jangka panjang ini tidak terkait dengan risiko yang lebih tinggi terkena kanker.
“Bagaimanapun juga, sebagaimana peningkatan risiko yang kecil hingga sedang pada subkelompok pengguna berat atau bahkan setelah periode induksi yang lebih lama dari 10-15 tahun, tidak boleh dikesampingkan, studi lebih lanjut dengan penelitian populasi yang besar, di mana potensi kesalahan klasifikasi eksposur dan bias seleksi bisa diminimalkan, masih diperlukan.”
Dalam penyertaan editorial, Profesor Anders Ahlbom dan Maria Feychting dari Institut Karolinska di Swedia mengatakan bahwa ini merupakan bukti baru yang meyakinkan, tapi pemantauan secara terus-menerus pada register kesehatan dan cohort prospektif masih diperlukan.
Faktailmiah.com
-dipi-
Jumlah pengguna ponsel terus meningkat dengan lebih dari lima miliar pelanggan di seluruh dunia pada tahun 2010. Hal ini menyebabkan kekhawatiran tentang potensi efek yang merugikan kesehatan, terutama tumor pada sistem saraf pusat.
Penelitian sebelumnya terhadap hubungan antara penggunaan ponsel dan tumor telah cukup meyakinkan, terutama bagi penggunaan ponsel dalam jangka panjang. Beberapa studi sebelumnya, yang mengambil bentuk studi kasus kontrol, hanya melibatkan sejumlah kecil pengguna jangka panjang dan terbukti rentan terhadap kesalahan dan bias. Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) baru-baru ini bahkan mengklasifikasikan medan elektromagnetik frekuensi radio, seperti yang dipancarkan ponsel, sebagai kemungkinan karsinogenik pada manusia.
Satu-satunya studi cohort (studi analisis di mana kelompok yang memiliki karakteristik serupa dimonitor dari waktu ke waktu bersamaan dengan kelompok lain yang berbeda karakteristik), yang menyelidiki penggunaan ponsel dan kanker, hanyalah studi nasional Denmark yang membandingkan risiko kanker dari 420.095 pelanggan telepon selular di Denmark dari tahun 1982 hingga 1995. Penelitian ini tidak menemukan bukti adanya peningkatan risiko tumor otak atau sistem saraf atau kanker apapun di kalangan pelanggan telepon seluler.
Jadi para peneliti, yang dipimpin Institute of Cancer Epidemiology di Kopenhagen, melanjutkan studi ini hingga tahun 2007.
Mereka mempelajari data pada seluruh penduduk Denmark berusia 30 dan lebih yang lahir di Denmark setelah tahun 1925, dibagi lagi menjadi pelanggan dan non-pelanggan ponsel sebelum tahun 1995. Informasinya dikumpulkan dari operator jaringan telepon Denmark dan dari Daftar Kanker Denmark.
Secara keseluruhan, 10.729 tumor sistem saraf pusat terjadi pada masa studi 1990-2007.
Ketika angka tersebut dibatasi untuk pengguna terpanjang telepon selular – 13 tahun atau lebih – tingkat kanker ternyata hampir sama pada pengguna jangka panjang maupun non-pelanggan ponsel.
Para peneliti mengatakan bahwa mereka mengamati tidak adanya peningkatan risiko untuk tumor sistem saraf pusat atau untuk semua kombinasi kanker pada pengguna ponsel.
Mereka menyimpulkan: “Perpanjangan studi ini memungkinkan kami menyelidiki efek pada orang yang telah menggunakan ponsel selama 10 tahun atau lebih, dan penggunaan jangka panjang ini tidak terkait dengan risiko yang lebih tinggi terkena kanker.
“Bagaimanapun juga, sebagaimana peningkatan risiko yang kecil hingga sedang pada subkelompok pengguna berat atau bahkan setelah periode induksi yang lebih lama dari 10-15 tahun, tidak boleh dikesampingkan, studi lebih lanjut dengan penelitian populasi yang besar, di mana potensi kesalahan klasifikasi eksposur dan bias seleksi bisa diminimalkan, masih diperlukan.”
Dalam penyertaan editorial, Profesor Anders Ahlbom dan Maria Feychting dari Institut Karolinska di Swedia mengatakan bahwa ini merupakan bukti baru yang meyakinkan, tapi pemantauan secara terus-menerus pada register kesehatan dan cohort prospektif masih diperlukan.
Faktailmiah.com
-dipi-