Kalina
Moderator
SURABAYA - Seminggu menjelang Lebaran, polisi dibuat bekerja ekstrakeras. Ini setelah kemarin pagi satu keluarga penuh (sepasang suami-istri berikut dua anak balita) ditemukan tewas terbunuh di kamar rumah mereka sendiri di Jalan Ngagel Jaya 82, Surabaya.
Kali pertama yang menemukan pembunuhan sadis itu adalah Buriah, salah seorang pembantu di sana. Ketika itu, Buriah -dan pembantu-pembantu lain- heran karena hingga hari terang, sekitar pukul 05.30, sang majikan belum bangun. ''Padahal, biasanya pukul 04.30 sudah bangun,'' kata Siti Humaiyah, seorang baby sitter di rumah itu.
Karena penasaran, Buriah mencoba melongok ke dalam jendela kamar. Baru saja menyingkap gorden jendela, Buriah berteriak histeris dan menangis. Butuh waktu beberapa menit sebelum Buriah mengatakan bahwa dirinya melihat Yanuar Stefanus, 37, nama majikan prianya, tergeletak bersimbah darah.
Buru-buru sejumlah pembantu dan karyawan di situ langsung menghubungi polisi -yang kemudian segera datang. Aparat berbaju cokelat harus mendobrak dulu pintu kamar. ''Teralis jendela dan pintu terkunci dari dalam,'' kata seorang petugas yang ikut menangani kasus tersebut.
Setelah pintu terbuka, pemandangan yang terlihat sungguh menyayat hati. Empat mayat tergeletak bersimbah darah. Yanuar Stefanus, sang juragan dan pemilik rumah, tergeletak di bagian paling barat kasur dengan celana pendek dan kaus hitam. Di pergelangan tangan kiri terdapat dua luka sayat, luka tusuk di perut hingga usus terburai, dan dua luka sayat di leher. Sebilah pisau kecil tergeletak di atas perut Yanuar dan sebilah pisau daging tergeletak menempel di paha pria yang sehari-hari bekerja di pabrik kopi Kapal Api itu.
Persis di samping kanannya tergeletak Yonatan Jansen Sutanto, anak pertama Yanuar yang masih berusia lima tahun. Lehernya terkoyak karena digorok. Di sebelah kanannya lagi tergeletak dalam keadaan tertelungkup Christephen Kevin Sutanto, si bungsu yang berusia tiga tahun. Seperti kakaknya, lehernya menganga setelah digorok. Namun, lukanya lebih lebar dan sebagian tulang lehernya agak rompal.
Sementara Seniwati, istrinya, 36, telentang di sisi berlawanan dengan posisi tidur Yanuar dan kedua anaknya. Lehernya juga tergorok. Tapi, di pipi dan dadanya ada banyak luka gores akibat sayatan benda tajam. Selain itu, di mulutnya ada lebam dan sedikit luka. Saat ditemukan, Seniwati mengenakan baju tidur bermotif batik.
Di tembok kamar maut itu terdapat sebuah tulisan darah. Diduga kuat penulisnya Yanuar. Bunyinya, "Aku diakalin oleh orang saja". Entah apa maksud tulisan tersebut. Petugas masih belum mengetahuinya.
Dari hasil olah TKP (tempat kejadian perkara), petugas menduga tidak ada barang hilang dari rumah itu. ''Selain karena pintu kamar terkunci dari dalam dan ada tumpukan uang yang masih utuh,'' kata Kapolres Surabaya Timur AKBP Eko Iswantono. Berdasar fakta itu, polisi mengesampingkan motif perampokan dalam kejadian tersebut.
Penyelidikan menjadi agak terang setelah Bid Dokkes Polda Jatim dan tim Labfor (Laboratorium Forensik) Cabang Surabaya melakukan penyelidikan. Hasilnya, diduga kuat bahwa yang terakhir tewas adalah kepala keluarga, Yanuar. ''Ini dilihat dari lukanya. Yanuar menderita tiga luka. Kalau dia mati duluan, pasti posisi mayat tak seperti itu,'' urai sebuah sumber di kepolisian.
Itulah yang memunculkan dugaan kalau Yanuar menghabisi anak dan istrinya terlebih dahulu, baru kemudian bunuh diri. ''Dengan kondisi TKP seperti itu (terkunci dari dalam dan tak ada barang hilang), kemungkinan paling besar adalah seperti itu (Yanuar membunuh sebelum akhirnya bunuh diri, Red),'' paparnya.
Apalagi, di jempol kaki kanan Yanuar ada sobekan kertas koran dan di bawah ada kertas koran yang menjadi pasangan sobekan tersebut. Ada bercak darah pula di kertas koran itu. ''Ini menunjukkan kalau Yanuar berjalan-jalan pada saat pembunuhan itu. Dugaannya, siapa lagi yang berjalan pada saat pembunuhan selain si pembunuh,'' urainya.
Siti Humaiyah, baby sitter keluarga, mengungkapkan, sebagai agen Sari Roti, Seniwati mempunyai 11 karyawan yang selalu berkeliling. Plus, satu karyawati yang mengurusi pembayaran. Total orang luar -selain keluarga pasangan Yanuar- yang menginap di situ ada sebelas. Yakni, delapan pedagang keliling, satu pembantu, satu baby sitter, dan satu karyawati bagian keuangan. Baby sitter menginap di kamar depan, berdekatan dengan kamar anak. Pembantu menginap di belakang. Sedangkan delapan pedagang keliling tidur di sembarang tempat. ''Kadang tidurnya ya di dapur. wWis pokoke sembarang,'' kata Humaiyah.
Dari fakta-fakta tersebut, polisi kemudian merekonstruksi dugaan apa yang terjadi pada malamnya. Dari analisis polisi, yang pertama dibunuh Yanuar adalah Seniwati. ''Secara logika, tentu saja yang dibunuh pertama tentu yang dewasa. Kalau yang kecil dulu, pasti yang dewasa terbangun dan ada perlawanan berat,'' kata Kapolwiltabes Surabaya Kombespol Bambang Suparno.
Polisi menduga bahwa Yanuar membekap istrinya dengan bantal, sebelum menggoroknya dengan pisau kecil yang tajam. Ini bisa dilihat dari lebam dan luka di mulut (karena dibekap) dan luka-luka di pipi dan dada (karena meronta-ronta melawan).
Setelah Seniwati "dibereskan", giliran si bungsu Christephen. Sadisnya, Christephen dieksekusi dalam kondisi masih tidur tertelungkup. Dengan dingin Yanuar sempat mengganti pisau kecilnya (yang baru dipakai untuk mengeksekusi Seniwati) dengan pisau dapur besar.
Tanpa banyak babibu, Yanuar membacokkan pisau besar itu ke leher mungil Kevin. ''Saking kerasnya, semua urat putus dan tulang lehernya sampai sedikit rompal,'' kata orang nomor satu di jajaran kepolisian Surabaya itu.
Selanjutnya, Yanuar berjalan ke arah Yonatan, putra sulungnya, yang juga diduga masih tertidur. Leher bagian kanan Yonatan pun digoroknya.
Setelah itu Yanuar memutuskan menghabisi dirinya sendiri. Tidak seperti saat membantai keluarganya yang berlangsung cepat, Yanuar diduga kesulitan menghabisi nyawanya sendiri. Pertama, dia mencoba menyayat pergelangan tangan kirinya. Mungkin, karena takut, Yanuar menghentikan usaha itu. Dia lantas menusuk dadanya dua kali. Lagi-lagi, diduga karena takut, dia tak sanggup menusukkannya begitu dalam. Selanjutnya, dengan mengeraskan tekad, dia menusuk perutnya sendiri hingga ususnya terburai. Namun, tetap saja itu belum mematikannya.
Karena kesakitan, Yanuar sempat berhenti sebentar. Diduga Yanuar kemudian menuliskan kata-kata, "aku diakalin orang saja", dengan darahnya sendiri di tembok. Setelah itu, dia menggorok lehernya sendiri.
Pada gorokan pertama, Yanuar tetap belum juga tewas. Untuk mengakhiri penderitaannya, dia sekali lagi menggorok lehernya. Tak lama kemudian Yanuar tewas.
Apakah urutan kejadian itu sudah menjadi kesimpulan final? Kapolwil mengatakan itu masih dugaan sementara. ''Kalau ada bukti baru lagi, tentu saja arah penyelidikan kami berubah,'' urai lulusan Akpol 1980 tersebut.
Hanya, keterangan sejumlah saksi justru menguatkan dugaan sementara polisi. Menurut seorang karyawan laki-laki yang tidur persis di lantai sebelah kamar tersebut, sekitar pukul 00.00 Yanuar keluar. Setelah itu dia mondar-mandir seperti gelisah, sebelum kemudian masuk kamar lagi.
Kali pertama yang menemukan pembunuhan sadis itu adalah Buriah, salah seorang pembantu di sana. Ketika itu, Buriah -dan pembantu-pembantu lain- heran karena hingga hari terang, sekitar pukul 05.30, sang majikan belum bangun. ''Padahal, biasanya pukul 04.30 sudah bangun,'' kata Siti Humaiyah, seorang baby sitter di rumah itu.
Karena penasaran, Buriah mencoba melongok ke dalam jendela kamar. Baru saja menyingkap gorden jendela, Buriah berteriak histeris dan menangis. Butuh waktu beberapa menit sebelum Buriah mengatakan bahwa dirinya melihat Yanuar Stefanus, 37, nama majikan prianya, tergeletak bersimbah darah.
Buru-buru sejumlah pembantu dan karyawan di situ langsung menghubungi polisi -yang kemudian segera datang. Aparat berbaju cokelat harus mendobrak dulu pintu kamar. ''Teralis jendela dan pintu terkunci dari dalam,'' kata seorang petugas yang ikut menangani kasus tersebut.
Setelah pintu terbuka, pemandangan yang terlihat sungguh menyayat hati. Empat mayat tergeletak bersimbah darah. Yanuar Stefanus, sang juragan dan pemilik rumah, tergeletak di bagian paling barat kasur dengan celana pendek dan kaus hitam. Di pergelangan tangan kiri terdapat dua luka sayat, luka tusuk di perut hingga usus terburai, dan dua luka sayat di leher. Sebilah pisau kecil tergeletak di atas perut Yanuar dan sebilah pisau daging tergeletak menempel di paha pria yang sehari-hari bekerja di pabrik kopi Kapal Api itu.
Persis di samping kanannya tergeletak Yonatan Jansen Sutanto, anak pertama Yanuar yang masih berusia lima tahun. Lehernya terkoyak karena digorok. Di sebelah kanannya lagi tergeletak dalam keadaan tertelungkup Christephen Kevin Sutanto, si bungsu yang berusia tiga tahun. Seperti kakaknya, lehernya menganga setelah digorok. Namun, lukanya lebih lebar dan sebagian tulang lehernya agak rompal.
Sementara Seniwati, istrinya, 36, telentang di sisi berlawanan dengan posisi tidur Yanuar dan kedua anaknya. Lehernya juga tergorok. Tapi, di pipi dan dadanya ada banyak luka gores akibat sayatan benda tajam. Selain itu, di mulutnya ada lebam dan sedikit luka. Saat ditemukan, Seniwati mengenakan baju tidur bermotif batik.
Di tembok kamar maut itu terdapat sebuah tulisan darah. Diduga kuat penulisnya Yanuar. Bunyinya, "Aku diakalin oleh orang saja". Entah apa maksud tulisan tersebut. Petugas masih belum mengetahuinya.
Dari hasil olah TKP (tempat kejadian perkara), petugas menduga tidak ada barang hilang dari rumah itu. ''Selain karena pintu kamar terkunci dari dalam dan ada tumpukan uang yang masih utuh,'' kata Kapolres Surabaya Timur AKBP Eko Iswantono. Berdasar fakta itu, polisi mengesampingkan motif perampokan dalam kejadian tersebut.
Penyelidikan menjadi agak terang setelah Bid Dokkes Polda Jatim dan tim Labfor (Laboratorium Forensik) Cabang Surabaya melakukan penyelidikan. Hasilnya, diduga kuat bahwa yang terakhir tewas adalah kepala keluarga, Yanuar. ''Ini dilihat dari lukanya. Yanuar menderita tiga luka. Kalau dia mati duluan, pasti posisi mayat tak seperti itu,'' urai sebuah sumber di kepolisian.
Itulah yang memunculkan dugaan kalau Yanuar menghabisi anak dan istrinya terlebih dahulu, baru kemudian bunuh diri. ''Dengan kondisi TKP seperti itu (terkunci dari dalam dan tak ada barang hilang), kemungkinan paling besar adalah seperti itu (Yanuar membunuh sebelum akhirnya bunuh diri, Red),'' paparnya.
Apalagi, di jempol kaki kanan Yanuar ada sobekan kertas koran dan di bawah ada kertas koran yang menjadi pasangan sobekan tersebut. Ada bercak darah pula di kertas koran itu. ''Ini menunjukkan kalau Yanuar berjalan-jalan pada saat pembunuhan itu. Dugaannya, siapa lagi yang berjalan pada saat pembunuhan selain si pembunuh,'' urainya.
Siti Humaiyah, baby sitter keluarga, mengungkapkan, sebagai agen Sari Roti, Seniwati mempunyai 11 karyawan yang selalu berkeliling. Plus, satu karyawati yang mengurusi pembayaran. Total orang luar -selain keluarga pasangan Yanuar- yang menginap di situ ada sebelas. Yakni, delapan pedagang keliling, satu pembantu, satu baby sitter, dan satu karyawati bagian keuangan. Baby sitter menginap di kamar depan, berdekatan dengan kamar anak. Pembantu menginap di belakang. Sedangkan delapan pedagang keliling tidur di sembarang tempat. ''Kadang tidurnya ya di dapur. wWis pokoke sembarang,'' kata Humaiyah.
Dari fakta-fakta tersebut, polisi kemudian merekonstruksi dugaan apa yang terjadi pada malamnya. Dari analisis polisi, yang pertama dibunuh Yanuar adalah Seniwati. ''Secara logika, tentu saja yang dibunuh pertama tentu yang dewasa. Kalau yang kecil dulu, pasti yang dewasa terbangun dan ada perlawanan berat,'' kata Kapolwiltabes Surabaya Kombespol Bambang Suparno.
Polisi menduga bahwa Yanuar membekap istrinya dengan bantal, sebelum menggoroknya dengan pisau kecil yang tajam. Ini bisa dilihat dari lebam dan luka di mulut (karena dibekap) dan luka-luka di pipi dan dada (karena meronta-ronta melawan).
Setelah Seniwati "dibereskan", giliran si bungsu Christephen. Sadisnya, Christephen dieksekusi dalam kondisi masih tidur tertelungkup. Dengan dingin Yanuar sempat mengganti pisau kecilnya (yang baru dipakai untuk mengeksekusi Seniwati) dengan pisau dapur besar.
Tanpa banyak babibu, Yanuar membacokkan pisau besar itu ke leher mungil Kevin. ''Saking kerasnya, semua urat putus dan tulang lehernya sampai sedikit rompal,'' kata orang nomor satu di jajaran kepolisian Surabaya itu.
Selanjutnya, Yanuar berjalan ke arah Yonatan, putra sulungnya, yang juga diduga masih tertidur. Leher bagian kanan Yonatan pun digoroknya.
Setelah itu Yanuar memutuskan menghabisi dirinya sendiri. Tidak seperti saat membantai keluarganya yang berlangsung cepat, Yanuar diduga kesulitan menghabisi nyawanya sendiri. Pertama, dia mencoba menyayat pergelangan tangan kirinya. Mungkin, karena takut, Yanuar menghentikan usaha itu. Dia lantas menusuk dadanya dua kali. Lagi-lagi, diduga karena takut, dia tak sanggup menusukkannya begitu dalam. Selanjutnya, dengan mengeraskan tekad, dia menusuk perutnya sendiri hingga ususnya terburai. Namun, tetap saja itu belum mematikannya.
Karena kesakitan, Yanuar sempat berhenti sebentar. Diduga Yanuar kemudian menuliskan kata-kata, "aku diakalin orang saja", dengan darahnya sendiri di tembok. Setelah itu, dia menggorok lehernya sendiri.
Pada gorokan pertama, Yanuar tetap belum juga tewas. Untuk mengakhiri penderitaannya, dia sekali lagi menggorok lehernya. Tak lama kemudian Yanuar tewas.
Apakah urutan kejadian itu sudah menjadi kesimpulan final? Kapolwil mengatakan itu masih dugaan sementara. ''Kalau ada bukti baru lagi, tentu saja arah penyelidikan kami berubah,'' urai lulusan Akpol 1980 tersebut.
Hanya, keterangan sejumlah saksi justru menguatkan dugaan sementara polisi. Menurut seorang karyawan laki-laki yang tidur persis di lantai sebelah kamar tersebut, sekitar pukul 00.00 Yanuar keluar. Setelah itu dia mondar-mandir seperti gelisah, sebelum kemudian masuk kamar lagi.