nurcahyo
New member
Sumbar kembangkan tanaman jarak di lahan kritis
aiz (PT. Cakrawala Pengembangan Agro Sejahtera)
PADANG (CPAS): Seluas 35.000 hektar (ha) dari sekitar 200.000 ha lahan kritis di Sumatera Barat (Sumbar) akan dikembangkan menjadi kebun tanaman jarak (Jetrova Curcus) yang buahnya dapat diolah menjadi biodiesel, energi alternatif masa depan. Enam bupati di Sumbar akan menandatangani komitmen dengan investor dan investasi pada tahap awal sebesar Rp. 300 miliar.
Gubernur Sumbar, Gamawan Fauzi mengatakan bahwa investor sudah mulai melakukan pembibitan. ?Investor minta kepastian antara lain soal lahan yang dicadangkan dan pola kerja sama dengan masyarakat,? kata Gamawan di Padang, Selasa (13/12/2005).
Menurut Gamawan, prospek untuk mengembangkan bahan baku energi ramah lingkungan itu sangat bagus dibandingkan dengan kelapa sawit. Bahkan, lahan kritis yang selama ini menjadi lahan terlantar bisa didayagunakan. Umur satu tahun tanaman jarak sudah berbuah dan tahun ketiga puncak panen. Tanaman jarak bisa berproduksi sampai umur 30 tahun dan sangat baik untuk konservasi tanah, ungkapnya.
?Dengan dikembangkannya biodiesel ada jaminan energi untuk bangsa, sebab seiring dengan langkanya minyak bumi harga bahan bakar minyak semakin tinggi. Buktinya, saat ini Indonesia mengimpor 7 miliar liter solar per tahun (30 persen kebutuhan nasional),? jelas Gamawan.
Selain itu, kata Gamawan, jika dua persen dari konsumsi solar negara kita disubstitusi dengan biodiesel produksi dalam negeri, per tahun dibutuhkan 720.000 kiloliter biodiesel, atau sama dengan 200.000 hektar lahan tanaman jarak. Dari pengurangan 720.000 ton impor solar itu, setidaknya dapat dihemat devisa Rp 2,9 triliun.
Bagi Sumbar, lanjut Gamawan, arti penting investasi untuk produksi biodiesel ini adalah selain memanfaatkan lahan kritis dan sebagai energi alternatif masa depan, juga sebagai program pengentasan kemiskinan dan juga mengurangi dampak sosial pengangguran yang relatif tinggi di daerah ini. ?Setidaknya, industri biodiesel menyerap 35.000 tenaga kerja. Rakyat juga bisa menanam jarak di lahan sendiri. Produksi buah jarak dipastikan akan ditampung pengusaha,? ungkapnya.
aiz (PT. Cakrawala Pengembangan Agro Sejahtera)
PADANG (CPAS): Seluas 35.000 hektar (ha) dari sekitar 200.000 ha lahan kritis di Sumatera Barat (Sumbar) akan dikembangkan menjadi kebun tanaman jarak (Jetrova Curcus) yang buahnya dapat diolah menjadi biodiesel, energi alternatif masa depan. Enam bupati di Sumbar akan menandatangani komitmen dengan investor dan investasi pada tahap awal sebesar Rp. 300 miliar.
Gubernur Sumbar, Gamawan Fauzi mengatakan bahwa investor sudah mulai melakukan pembibitan. ?Investor minta kepastian antara lain soal lahan yang dicadangkan dan pola kerja sama dengan masyarakat,? kata Gamawan di Padang, Selasa (13/12/2005).
Menurut Gamawan, prospek untuk mengembangkan bahan baku energi ramah lingkungan itu sangat bagus dibandingkan dengan kelapa sawit. Bahkan, lahan kritis yang selama ini menjadi lahan terlantar bisa didayagunakan. Umur satu tahun tanaman jarak sudah berbuah dan tahun ketiga puncak panen. Tanaman jarak bisa berproduksi sampai umur 30 tahun dan sangat baik untuk konservasi tanah, ungkapnya.
?Dengan dikembangkannya biodiesel ada jaminan energi untuk bangsa, sebab seiring dengan langkanya minyak bumi harga bahan bakar minyak semakin tinggi. Buktinya, saat ini Indonesia mengimpor 7 miliar liter solar per tahun (30 persen kebutuhan nasional),? jelas Gamawan.
Selain itu, kata Gamawan, jika dua persen dari konsumsi solar negara kita disubstitusi dengan biodiesel produksi dalam negeri, per tahun dibutuhkan 720.000 kiloliter biodiesel, atau sama dengan 200.000 hektar lahan tanaman jarak. Dari pengurangan 720.000 ton impor solar itu, setidaknya dapat dihemat devisa Rp 2,9 triliun.
Bagi Sumbar, lanjut Gamawan, arti penting investasi untuk produksi biodiesel ini adalah selain memanfaatkan lahan kritis dan sebagai energi alternatif masa depan, juga sebagai program pengentasan kemiskinan dan juga mengurangi dampak sosial pengangguran yang relatif tinggi di daerah ini. ?Setidaknya, industri biodiesel menyerap 35.000 tenaga kerja. Rakyat juga bisa menanam jarak di lahan sendiri. Produksi buah jarak dipastikan akan ditampung pengusaha,? ungkapnya.