Iman, Supranatural, Preternatural, Paranormal, Natural
Iman memang bersangkutan dengan alam supranatural, preternatural, paranormal dan natural. Namun korelasi antara sikap iman dengan berbagai dunia ini mempunyai kadarnya sendiri-sendiri.
Dapat dikatakan secara singkat bahwa alam preternatural, paranormal dan natural merupakan percikan dari alam supranatural. Dunia preternatural, paranormal dan natural tidak boleh disamakan begitu saja dengan dunia supranatural. Mengapa terjadi penyamaan begitu saja ? Karena keterbatasan pemikiran orang dalam mendalami 'sesuatu yang aneh inordinary'. Tanpa memperhatikan adanya berbagai nilai dan tingkatan dunia 'inordinary''. Orang dapat mengatakan bahwa ada hubungan antara dunia supranatural dengan dunia preternatural, paranormal dan natural.
Hubungan iman dengan dunia supranatural merupakan tuntutan mutlak. Dan hubungan iman dengan percikan-percikan alam supranatural bersifat nisbiah. Memang dunia percikan memungkinkan orang membuka dirinya ke alam Sang Pemercik yang supranatural. Namun dunia percikan juga sangat mungkin membuat orang mengalami kemandegan peziarahan iman. Itulah yang terjadi dalam diri seseorang yang terkuasai oleh hawa nafsu dalam tingkat alam natural. Demikian pula orang yang karena merasuki alam paranormal., sudah beranggapan bahwa ia sudah berada dalam alam supranatural dan begitulah dirasakan imannya sempurna. Sebetulnya dengan pemahaman iman seperti itu, apa yang dianggap iman bukan iman lagi. Iman selalu mengandaikan misteri (metarasional), yang tidak terkuak oleh indera dan pikiran. Menurut usaha pendekatan ilmiah terhadap keparanormalan yang pada masa lampau dimasukkan di dalam alam supranatural, sudah sampai saatnya dipandang sebagai hal ciptaan yang natural atau kodrati oleh orang jaman ini. Pandangan ini tetap bertahan bahwa seperti segala ciptaan di alam semesta ini berasal dari Allah, demikian juga kekuatan paranormal juga berasal dari Allah. Pertanyaan yang muncul ialah : Bahwa kenyataan paranormal (preternatural) adalah rahmat kodrati atau 'gratia naturalis', bagaimana orang beriman seharusnya bersikap terhadap kemampuan paranormal atau orang yang berbakat paranormal ? Jawaban atas pertanyaan ini sekarang dinantikan banyak orang beriman.
Sikap orang beriman terhadap kenyataan kodrati paranormal. Orang beriman hendaknya menempatkan semua barang ciptaan dalam kerangka tujuan dan maksud manusia diciptakan oleh Allah swt. Kenyatakan bahwa tujuan manusia diciptakan ialah memuji, menghormati dan pengabdi(menyembah,beribadah)kepada Allah swt dengan demikian manusia selamat.Ini menyangkut semua manusia.Tujuan mereka diciptakan adalah keselamatan(rahmatan lil 'alamin).Barang ciptaan lain berada untuk menolong manusia mencapai tujuannya diciptakan,Maka orang hendaknya menggunakannya sejauh barang itu menolongnya; dan menyingkirinya sejauh barang itu menjadi penghalang manusia mencapai tujuan bahwa ia diciptakan.
Daya paranormal adalah karunia kodrati manusia. Daya paranormal ada pada setiap orang dalam kadarnya masing- masing bukan karena orang itu mendapatkan karunia adikodrati, tetapi karena kemanusiaannya. Adanya kemampuan paranormal tidak karena orang itu berkekhususan tertentu. Adanya kemampuan paranormal dapat dipisahkan dari keagamaan, kesukuan, ras seseorang. Orang Balanda, Jawa, Tionghoa, Jepang dsb. dengan agama mereka yang berbeda-beda masing-masing dapat memiliki daya paranormal yang cukup tinggi. Secara manusiawi kemampuan paranormal itu dapat digunakan untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, sejauh untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain daya itu menolong ke jalan keselamatan. Daya paranormal mempunyai nilai lintas agama, lintas suku, lintas ras. Dengan demikian manusia yang satu dengan yang lain dapat saling menolong dengan daya paranormal itu.
Orang islam dengan daya paranormalnya dapat menolong orang kristen, Hindu, Budha dan sebaliknya, tanpa masing-masing harus bersikap bertentangan dengan iman masing-masing. Seperti halnya dokter, yang beragama Islam dapat menolong orang beragama Hindu, tanpa mereka harus berkeyakinan Hindu dan sebaliknya. Bahkan orang ateispun dapat mempunyai daya paranormal. Karena ia adalah manusia. Dalam lingkup ini juga adanya kekuatan paranormal kadang bukan karena mantra-mantra atau alat-alat tertentu. tetapi karena adanya daya itu sendiri. Dahulunya ada orang berbakat paranormal selalu mencari sumber air di bawah tanah dengan alat tasbih. Lalu berkeyakinan bahwa tasbihnya itu satu-satunya penunjuk sumber air di bawah tanah. Ternyata dalam pengalaman, dengan barang lain pun dapat ditemukan suatu sumber air di bawah tanah. Di sini bukan maksudnya untuk memperendah nilai tasbih, tetapi hanya mau menuturkan bahwa daya paranormal tidak secara mutlak berhubungan dengan barang-barang keagamaan. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa kekuatan paranormal itu benar adanya. Orang dapat menggunakannya untuk bertindak baik, ialah menolong orang lain, atau untuk berlaku jahat untuk mencelakakan orang lain. Jadi baik buruknya penggunaan daya paranormal adalah karena baik buruknya perilaku(ahklaq) seseorang yang menggunakannya. Paham ini untuk meluruskan pandangan tentang 'black magic dan white magic' yang diandaikan barangnya sendiri dari setan atau dari malaikat. Kesetanan dan kemalaikatan adalah berasal dari manusia pengguna daya paranormal tersebut.Bila daya paranormal digunakan mencelakakan dirinya sendiri atau orang lain, di sinilah daya paranormal disetankan, digunakan untuk berbuat jahat ''black magic'. Bila daya paranormal digunakan untuk menolong dirinya sendiri atau orang lain demi kebaikan, di sinilah daya paranormal dimalaikatkan. 'white magic'. Panggilan orang beriman, yang meyakini Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang, ialah untuk menggunakan daya paranormal untuk mengasihi dan menyayangi orang lain demi keselamatan.