spirit
Mod
Tiga penyebab kecenderungan kita susah untuk mengalah:
Rintangan ego atau diri sendiri. Secara alamiah kita adalah makhluk yang mementingkan diri sendiri. Maka untuk mengalah yakni mendahulukan kepentingan orang merupakan sesuatu yang melawan kodrat manusiawi kita.
Rintangan orang lain. Kita menginginkan pengakuan dari orang dan sikap mengalah dianggap sebagai kekalahan. Jadi waktu kita mengalah kita berpikir orang melihat kita sebagai orang yang kalah. Akibatnya kita lebih susah untuk mengalah karena kita ingin mendapatkan pengakuan.
Rintangan budaya. Ada budaya-budaya tertentu yang menyuburkan rasa mengalah, jadi yang mulia adalah mengalah. Yang mulia adalah mengesampingkan kepentingan pribadi. Tapi ada budaya-budaya yang justru menyuburkan sikap tidak mengalah, budaya-budaya ini akan berkata kalau mengalah berarti engkau pengecut, orang yang pengecut dikeluarkan dari budayanya. Dari pada dia menanggung malu karena dianggap pengecut akhirnya terpaksalah dia menyuburkan sikap tidak mau mengalah, agar tetap bisa diterima sebagai bagian dari budaya itu.
Pandangan terhadap sikap mengalah berpengaruh besar terhadap keputusan kita bersedia mengalah atau tidak.
Sebagai penuntun bagaimana kita harus bersikap yang sesuai dengan firman Tuhan adalah:
Filipi 2:1-11, ayat 4, "Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga."
Yang Tuhan minta adalah kita mulai berpikir komunal, kita berpikir bahwa kita hidup dalam satu komunitas, dalam satu lingkungan masyarakat dan Tuhan meminta kita menjaga kelestarian masyarakat di mana kita tinggal. Dengan cara kita memperhatikan kepentingan bersama dan tidak hanya mementingkan kepentingan diri. Firman Tuhan sangat menekankan pola pikir komunal yaitu pikirkan orang, apa kepentingan orang mari kita lihat dan coba bantu. Jadi untuk bisa mengalah kita harus mulai mengubah pola pikir kita dari individual ke komunal.
Ayat 3, "Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri."
Ini hal yang sulit, menganggap orang lain lebih utama dari pada diri kita sendiri, tapi inilah yang Tuhan minta agar kita bersikap mandiri artinya bebas dari penilaian orang, apapun yang menjadi penilaian orang tentang diri kita karena kita mengalah jangan kita hiraukan. Bersikap mandiri dalam hidup, kalau kita perlu mengalah, kita mengalah dan meskipun itu harus mengorbankan kepentingan pribadi kalau memang ini hal yang Tuhan tuntut kita lakukan.
Berikutnya adalah Tuhan mengajarkan agar kita mempunyai gaya hidup melayani, yaitu gaya hidup mendahulukan orang lain.
Untuk bisa mengalah kita benar-benar memerlukan pertolongan ilahi, pertolongan Tuhan sendiri. Maka pada Filipi 2:5-11, Paulus mengajak orang Filipi untuk melihat kepada Tuhan Yesus, sebab Dialah contoh kita, teladan kita. "Kristus Yesus yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah Bapa! Yesuslah Tuhan, model atau contoh bagi kita. Sikap merendahkan diri telah Tuhan contohkan kepada kita.
Rintangan ego atau diri sendiri. Secara alamiah kita adalah makhluk yang mementingkan diri sendiri. Maka untuk mengalah yakni mendahulukan kepentingan orang merupakan sesuatu yang melawan kodrat manusiawi kita.
Rintangan orang lain. Kita menginginkan pengakuan dari orang dan sikap mengalah dianggap sebagai kekalahan. Jadi waktu kita mengalah kita berpikir orang melihat kita sebagai orang yang kalah. Akibatnya kita lebih susah untuk mengalah karena kita ingin mendapatkan pengakuan.
Rintangan budaya. Ada budaya-budaya tertentu yang menyuburkan rasa mengalah, jadi yang mulia adalah mengalah. Yang mulia adalah mengesampingkan kepentingan pribadi. Tapi ada budaya-budaya yang justru menyuburkan sikap tidak mengalah, budaya-budaya ini akan berkata kalau mengalah berarti engkau pengecut, orang yang pengecut dikeluarkan dari budayanya. Dari pada dia menanggung malu karena dianggap pengecut akhirnya terpaksalah dia menyuburkan sikap tidak mau mengalah, agar tetap bisa diterima sebagai bagian dari budaya itu.
Pandangan terhadap sikap mengalah berpengaruh besar terhadap keputusan kita bersedia mengalah atau tidak.
Sebagai penuntun bagaimana kita harus bersikap yang sesuai dengan firman Tuhan adalah:
Filipi 2:1-11, ayat 4, "Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga."
Yang Tuhan minta adalah kita mulai berpikir komunal, kita berpikir bahwa kita hidup dalam satu komunitas, dalam satu lingkungan masyarakat dan Tuhan meminta kita menjaga kelestarian masyarakat di mana kita tinggal. Dengan cara kita memperhatikan kepentingan bersama dan tidak hanya mementingkan kepentingan diri. Firman Tuhan sangat menekankan pola pikir komunal yaitu pikirkan orang, apa kepentingan orang mari kita lihat dan coba bantu. Jadi untuk bisa mengalah kita harus mulai mengubah pola pikir kita dari individual ke komunal.
Ayat 3, "Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri."
Ini hal yang sulit, menganggap orang lain lebih utama dari pada diri kita sendiri, tapi inilah yang Tuhan minta agar kita bersikap mandiri artinya bebas dari penilaian orang, apapun yang menjadi penilaian orang tentang diri kita karena kita mengalah jangan kita hiraukan. Bersikap mandiri dalam hidup, kalau kita perlu mengalah, kita mengalah dan meskipun itu harus mengorbankan kepentingan pribadi kalau memang ini hal yang Tuhan tuntut kita lakukan.
Berikutnya adalah Tuhan mengajarkan agar kita mempunyai gaya hidup melayani, yaitu gaya hidup mendahulukan orang lain.
Untuk bisa mengalah kita benar-benar memerlukan pertolongan ilahi, pertolongan Tuhan sendiri. Maka pada Filipi 2:5-11, Paulus mengajak orang Filipi untuk melihat kepada Tuhan Yesus, sebab Dialah contoh kita, teladan kita. "Kristus Yesus yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah Bapa! Yesuslah Tuhan, model atau contoh bagi kita. Sikap merendahkan diri telah Tuhan contohkan kepada kita.