chickenfighter
New member
Bila buah hati Anda menderita autisme ataupun alergi susu sapi, susu kedelai bisa menjadi pilihan. Di antara jenis kacang-kacangan, kedelai merupakan sumber protein, mineral, lemak, dan serat yang paling baik. Karena itu, susu kedelai bisa menggantikan susu sapi.
Susu kedelai memiliki banyak kandungan gizi yang tak kalah dengan susu hewani. Bahkan, berdasarkan berbagai penelitian ilmiah, terbukti bahwa susu kedelai mampu mengatasi penyakit kanker (usus, payudara, dan prostate), menurunkan kadar kolesterol, menghambat menopause, mencegah osteoporosis, dan mampu meningkatkan imunitas tubuh.
Sebagaimana disebutka di atas, susu kedelai bisa menjadi alternatif sumber protein bagi anak penderita autisme. Autisme adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada masa anak-anak, sehingga membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.
Penderita autisme sebaiknya tidak mengkosumsi makanan yang mengandung kasein (protein susu) dan glutein (protein tepung). Selain sulit dicerna, makanan yang mengandung kedua jenis protein tersebut dapat menyebabkan gangguan fungsi otak. Jika dikonsumsi perilaku penderita autisme akan menjadi lebih hiperaktif.
Sumber Kasein berasal dari susu hewani (susu sapi) serta berbagai macam produknya, seperti keju dan krim. Bagi penderita autisme, susu sapi dapat diganti dengan susu kedelai, karena tidak mengandung kasein dan glutein. Dengan demikian, para penderita autisme tetap memperoleh masukan protein, vitamin, dan mineral yang cukup.
Khusus untuk balita, susu kedelai sebaiknya diberikan setelah anak berumur di atas satu tahun. Porsinya cukup 250-500 ml atau 1–2 gelas perhari. Dua gelas susu kedelai mampu memasok 30% kebutuhan protein perhari bagi balita. Susu kedelai dapat diberikan setelah atau sebelum makan, tergantung kebiasaan dan selera anak.
(Sehatsukses/dila)
Susu kedelai memiliki banyak kandungan gizi yang tak kalah dengan susu hewani. Bahkan, berdasarkan berbagai penelitian ilmiah, terbukti bahwa susu kedelai mampu mengatasi penyakit kanker (usus, payudara, dan prostate), menurunkan kadar kolesterol, menghambat menopause, mencegah osteoporosis, dan mampu meningkatkan imunitas tubuh.
Sebagaimana disebutka di atas, susu kedelai bisa menjadi alternatif sumber protein bagi anak penderita autisme. Autisme adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada masa anak-anak, sehingga membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.
Penderita autisme sebaiknya tidak mengkosumsi makanan yang mengandung kasein (protein susu) dan glutein (protein tepung). Selain sulit dicerna, makanan yang mengandung kedua jenis protein tersebut dapat menyebabkan gangguan fungsi otak. Jika dikonsumsi perilaku penderita autisme akan menjadi lebih hiperaktif.
Sumber Kasein berasal dari susu hewani (susu sapi) serta berbagai macam produknya, seperti keju dan krim. Bagi penderita autisme, susu sapi dapat diganti dengan susu kedelai, karena tidak mengandung kasein dan glutein. Dengan demikian, para penderita autisme tetap memperoleh masukan protein, vitamin, dan mineral yang cukup.
Khusus untuk balita, susu kedelai sebaiknya diberikan setelah anak berumur di atas satu tahun. Porsinya cukup 250-500 ml atau 1–2 gelas perhari. Dua gelas susu kedelai mampu memasok 30% kebutuhan protein perhari bagi balita. Susu kedelai dapat diberikan setelah atau sebelum makan, tergantung kebiasaan dan selera anak.
(Sehatsukses/dila)