T-Rex
New member
Bayi, sebagai cikal bakal manusia dewasa, adalah makhluk mungil yang menggemaskan, suka menangis, dan tidak pernah kenyang. Ya, setiap bayi yang baru memasuki "dunia baru", bukan dunia sesempit rahim ibunda, telah diciptakan Allah dengan segala keunikannya. Dan meskipun proses kelahiran masing-masing bayi berbeda, terdapat satu keniscayaan: bahwa ibu yang telah mengandung dan melahirkannya, pasti juga bisa menyusui bayi mungil tersebut. Kecuali jika menderita sakit pada payudaranya atau terjadi kerusakan pada payudara atau puting susunya, seorang ibu pasti bisa menyusui bayinya -minimal selama enam bulan.
Islam sendiri telah menganjurkan kepada para ibu agar menyusui anaknya selama dua tahun penuh -bagi orang yang ingin menyusui secara sempurna. Simak ayat Al Quran berikut:
"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan pernyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan ahli warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Baqarah:233)
Jadi, sebenarnya penyusuan merupakan hak anak atas ibunya. Selain itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjadikan penyusuan itu sendiri sebagai sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, baik hal itu diketahui oleh para ibu maupun tidak. Salah satunya terkait dengan tangisan bayi. Penelitian yang dilakukan terhadap masyarakat tradisional menunjukkan bahwa para ibu disana menyusui bayi-bayi mereka dengan baik dan tidak membiarkannya menangis. Mereka tidak membatasi jumlah makanan untuk bayi dengan menentukan jam atau mengikuti jadwal tertentu. Di Amerika Serikat, telah dilakukan sebuah penelitian untuk membandingkan para ibu yang jarang menyusui bayinya (selang tiga jam atau lebih setelah si bayi meminta) dengan para ibu yang segera menyusui ketika bayinya menginginkannya. Bayi yang sering disusui terbukti lebih tenang, sebab tangisan mereka direspon dengan cepat oleh ibunya. Selain itu, fakta juga mengatakan bahwa baik para ibu yang merespon tangisan bayi dengan cepat tetapi jarang menyusui, maupun para ibu yang merespon dengan lambat tapi sering menyusi, akan lebih sering mendapati bayinya menangis.
Menyusui bayi dengan sepenuh hati akan menyukseskan aktivitas menyusui itu sendiri, karena hal ini merupakan wujud rasa cinta Anda kepada bayi Anda. Bayi yang baru lahir ke dunia akan merasakan hal yang berbeda ketika dia masih berada dalam rahim ibunya. Ketika kita menghalangi atau mengabaikan tangisan bayi, kita telah mengajarkan sebuah pelajaran yang aneh: mereka tidak akan bisa berkomunikasi dengan kita. Mengabaikan tangisan bayi berulang kali akan membuatnya merasa asing dan menderita, karena tangisan itu ditujukan agar ibunya terdorong untuk memenuhi kebutuhannya. Makhluk mungil ini telah memulai perjuangan yang sia-sia di dunia barunya. Dia akan belajar menangis, bahkan untuk hal terkecil sekalipun (karena bayi memang belum bisa berkata-kata). Atau dia tidak akan menangis sama sekali. Seperti halnya bayi-bayi di panti asuhan yang cenderung mengalami "infant marasmus", sebuah keadaan dimana bayi menderita penyakit yang membuatnya tidak bergairah dan apatis. Mereka berhenti menangis, mereka berhenti bereaksi terhadap dunia ini. Mereka terlihat sangat depresi.
Apakah ada ibu yang tega melihat bayi yang telah dikandungnya dengan susah payah selama berbulan-bulan akhirnya harus menatap dunia dengan kesedihan? Bayi tidak punya siapa-siapa; hanya Anda sebagai ibunya. Renungkanlah...
Maraji':
- Ath-Tharsyah, Adnan. Menjadi Wanita Sukses dan Dicintai (Kaifa Takuuniina Naajihah wa Mahbuubah). Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. Cetakan kedua. Januari 2005
- Jackson, Deborah. Memahami Bahasa Bayi (When Your Baby Cries).Think. Yogyakarta. Cetakan pertama. April 2006.
Islam sendiri telah menganjurkan kepada para ibu agar menyusui anaknya selama dua tahun penuh -bagi orang yang ingin menyusui secara sempurna. Simak ayat Al Quran berikut:
"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan pernyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan ahli warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Baqarah:233)
Jadi, sebenarnya penyusuan merupakan hak anak atas ibunya. Selain itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjadikan penyusuan itu sendiri sebagai sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, baik hal itu diketahui oleh para ibu maupun tidak. Salah satunya terkait dengan tangisan bayi. Penelitian yang dilakukan terhadap masyarakat tradisional menunjukkan bahwa para ibu disana menyusui bayi-bayi mereka dengan baik dan tidak membiarkannya menangis. Mereka tidak membatasi jumlah makanan untuk bayi dengan menentukan jam atau mengikuti jadwal tertentu. Di Amerika Serikat, telah dilakukan sebuah penelitian untuk membandingkan para ibu yang jarang menyusui bayinya (selang tiga jam atau lebih setelah si bayi meminta) dengan para ibu yang segera menyusui ketika bayinya menginginkannya. Bayi yang sering disusui terbukti lebih tenang, sebab tangisan mereka direspon dengan cepat oleh ibunya. Selain itu, fakta juga mengatakan bahwa baik para ibu yang merespon tangisan bayi dengan cepat tetapi jarang menyusui, maupun para ibu yang merespon dengan lambat tapi sering menyusi, akan lebih sering mendapati bayinya menangis.
Menyusui bayi dengan sepenuh hati akan menyukseskan aktivitas menyusui itu sendiri, karena hal ini merupakan wujud rasa cinta Anda kepada bayi Anda. Bayi yang baru lahir ke dunia akan merasakan hal yang berbeda ketika dia masih berada dalam rahim ibunya. Ketika kita menghalangi atau mengabaikan tangisan bayi, kita telah mengajarkan sebuah pelajaran yang aneh: mereka tidak akan bisa berkomunikasi dengan kita. Mengabaikan tangisan bayi berulang kali akan membuatnya merasa asing dan menderita, karena tangisan itu ditujukan agar ibunya terdorong untuk memenuhi kebutuhannya. Makhluk mungil ini telah memulai perjuangan yang sia-sia di dunia barunya. Dia akan belajar menangis, bahkan untuk hal terkecil sekalipun (karena bayi memang belum bisa berkata-kata). Atau dia tidak akan menangis sama sekali. Seperti halnya bayi-bayi di panti asuhan yang cenderung mengalami "infant marasmus", sebuah keadaan dimana bayi menderita penyakit yang membuatnya tidak bergairah dan apatis. Mereka berhenti menangis, mereka berhenti bereaksi terhadap dunia ini. Mereka terlihat sangat depresi.
Apakah ada ibu yang tega melihat bayi yang telah dikandungnya dengan susah payah selama berbulan-bulan akhirnya harus menatap dunia dengan kesedihan? Bayi tidak punya siapa-siapa; hanya Anda sebagai ibunya. Renungkanlah...
Maraji':
- Ath-Tharsyah, Adnan. Menjadi Wanita Sukses dan Dicintai (Kaifa Takuuniina Naajihah wa Mahbuubah). Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. Cetakan kedua. Januari 2005
- Jackson, Deborah. Memahami Bahasa Bayi (When Your Baby Cries).Think. Yogyakarta. Cetakan pertama. April 2006.