resi_dj
New member
Setelah sekian lama hidup berkeluarga suami istri dihadapkan kepada masalah. Suami mengira masalah kehidupan rumah tangganya terletak pada istrinya. Sang suami mengira bahwa istrinya tuli. Akhirnya suami pergi berkonsultasi kepada seorang dokter. Dokter menyarankan setiba di rumah agar memanggil istrinya dalam jarak empat meter.
"Nanti kalo istri saya tidak menjawab, apa dia benar-benar tuli, dok?" tanya sang suami.
"Oo..belum tentu..kalo jarak empat meter tidak menjawab, cobalah mendekat dengan jarak dua meter," jawab dokter.
"Kalo masih tidak menjawab dok?" tanya lagi sang suami.
"Panggillah yang lebih dekat lagi, kalo masih tidak menjawab berarti istri anda tuli," kata dokter.
Begitu sampai di rumah, sang suami melihat istrinya sedang menyiram bunga di halaman rumahnya. Dari jarak empat meter suaminya menyapa,
"Hai, sayang sedang ngapain?" Pertanyaannya tidak dijawab, suami menjadi khawatir istrinya benar-benar tuli. Kemudian suaminya mendekat dengan jarak dua meter memanggil istrinya. "Sayang, bunganya indah sekali ya..."
Ternyata masih juga tidak mendengar jawaban istrinya.
Dengan gagahnya suaminya berdiri mendekat disamping istrinya yang sedang menyiram bunga dan mengatakan dengan suara keras, "Sayang, sibuk ya? Lagi ngapain sih?"
Sang istri menoleh dengan wajah memerah menahan amarah dan mengatakan kepada suaminya. "Kamu ini ada apa sih? Sudah tiga kali aku bilang kalau aku sedang menyirami bunga, masih aja bertanya."
Begitulah kita, seringkali kita beranggapan orang lain yang salah. Padahal sebenarnya kesalahan itu ada pada diri kita sendiri, terkadang kita tidak menyadari bahwa kesalahan itu terletak pada diri kita sendiri. Seperti lagu Ebiet G Ade, "Tengoklah ke dalam sebelum bicara, singgirkan debu yang masih melekat..."
Prinsip 90/10 ala Stephen Covey, sangat simple menjelaskan dalam membantu kita menghadapi masalah. Kita tidak dapat mengendalikan 10% dari kondisi yang terjadi pada diri kita.
Contohnya, kita tidak dapat menghindar dari kemacetan. Pesawat terlambat datang dan hal ini akan merusak seluruh jadwal. Kemacetan telah menghambat seluruh rencana kita. Kita tidak dapat mengontrol kondisi 10 persen ini tetapi kita dapat mengontrol yang 90% yaitu cara kita bereaksi. Kita tidak dapat mengontrol lampu merah, tetapi kita dapat mengontrol reaksi kita.
Itulah makna tengoklah ke dalam, berarti bereaksi secara positif dalam menyikapi setiap masalah.
Dan hal tersebut sangat penting diterapkan dalam kehidupan, begitu juga dalam kehidupan keluarga sekalipun.[<
(Wikimu-M.Agus Syafii)
"Nanti kalo istri saya tidak menjawab, apa dia benar-benar tuli, dok?" tanya sang suami.
"Oo..belum tentu..kalo jarak empat meter tidak menjawab, cobalah mendekat dengan jarak dua meter," jawab dokter.
"Kalo masih tidak menjawab dok?" tanya lagi sang suami.
"Panggillah yang lebih dekat lagi, kalo masih tidak menjawab berarti istri anda tuli," kata dokter.
Begitu sampai di rumah, sang suami melihat istrinya sedang menyiram bunga di halaman rumahnya. Dari jarak empat meter suaminya menyapa,
"Hai, sayang sedang ngapain?" Pertanyaannya tidak dijawab, suami menjadi khawatir istrinya benar-benar tuli. Kemudian suaminya mendekat dengan jarak dua meter memanggil istrinya. "Sayang, bunganya indah sekali ya..."
Ternyata masih juga tidak mendengar jawaban istrinya.
Dengan gagahnya suaminya berdiri mendekat disamping istrinya yang sedang menyiram bunga dan mengatakan dengan suara keras, "Sayang, sibuk ya? Lagi ngapain sih?"
Sang istri menoleh dengan wajah memerah menahan amarah dan mengatakan kepada suaminya. "Kamu ini ada apa sih? Sudah tiga kali aku bilang kalau aku sedang menyirami bunga, masih aja bertanya."
Begitulah kita, seringkali kita beranggapan orang lain yang salah. Padahal sebenarnya kesalahan itu ada pada diri kita sendiri, terkadang kita tidak menyadari bahwa kesalahan itu terletak pada diri kita sendiri. Seperti lagu Ebiet G Ade, "Tengoklah ke dalam sebelum bicara, singgirkan debu yang masih melekat..."
Prinsip 90/10 ala Stephen Covey, sangat simple menjelaskan dalam membantu kita menghadapi masalah. Kita tidak dapat mengendalikan 10% dari kondisi yang terjadi pada diri kita.
Contohnya, kita tidak dapat menghindar dari kemacetan. Pesawat terlambat datang dan hal ini akan merusak seluruh jadwal. Kemacetan telah menghambat seluruh rencana kita. Kita tidak dapat mengontrol kondisi 10 persen ini tetapi kita dapat mengontrol yang 90% yaitu cara kita bereaksi. Kita tidak dapat mengontrol lampu merah, tetapi kita dapat mengontrol reaksi kita.
Itulah makna tengoklah ke dalam, berarti bereaksi secara positif dalam menyikapi setiap masalah.
Dan hal tersebut sangat penting diterapkan dalam kehidupan, begitu juga dalam kehidupan keluarga sekalipun.[<
(Wikimu-M.Agus Syafii)