fajarsany
New member
Semua orang pasti mengharapkan memiliki tetangga yang baik. Apa jadinya kalau tidak memiliki tetangga yang baik? Syukur aku memiliki tetangga yang baik, tidak pernah mengganggu, hanya saja dia lebih tertutup dibandingkan tetangga yang lainnya. Dia memiliki seorang istri, seorang anak perempuan, dan seorang anak laki-laki.
Suatu sore aku mendengar suara keributan dari tetanggaku itu.
“Aku ingin mobil!” Kata istrinya, diikuti suara pintu yang dibanting.
Benar dugaanku, yang jarang atau tidak pernah ribut, sekali ributnya, seperti gunung berapi yang lama tidak aktif.
***
Selama sebulan ini, sepertinya mereka jarang berada di rumah, atau memang jarang keluar rumah. Entahlah, terkadang memberikan kesan misterius.
Ketika sedang mandi, aku mendengar suara orang berbicara yang berasal dari tetanggaku itu. Aku dapat mendengarnya, karena tembok ini berbatasan langsung dengan rumahnya; ditambah ada lubang ventilasi yang berdekatan dengan genting rumahnya. Namun, suara orang yang berbicara itu tidak seperti yang sedang mengobrol, tidak terdengar suara lawan bicaranya, tapi terdengar seperti yang sedang komat-kamit.
Pagi itu, aku melihat sebuah mobil di depan rumahnya, lalu bersama istri dan kedua anaknya, masuk ke dalam mobil dan pergi entah kemana. Mungkin liburan, karena sekarang hari Sabtu.
Sabtu depannya, aku kembali melihat sebuah mobil di depan rumahnya, kali ini berbeda dengan sebelumnya. Tak lama kemudian istrinya masuk ke dalam mobil tersebut, dengan pakaian yang glamour, lalu pergi entah kemana. Baru sekarang aku melihat istrinya seperti itu, biasanya pakaiannya sederhana.
Awalnya aku tidak yakin kalau tetanggaku itu memiliki dua mobil, tapi berubah ketika melihat dua mobil tersebut yang selalu bulak-balik hampir setiap harinya, ditambah mereka membeli sepeda motor sebanyak tiga unit. Satu untuk dia dan istrinya, dan sisanya masing-masing untuk kedua anaknya. Pikirku, mungkin mereka memiliki pekerjaan baru yang mengharuskan menggunakan mobil.
Tiga bulan berlalu, pada suatu malam aku merasa sangat kepanasan, begitu pula istri dan seorang putriku. Semuanya merasa aneh, karena diluar, udara terasa normal, dingin. Setelah kunyalakan kipas angin dan membuka beberapa jendela, hawa panas masih terasa, namun dapat diminimalisir; semuanya kembali tidur.
Sekitar pukul 2 dini hari, aku pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil; lalu aku mencium bau yang tidak sedap, bau amis yang datang dari lubang ventilasi. Selesai itu, aku naik ke atas untuk memeriksa, dan ternyata benar, bau tersebut berasal dari tetanggaku.
Kuberanikan untuk mengetuk pintu rumahnya, tapi tidak ada respon. Saat kuputuskan untuk pulang, pintu terbuka, anak perempuannya keluar dan langsung memelukku.
“Pak Yudi… tolong saya pak!”
“Kenapa, ada apa ini?”
“… ayah… ayah…”
“Kenapa dengan ayah?”
“Dia membunuh Ari… dan juga… dan juga… ibu….” Tangannya yang berlumuran darah mengenai bajuku.
Aku langsung masuk ke dalam dan mendapati istri serta anak lelakinya terbujur kaku bersimbah darah di lantai ruangan keluarga. Tapi, aku tidak menemukan dia.
Lalu aku naik ke lantai dua dan menemukannya di gudang; dia sedang berdiri menghadap dinding. Disana terdapat menyan, buah-buahan, kopi, rokok, lilin, dan benda-benda aneh lainnya. Ketika kupanggil, dia membalikkan badannya ke arahku, kulihat matanya merah, dan wajahnya gelap. Dia tersenyum padaku.
Suatu sore aku mendengar suara keributan dari tetanggaku itu.
“Aku ingin mobil!” Kata istrinya, diikuti suara pintu yang dibanting.
Benar dugaanku, yang jarang atau tidak pernah ribut, sekali ributnya, seperti gunung berapi yang lama tidak aktif.
***
Selama sebulan ini, sepertinya mereka jarang berada di rumah, atau memang jarang keluar rumah. Entahlah, terkadang memberikan kesan misterius.
Ketika sedang mandi, aku mendengar suara orang berbicara yang berasal dari tetanggaku itu. Aku dapat mendengarnya, karena tembok ini berbatasan langsung dengan rumahnya; ditambah ada lubang ventilasi yang berdekatan dengan genting rumahnya. Namun, suara orang yang berbicara itu tidak seperti yang sedang mengobrol, tidak terdengar suara lawan bicaranya, tapi terdengar seperti yang sedang komat-kamit.
***
Pagi itu, aku melihat sebuah mobil di depan rumahnya, lalu bersama istri dan kedua anaknya, masuk ke dalam mobil dan pergi entah kemana. Mungkin liburan, karena sekarang hari Sabtu.
Sabtu depannya, aku kembali melihat sebuah mobil di depan rumahnya, kali ini berbeda dengan sebelumnya. Tak lama kemudian istrinya masuk ke dalam mobil tersebut, dengan pakaian yang glamour, lalu pergi entah kemana. Baru sekarang aku melihat istrinya seperti itu, biasanya pakaiannya sederhana.
Awalnya aku tidak yakin kalau tetanggaku itu memiliki dua mobil, tapi berubah ketika melihat dua mobil tersebut yang selalu bulak-balik hampir setiap harinya, ditambah mereka membeli sepeda motor sebanyak tiga unit. Satu untuk dia dan istrinya, dan sisanya masing-masing untuk kedua anaknya. Pikirku, mungkin mereka memiliki pekerjaan baru yang mengharuskan menggunakan mobil.
***
Tiga bulan berlalu, pada suatu malam aku merasa sangat kepanasan, begitu pula istri dan seorang putriku. Semuanya merasa aneh, karena diluar, udara terasa normal, dingin. Setelah kunyalakan kipas angin dan membuka beberapa jendela, hawa panas masih terasa, namun dapat diminimalisir; semuanya kembali tidur.
Sekitar pukul 2 dini hari, aku pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil; lalu aku mencium bau yang tidak sedap, bau amis yang datang dari lubang ventilasi. Selesai itu, aku naik ke atas untuk memeriksa, dan ternyata benar, bau tersebut berasal dari tetanggaku.
Kuberanikan untuk mengetuk pintu rumahnya, tapi tidak ada respon. Saat kuputuskan untuk pulang, pintu terbuka, anak perempuannya keluar dan langsung memelukku.
“Pak Yudi… tolong saya pak!”
“Kenapa, ada apa ini?”
“… ayah… ayah…”
“Kenapa dengan ayah?”
“Dia membunuh Ari… dan juga… dan juga… ibu….” Tangannya yang berlumuran darah mengenai bajuku.
Aku langsung masuk ke dalam dan mendapati istri serta anak lelakinya terbujur kaku bersimbah darah di lantai ruangan keluarga. Tapi, aku tidak menemukan dia.
Lalu aku naik ke lantai dua dan menemukannya di gudang; dia sedang berdiri menghadap dinding. Disana terdapat menyan, buah-buahan, kopi, rokok, lilin, dan benda-benda aneh lainnya. Ketika kupanggil, dia membalikkan badannya ke arahku, kulihat matanya merah, dan wajahnya gelap. Dia tersenyum padaku.