BANGKOK, SELASA - Pemimpin junta, Selasa (20/2) di Bangkok, menyatakan niat untuk membeli balik Shin Corp, perusahaan telekomunikasi yang dijual mantan PM Thaksin Shinawatra.
Perusahaan telekomunikasi itu telah dibeli Temasek Holdings (Singapura) senilai 1,9 miliar dollar AS dan bebas dari pajak penjualan. Setelah dibeli, pemerintah tak akan menyita perusahaan tersebut dan tetap membiarkannya dikelola swasta.
"Satu hal yang pasti, perusahaan dibeli balik, namun tidak disita," kata Jenderal Sonthi Boonyaratkalin.
Ia juga mengatakan tak akan menyita Shin Satellite, anak perusahaan Shin Corp, yang juga telah dibeli Temasek Holdings. Jual beli itu telah menyebabkan ledakan politik berupa kehancuran karier politik Thaksin.
ShinSat, bagian dari Shin Corp, mengoperasikan empat satelit yang dimiliki Pemerintah Thailand?berdasarkan perjanjian bisnis yang masih akan berlangsung 10 tahun lagi.
Pekan lalu Sonthi menyatakan akan membeli balik kontrol atas satelit itu, tetapi juga tidak akan menyitanya. "Kami tak akan melakukan hal seperti itu," kata Sonthi dengan alasan hal tersebut akan merusak sistem bisnis. "Kami hanya melakukan sebuah prosedur yang benar dan mengkaji semua kontrak bisnis," ujarnya.
Pendapat rakyat dimintai
Menteri Informasi dan Teknologi Komunikasi Sitthichai Pookaiyaudoom sebelumnya juga mengatakan, pemerintah akan memintai pendapat rakyat lewat jajak pendapat soal pembelian balik itu. Jika 75 persen responden setuju pembelian balik itu, Temasek akan diajak bicara. Namun, jika hanya kurang dari 75 persen yang menyetujui pembelian balik itu, pemerintah tak akan melakukannya.
Pembelian itu akan melibatkan perusahaan swasta Thailand. "Masalah ini begitu sensitif dan memengaruhi opini publik," kata Sittichai.
Kantor Statistik Nasional Thailand memerlukan waktu sebulan untuk melakukan jajak pendapat dan mengajukan hasilnya kepada pemerintah.
Meski demikian, pemerintah juga akan melanjutkan investigasi soal kemungkinan pelanggaran hukum yang dilakukan Temasek, misalnya apakah Temasek melanggar hukum soal jual beli perusahaan milik Thailand.
Sittichai mengatakan, jika kontrak jual beli Shin Corp itu ilegal, pemerintah akan membatalkan segera konsesi bisnis ShinSat, yang menangani bisnis satelit Thailand. Namun, pembatalan itu akan tetap dilakukan lewat prosedur hukum.
Sonthi sendiri, Jumat pekan lalu, mengatakan telekomunikasi satelit sebagai aset nasional yang harus menjadi wewenang Thailand untuk mengontrolnya, bukan pihak asing.
Sebelumnya, Sonthi juga telah menyatakan kekhawatiran bahwa Singapura telah menyadap percakapan telepon Thailand. Kekhawatiran itu membuat pejabat militer Thailand menghindari percakapan lewat telepon biasa dan menggunakan walkie-talkies.
Pemerintah Thailand tidak khawatir akan dampak negatif pembelian balik itu terhadap kepercayaan internasional. "Semua akan dilakukan berdasarkan hukum. Jika ada pemerintahan negara lain yang menghadapi kasus serupa, kemungkinan hal serupa itu juga akan dilakukan. Telekomunikasi adalah sektor krusial dan negara lain tak boleh mengontrolnya," kata Sittichai.
Temasek Holdings membeli Shin Corp yang memiliki anak perusahaan Shin Satellite. Jika dibeli balik, tahap pertama yang dibeli itu adalah Shin Satellite seharga 300 dollar AS.
Pemerintah Thailand sendiri juga telah berbicara langsung dengan Singapura soal itu. "Sudah ada pembicaraan antara pejabat Thailand dan Temasek, tetapi masih secara informal. Saya kira Temasek akan mendapatkan harga yang bagus dan akan menjual Shin Satellite," kata Sittichai. "Kami masih harus melakukan pembahasan lebih lanjut," ucap Sittichai.
Perusahaan telekomunikasi itu telah dibeli Temasek Holdings (Singapura) senilai 1,9 miliar dollar AS dan bebas dari pajak penjualan. Setelah dibeli, pemerintah tak akan menyita perusahaan tersebut dan tetap membiarkannya dikelola swasta.
"Satu hal yang pasti, perusahaan dibeli balik, namun tidak disita," kata Jenderal Sonthi Boonyaratkalin.
Ia juga mengatakan tak akan menyita Shin Satellite, anak perusahaan Shin Corp, yang juga telah dibeli Temasek Holdings. Jual beli itu telah menyebabkan ledakan politik berupa kehancuran karier politik Thaksin.
ShinSat, bagian dari Shin Corp, mengoperasikan empat satelit yang dimiliki Pemerintah Thailand?berdasarkan perjanjian bisnis yang masih akan berlangsung 10 tahun lagi.
Pekan lalu Sonthi menyatakan akan membeli balik kontrol atas satelit itu, tetapi juga tidak akan menyitanya. "Kami tak akan melakukan hal seperti itu," kata Sonthi dengan alasan hal tersebut akan merusak sistem bisnis. "Kami hanya melakukan sebuah prosedur yang benar dan mengkaji semua kontrak bisnis," ujarnya.
Pendapat rakyat dimintai
Menteri Informasi dan Teknologi Komunikasi Sitthichai Pookaiyaudoom sebelumnya juga mengatakan, pemerintah akan memintai pendapat rakyat lewat jajak pendapat soal pembelian balik itu. Jika 75 persen responden setuju pembelian balik itu, Temasek akan diajak bicara. Namun, jika hanya kurang dari 75 persen yang menyetujui pembelian balik itu, pemerintah tak akan melakukannya.
Pembelian itu akan melibatkan perusahaan swasta Thailand. "Masalah ini begitu sensitif dan memengaruhi opini publik," kata Sittichai.
Kantor Statistik Nasional Thailand memerlukan waktu sebulan untuk melakukan jajak pendapat dan mengajukan hasilnya kepada pemerintah.
Meski demikian, pemerintah juga akan melanjutkan investigasi soal kemungkinan pelanggaran hukum yang dilakukan Temasek, misalnya apakah Temasek melanggar hukum soal jual beli perusahaan milik Thailand.
Sittichai mengatakan, jika kontrak jual beli Shin Corp itu ilegal, pemerintah akan membatalkan segera konsesi bisnis ShinSat, yang menangani bisnis satelit Thailand. Namun, pembatalan itu akan tetap dilakukan lewat prosedur hukum.
Sonthi sendiri, Jumat pekan lalu, mengatakan telekomunikasi satelit sebagai aset nasional yang harus menjadi wewenang Thailand untuk mengontrolnya, bukan pihak asing.
Sebelumnya, Sonthi juga telah menyatakan kekhawatiran bahwa Singapura telah menyadap percakapan telepon Thailand. Kekhawatiran itu membuat pejabat militer Thailand menghindari percakapan lewat telepon biasa dan menggunakan walkie-talkies.
Pemerintah Thailand tidak khawatir akan dampak negatif pembelian balik itu terhadap kepercayaan internasional. "Semua akan dilakukan berdasarkan hukum. Jika ada pemerintahan negara lain yang menghadapi kasus serupa, kemungkinan hal serupa itu juga akan dilakukan. Telekomunikasi adalah sektor krusial dan negara lain tak boleh mengontrolnya," kata Sittichai.
Temasek Holdings membeli Shin Corp yang memiliki anak perusahaan Shin Satellite. Jika dibeli balik, tahap pertama yang dibeli itu adalah Shin Satellite seharga 300 dollar AS.
Pemerintah Thailand sendiri juga telah berbicara langsung dengan Singapura soal itu. "Sudah ada pembicaraan antara pejabat Thailand dan Temasek, tetapi masih secara informal. Saya kira Temasek akan mendapatkan harga yang bagus dan akan menjual Shin Satellite," kata Sittichai. "Kami masih harus melakukan pembahasan lebih lanjut," ucap Sittichai.