Randy_Muxnahtis
New member
Note: Cerita ini 100% fiksi..... atau mungkin, 10000% fiksi....... tapi cerita ini g dpt inspirasiny dr film, judulny Bodyguard And Assassin...... tapi, sisanya imajinasi g........ Cerita ini juga ga ada hubungany sama-sekali dengan situasi politik, ekonomi, sosial, budaya negara kita........ 10000% imanjinasi g............
Ada sebuah negara bernama Atverse. Negara tersebut baru saja mengadakan pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden. Rakyat negara tersebut terdiri dari bermacam golongan, ada yang kaya, ada juga yang miskin. Negara Atverse ini memiliki kekayaan alam yang melimpah, namun tetap saja, gap/jurang antar kaum elite dan kaum miskin, sangatlah besar. Maklum, sebagian besar kekayaan alam tersebut dikuasai oleh perusahaan besar, sedangkan sebagian besar rakyat hanya bekerja sebagai petani, buruh, atau pegawai dari perusahaan besar tersebut, sehingga, hampir dapat dikatakan, bahwa, yah...... yang elite menjadi semakin kaya, yang miskin menjadi..... ya..... tidak menjadi tambah miskin sich, tapi tetap saja, ada ketidak-seimbangan antara kaum elite dan kaum miskin...... Memang, kaum miskin ini juga sedikit sedikit juga menjadi lebih baik, lebih makmur, dan sejahtera, namun tidak seperti kaum elite...... Rakyat berharap, dengan presiden baru ini, taraf hidup rakyat dapat meningkat jauh, sitauasi negara menjadi lebih baik, hukum berdiri tegak dan adil, dan harapan-harapan positif lainya. Presiden baru ini juga sepertinya memang memiliki prospek untuk berbuat demikian, karena, pada waktu kampanye, calon presiden ini banyak membiayai fasilitas umum, seperti sekolah untuk rakyat miskin, klinik untuk rakyat miskin, perbaikan panti jompo dan panti asuhan yang rusak, dll. Rakyat juga percaya bahwa, calon presiden ini menggunakan uang sendiri untuk berbuat dimikian, bukan hasil korupsi, atau uang kas negara. Akhrinya, calon presiden ini berhasil memperoleh simpati rakyat dan akhrinya memenangkan pemilu.
Namun, pribadi sang presiden ini berubah cukup drastis seiring berjalanya waktu. Meskipun tidak secara cepat, namun perlahan-lahan, rakyat mulai merasakan perubahan pada diri sang presiden. Sebagai contoh, banyak menteri yang pernah menjabat pada pemerintahan sebelumnya, dan rakyat tau bahwa menteri itu korup, namun presiden masih membiarkan saja, seolah-olah mereka bebas dari hukum. Memang, presiden baru ini masih juga memperhatikan rakyat miskin. Presdien masih membangun sekolah untuk rakyat miskin, klinik untuk rakyat miskin, dll. Namun, presiden ini lebih cenderung berpihak pada kaum elite. 60-70% keputusan dan peraturan yang dibuat oleh presiden lebih menguntungkan kaum elite. Meskipun demikian, rakyat masih memegang janji sang presiden bahwa beliau akan membuat pemerintah yang tidak korup, atau, paling tidak, presiden berjanji, tidak akan berbuat korupsi, meskipun hampir pasti, para pejabat-pejabat akan berbuat korup, dan juga sang presiden itu sendiri, namun, paling tidak, "nilai korupsi" presiden lebih sedikit daripada "nilai korupsi" para pejabat. Dan, memang, meskipun presiden ini telah berubah tidak begitu berpihak pada rakyat miskin, tapi toh, kesejahteraan rakyat meningkat. Jadi, rakyat masih mencintai presiden baru ini.
Akan tetapi, wakil presiden tidak menyukai kalah dalam pemilu. Tanpa sepengetahuan presiden, diam-diam, sang wapres berencana ingin membunuh presiden dan merebut kekuasaan. Para menteri pun diajak bersekongkol dengan imbalan jika rencana jahat ini berhasil, para menteri akan lebih makmur daripada sekarang. Tentu saja, siapa yang tidak tergoda dengan uang dan kekuasaan? Meskipun gaji para menteri ini sudah tinggi, namun mereka ingin lebih. Mereka pun setuju dengan rencana sang wapres. Dan wapres ini juga mengancam, apabila ada menteri yang menentang, atau membocorkan hal ini kepada presiden, maka......
Namun, wapres tidak mengetahui, bahwa tidak semua menteri setuju dengan rencana wapres. Paling tidak, ada seorang menteri yang tidak setuju. Menteri bidang urusan rakyat. Menteri tersebut berperan sebagai agen ganda. Jika wapres mengadakan rapat rahasia mengenai rencana kudeta, menteri tersebut hadir, karena dia memang berpura-pura setuju. Namun, setelah rapat rahasia, menteri tersebut berpikir keras, membuat rencana untuk menggagalkan rencana kudeta oleh wapres. Namun selalu buntu.
Ada sebuah negara bernama Atverse. Negara tersebut baru saja mengadakan pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden. Rakyat negara tersebut terdiri dari bermacam golongan, ada yang kaya, ada juga yang miskin. Negara Atverse ini memiliki kekayaan alam yang melimpah, namun tetap saja, gap/jurang antar kaum elite dan kaum miskin, sangatlah besar. Maklum, sebagian besar kekayaan alam tersebut dikuasai oleh perusahaan besar, sedangkan sebagian besar rakyat hanya bekerja sebagai petani, buruh, atau pegawai dari perusahaan besar tersebut, sehingga, hampir dapat dikatakan, bahwa, yah...... yang elite menjadi semakin kaya, yang miskin menjadi..... ya..... tidak menjadi tambah miskin sich, tapi tetap saja, ada ketidak-seimbangan antara kaum elite dan kaum miskin...... Memang, kaum miskin ini juga sedikit sedikit juga menjadi lebih baik, lebih makmur, dan sejahtera, namun tidak seperti kaum elite...... Rakyat berharap, dengan presiden baru ini, taraf hidup rakyat dapat meningkat jauh, sitauasi negara menjadi lebih baik, hukum berdiri tegak dan adil, dan harapan-harapan positif lainya. Presiden baru ini juga sepertinya memang memiliki prospek untuk berbuat demikian, karena, pada waktu kampanye, calon presiden ini banyak membiayai fasilitas umum, seperti sekolah untuk rakyat miskin, klinik untuk rakyat miskin, perbaikan panti jompo dan panti asuhan yang rusak, dll. Rakyat juga percaya bahwa, calon presiden ini menggunakan uang sendiri untuk berbuat dimikian, bukan hasil korupsi, atau uang kas negara. Akhrinya, calon presiden ini berhasil memperoleh simpati rakyat dan akhrinya memenangkan pemilu.
Namun, pribadi sang presiden ini berubah cukup drastis seiring berjalanya waktu. Meskipun tidak secara cepat, namun perlahan-lahan, rakyat mulai merasakan perubahan pada diri sang presiden. Sebagai contoh, banyak menteri yang pernah menjabat pada pemerintahan sebelumnya, dan rakyat tau bahwa menteri itu korup, namun presiden masih membiarkan saja, seolah-olah mereka bebas dari hukum. Memang, presiden baru ini masih juga memperhatikan rakyat miskin. Presdien masih membangun sekolah untuk rakyat miskin, klinik untuk rakyat miskin, dll. Namun, presiden ini lebih cenderung berpihak pada kaum elite. 60-70% keputusan dan peraturan yang dibuat oleh presiden lebih menguntungkan kaum elite. Meskipun demikian, rakyat masih memegang janji sang presiden bahwa beliau akan membuat pemerintah yang tidak korup, atau, paling tidak, presiden berjanji, tidak akan berbuat korupsi, meskipun hampir pasti, para pejabat-pejabat akan berbuat korup, dan juga sang presiden itu sendiri, namun, paling tidak, "nilai korupsi" presiden lebih sedikit daripada "nilai korupsi" para pejabat. Dan, memang, meskipun presiden ini telah berubah tidak begitu berpihak pada rakyat miskin, tapi toh, kesejahteraan rakyat meningkat. Jadi, rakyat masih mencintai presiden baru ini.
Akan tetapi, wakil presiden tidak menyukai kalah dalam pemilu. Tanpa sepengetahuan presiden, diam-diam, sang wapres berencana ingin membunuh presiden dan merebut kekuasaan. Para menteri pun diajak bersekongkol dengan imbalan jika rencana jahat ini berhasil, para menteri akan lebih makmur daripada sekarang. Tentu saja, siapa yang tidak tergoda dengan uang dan kekuasaan? Meskipun gaji para menteri ini sudah tinggi, namun mereka ingin lebih. Mereka pun setuju dengan rencana sang wapres. Dan wapres ini juga mengancam, apabila ada menteri yang menentang, atau membocorkan hal ini kepada presiden, maka......
Namun, wapres tidak mengetahui, bahwa tidak semua menteri setuju dengan rencana wapres. Paling tidak, ada seorang menteri yang tidak setuju. Menteri bidang urusan rakyat. Menteri tersebut berperan sebagai agen ganda. Jika wapres mengadakan rapat rahasia mengenai rencana kudeta, menteri tersebut hadir, karena dia memang berpura-pura setuju. Namun, setelah rapat rahasia, menteri tersebut berpikir keras, membuat rencana untuk menggagalkan rencana kudeta oleh wapres. Namun selalu buntu.