The People Strike Back -end-

Randy_Muxnahtis

New member
Note: Cerita ini 100% fiksi..... atau mungkin, 10000% fiksi....... tapi cerita ini g dpt inspirasiny dr film, judulny Bodyguard And Assassin...... tapi, sisanya imajinasi g........ Cerita ini juga ga ada hubungany sama-sekali dengan situasi politik, ekonomi, sosial, budaya negara kita........ 10000% imanjinasi g............

Ada sebuah negara bernama Atverse. Negara tersebut baru saja mengadakan pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden. Rakyat negara tersebut terdiri dari bermacam golongan, ada yang kaya, ada juga yang miskin. Negara Atverse ini memiliki kekayaan alam yang melimpah, namun tetap saja, gap/jurang antar kaum elite dan kaum miskin, sangatlah besar. Maklum, sebagian besar kekayaan alam tersebut dikuasai oleh perusahaan besar, sedangkan sebagian besar rakyat hanya bekerja sebagai petani, buruh, atau pegawai dari perusahaan besar tersebut, sehingga, hampir dapat dikatakan, bahwa, yah...... yang elite menjadi semakin kaya, yang miskin menjadi..... ya..... tidak menjadi tambah miskin sich, tapi tetap saja, ada ketidak-seimbangan antara kaum elite dan kaum miskin...... Memang, kaum miskin ini juga sedikit sedikit juga menjadi lebih baik, lebih makmur, dan sejahtera, namun tidak seperti kaum elite...... Rakyat berharap, dengan presiden baru ini, taraf hidup rakyat dapat meningkat jauh, sitauasi negara menjadi lebih baik, hukum berdiri tegak dan adil, dan harapan-harapan positif lainya. Presiden baru ini juga sepertinya memang memiliki prospek untuk berbuat demikian, karena, pada waktu kampanye, calon presiden ini banyak membiayai fasilitas umum, seperti sekolah untuk rakyat miskin, klinik untuk rakyat miskin, perbaikan panti jompo dan panti asuhan yang rusak, dll. Rakyat juga percaya bahwa, calon presiden ini menggunakan uang sendiri untuk berbuat dimikian, bukan hasil korupsi, atau uang kas negara. Akhrinya, calon presiden ini berhasil memperoleh simpati rakyat dan akhrinya memenangkan pemilu.

Namun, pribadi sang presiden ini berubah cukup drastis seiring berjalanya waktu. Meskipun tidak secara cepat, namun perlahan-lahan, rakyat mulai merasakan perubahan pada diri sang presiden. Sebagai contoh, banyak menteri yang pernah menjabat pada pemerintahan sebelumnya, dan rakyat tau bahwa menteri itu korup, namun presiden masih membiarkan saja, seolah-olah mereka bebas dari hukum. Memang, presiden baru ini masih juga memperhatikan rakyat miskin. Presdien masih membangun sekolah untuk rakyat miskin, klinik untuk rakyat miskin, dll. Namun, presiden ini lebih cenderung berpihak pada kaum elite. 60-70% keputusan dan peraturan yang dibuat oleh presiden lebih menguntungkan kaum elite. Meskipun demikian, rakyat masih memegang janji sang presiden bahwa beliau akan membuat pemerintah yang tidak korup, atau, paling tidak, presiden berjanji, tidak akan berbuat korupsi, meskipun hampir pasti, para pejabat-pejabat akan berbuat korup, dan juga sang presiden itu sendiri, namun, paling tidak, "nilai korupsi" presiden lebih sedikit daripada "nilai korupsi" para pejabat. Dan, memang, meskipun presiden ini telah berubah tidak begitu berpihak pada rakyat miskin, tapi toh, kesejahteraan rakyat meningkat. Jadi, rakyat masih mencintai presiden baru ini.

Akan tetapi, wakil presiden tidak menyukai kalah dalam pemilu. Tanpa sepengetahuan presiden, diam-diam, sang wapres berencana ingin membunuh presiden dan merebut kekuasaan. Para menteri pun diajak bersekongkol dengan imbalan jika rencana jahat ini berhasil, para menteri akan lebih makmur daripada sekarang. Tentu saja, siapa yang tidak tergoda dengan uang dan kekuasaan? Meskipun gaji para menteri ini sudah tinggi, namun mereka ingin lebih. Mereka pun setuju dengan rencana sang wapres. Dan wapres ini juga mengancam, apabila ada menteri yang menentang, atau membocorkan hal ini kepada presiden, maka......

Namun, wapres tidak mengetahui, bahwa tidak semua menteri setuju dengan rencana wapres. Paling tidak, ada seorang menteri yang tidak setuju. Menteri bidang urusan rakyat. Menteri tersebut berperan sebagai agen ganda. Jika wapres mengadakan rapat rahasia mengenai rencana kudeta, menteri tersebut hadir, karena dia memang berpura-pura setuju. Namun, setelah rapat rahasia, menteri tersebut berpikir keras, membuat rencana untuk menggagalkan rencana kudeta oleh wapres. Namun selalu buntu.
 
The People Strike Back (Part2)

Menteri urusan rakyat mulai gelisah pikiranya. Dia hampir tidak tidur selama beberapa malam, sibuk berpikir cara untuk menyelamatkan presiden tanpa ketauan oleh wapres. Namun, wapres adalah orang terkuat kedua setelah presiden, sedangkan dia hanyalah seorang menteri, lebih parah lagi, hampir semua menteri tampaknya setuju dengan rencana wapres, baik karena reward ataupun karena takut ancaman wapres. Hampir mustahil bagi menteri untuk melobi untuk menggagalkan rencana wapres.

Tidak lama lagi, presiden akan melakukan kunjungan ke suatu propinsi yang agak terpencil, dalam rangka memonitor perkembangan pembangunan negara Atverse. Presiden berharap, meskipun daerah terpencil, namun masih bisa menikmati kesejahteraan, meskipun, tentu saja, tidak seperti kota-kota besar, namun, daerah terpencil harus mempunyai fasilitas dasar, seperti klinik, sekolah, kebersihan, ekonomi (seperti mall, meskipun tidak seberapa), panti jompo, panti asuhan, dan sebagainya, yang tentu saja, mungkin tidak semegah kota besar, namun harus tetap ada. Itulah harapan yang ingin dicapai oleh presiden. Maka dari itu, beliau ingin melakukan kunjungan ke beberapa daerah yang agak terpencil untuk memastikan bahwa harapan presiden tersebut benar-benar dilakukan. Rupanya, wapres mengetahui rencana presiden ini. Maka dari itu, wapres juga berencana untuk menjalankan rencananya pada saat presiden sedang berkunjung. Rencananya, karena kebetulan presiden juga akan mengunjungi suatu daerah perumahan rakyat miskin untuk melihat-lihat keadaan rakyat, dan letak perumahan itu agak hampir di kawasan hutan, maka wapres menyiapkan beberapa penembak jitu di hutan untuk menembak presiden. Rencana wapres ini dijelaskan oleh wapres sendiri dalam suatu rapat rahasia bersama para menteri yang bersekongkol. Termasuk menteri urusan rakyat. Menteri urusan rakyat ini hanya bisa duduk diam sambil mendengarkan penjelasan wapres, dan hanay bisa memandang hampa gambar skema-tak tik yang dibuat wapres untuk membunuh presiden. Dia berpikir keras.

Dan akhirnya, dia mendapat sebuah ide. Suatu kesempatan, menteri urusan rakyat ini mengundang presiden dan wapres untuk bertemu bersama. "Dengan hormat, bapak presiden dan juga bapak wakil presiden. Saya ingin meminta ijin kepada terutama bapak presiden untuk terlebih dahulu melakukan survey di lokasi perumahan miskin yang nanti akan dikunjungi oleh bapak presiden. Kiranya, dengan melakukan survey ini, saya bisa mendapatkan gambaran tentang keadaan lokasi dan penduduk daerah tersebut. Sehingga, apabila mungkin penduduk tersebut juga sedang membutuhkan bantuan, kiranya kita bisa menyerahkan bantuan tersebut sekalian pada saat bapak presiden berkunjung." Kata menteri tersebut. Presiden tersenyum senang, lalu berkata," itu adalah gagasan yang sangat menarik. Jarang sekali kita melakukan kunjungan, sekaligus 'bakti sosial' untuk rakyat miskin. Apabila kita melakukan hal demikian, mungkin rakyat akan semakin menyukai pemerintahan ini, sehingga mungkin kita akan menang dalam pemilu berikutnya. Namun, mengapa saudara menteri juga mengundang wakil presiden dalam pertemuan ini?". "Hormat saya, bapak presiden. Adapun maksud saya juga mengundang bapak wakil presiden dalam pertemuan ini, saya ingin meminta bapak wakil presiden untuk menemani saya dalam melakukan survey, dan mungkin nantinya, saya dan bapak wakil presiden akan saling bertukar pikiran mengenai hasil pengamatan kami." menteri tersenyum sopan kepada wapres. Wapres berpikir sebentar, "oke, saya setuju dengan gagasan saudara menteri. Kita berangkat dua hari lagi, karena selain hari lusa, jadwal saya sangat padat." kata wapres. Mereka bertiga kemudian saling bersalaman. Menteri juga tampak puas. Sepertinya rencananya berhasil.

Namun, esok harinya, wapres memanggil menteri urusan rakyat tersebut untuk bicara secara pribadi."Saya tau, anda punya niat lain mengajak saya dalam survey tersebut. Katakan, apa tujuan anda yang sebenarnya!" wapres berkata, dia mengeluarkan sebuah pistol kecil dengan peredam suara, dan menodongkan ke arah jantung menteri. Menteri urusan rakyat tampak agak tekejut, namun tidak takut. Dengan tenang dia berkata kepada wapres, "Saya juga ingin mengajak anda untuk melihat kondisi lapangan, tempat di mana anda akan melaksankan rencana anda. Dengan demikian, anda akan mengetahui titik tepat untuk menaruh penembak jitu anda untuk menembak presiden." "Saya sudah tau kondisi lapangan, dan saya juga sudah tau pasti di mana saya harus menaruh penembak jitu saya!" sergah wapres, sambil menurunkan pistolnya. "Tidak ada salahnya memeriksa kembali, untuk lebih memastikan. Siapa tau, situasi lapangan agak sedikit berubah?" kata menteri tenang, dia bahkan tersenyum. Wapres tampak tidak senang. Meskipun demikian, menteri dapat melihat, bahwa wapres juga sedang menimbang kemungkinan tersebut. "Baiklah. Kita berangkat besok."kata wapres, akhrinya, mengakhiri pembicaraan, masih tampak tidak senang. Menteri pun keluar, meninggalkan wapres. Anehnya, dia bahkan tampak senang, meskipun tadi sempat diancam pistol oleh wapres. Dia mengeluarkan sebuah pena dari saku jasnya, dan memain-mainkanya sebentar, lalu menyimpanya kembali.........

Esok harinya, berangkatlah menteri bersama wapres dikawal oleh sejumlah kecil pengawal. Mereka berbincang-bincang bersama kepada desa setempat mengenai situasi kawasan tersebut. Lalu, mereka pergi mengunjungi rumah-rumah penduduk, melihat, kira-kira apa yang mereka butuhkan. Tentu saja, sempat terjadi kericuhan kecil waktu kunjungan tersebut. Bagaimana tidak? Jarang sekali, desa mereka mendapat tamu kehormatan menteri dan wapres sendiri. Meskipun demikian, kericuhan tersebut, tidak mengganggu survey yang dilakukan oleh wapres dan menteri. Setelah survey selesai, wapres berkata kepada menteri, "Anda lihat sendiri, tidak ada yang perlu saya khawatirkan. Saya akan menaruh beberapa penembak jitu saya di dalam hutan tersebut untuk menembak presiden tepat di jantungnya," kata wapres sambil menunjuk ke arah hutan yang tidak jauh dari sana. "Lagipula, saya sudah menyelipkan beberapa anak buah saya untuk mengawal presiden nanti. Jadi, kalaupun penembak jitu saya gagal, anak buah saya yang menyamar sebagai pengawal presiden akan membereskanya." kata wapres lagi, dengan galak. "Lho? Saya kan berada di pihak anda. Apakah anda mencurigai saya? saya juga ingin naik jabatan, dan sepertinya rencana anda membunuh bapak presiden memberi keuntungan bagi jabatan saya, makanya saya setuju dengan rencana anda." Kata menteri tenang, dia bahkan tersenyum ramah kepada wapres. "Tapi, kalau saya boleh tau, berapa jumlah penembak jitu yang anda siapkan di dalam hutan sana? dan berapa jumlah anak buah yang anda selipkan dalam pengawal presiden nanti?" Menteri bertanya sopan dan ramah kepada wapres. "Anda tak perlu ikut campur lebih jauh! Itu urusan saya! Anda cukup menikmati hasil kerja saya membunuh presiden dan merebut kekuasaan!" sergah wapres kasar. Menteri hanya tersenyum. "Tentu saja, mana mungkin dia memberi tau saya secara terperinci?" Kata menteri dalam hati. "Tapi, tampaknya jumlah rakyat desa ini lebih dari cukup untuk mengalahkan anak buah dan penembak jitu yang disiapkan wapres. Lebih lagi, para penambak jitu kurang mengenal medan hutan jika dibanding dengan penduduk lokal. Rencana saya ini kemungkinan besar akan berhasil." Kata menteri dalam hati. Lagi-lagi, menteri mengeluarkan sebuah pena dari saku kemeja yang dia kenakan, memainkanya sebentar, dan menyimpanya kembali.
 
The People Strike Back (Part 3)

Sekitar 10 hari kemudian, menteri urusan rakyat kembali mengunjungi desa tersebut. Kali ini, dia pergi sendiri. Tentu saja, rakyat dan kepala desa tersebut terkejut dengan kunjungan mendadak tersebut. Namun, tanpa basa-basi lebih jauh, menteri tersebut mengajak seluruh warga dan juga kepala desa untuk berkumpul di alun-alun kota. Di sana, menteri mengeluarkan sebuah laptop, LCD proyektor, kain putih, speaker kecil, pena yang suka dia mainkan, dan beberapa perlengkapan lain. Semua peserta heran dan bertanya-tanya, ada apa gerangan? Setelah semua alat siap, menteri meminta untuk menutup semua pintu dan jendela alun-alun kota. Warga juga diminta untuk tidak membuat suara, dan juga mematikan lampu gedung alun-alun kota. Segera, aura misterius dan mencekam menyebar di dalam gedung alun-alun kota. "Baiklah. Saya akan menjelaskan maksud kedatangan saya secara mendadak ke desa ini, meskipun baru sekitar seminggu lalu saya ke sini bersama bapak wapres." Kata menteri pelan namun jelas. Dia kemudian membuka pena yang suka dimainkan olehnya, dan tampak sebuah USB di dalam pena tersebut. Ya, pena itu adalah pena detektif. Spy-pen, pena yang memiliki fasilitas kamera mini, alat perekam suara, dan USB. Warga tampak heran melihat alat canggih tersebut. "Wah, ada ya, alat canggih seperti yang dipunya oleh menteri? Pasti mahal," pikir warga. Menteri mencolok USB tersebut ke laptop-nya. Dengan gesit, menteri membuka file-file tertentu. Tak berapa lama, semua yang hadir di sana sedang menyaksikan video rekaman tentang wapres dengan niat jahatnya. Ya, tanpa sepengetahuan wapres, menteri urusan rakyat ini merekam hampir setiap pertemuan rahasia yang diadakan oleh wapres. Karena menteri berpura-pura setuju untuk kudeta, maka menteri juga hadir dalam rapat. Selama rapat berlangsung, diam-diam menteri menyalakan video yang ada di Spy-pen tersebut dan merekam rapat tersebut. Termasuk rekaman suara, yang-mana menteri sempat diancam dengan pistol, dan juga pembicaraan antara menteri dengan wapres 10 hari lalu, yang tentang peletakan para penembak jitu, dan semua file-file "terlarang" lainya.

Setelah hadirin menyaksikan rekaman tersebut hingga selesai, tak ada seorang pun yang bergerak dan berbicara. Shock dengan apa yang baru saja mereka saksikan. Mereka juga menatap menteri dengan tajam, namun menteri tampak tegar dan tenang. Dia sudah memperkirakan reaksi warga yang demikian. Menghela napas sebentar, menteri berkata, "Saya harapkan anda semua sudah dapat menebak maksud kedatangan saya ke sini," katanya kepada warga yang masih saja diam seribu bahasa. "Saya langsung saja pada pokok masalah. Anda semua baru saja melihat video bagaimana wapres kita yang terhormat berencana ingin membunuh presiden dan merebut kekuasaan," katanya pelan namun jelas. "Video tersebut 100% asli tanpa rekayasa sedikit pun." Menteri diam sejenak, mamandang serius kepada warga. Lalu melanjutkan, "Saya berada di pihak presiden, dan saya percaya, rakyat negara ini masih mencintai presiden." Warga mengangguk pelan, namun masih tetap diam seribu bahasa. "Bagus. Ini membuat semuanya lebih mudah," kata menteri. "Sekarang, saya akan jelaskan tujuan saya ke sini," menteri melanjutkan, "saya ingin anda semua melindungi presiden saat beliau berkunjung ke desa ini, yang akan dilaksanakan seminggu lagi dari sekarang." Warga tampak gelisah dan takut-takut. Menteri juga sudah memperkirakan reaksi ini, dengan tenang, dia berkata, "Kemenangan besar, butuh pengorbanan besar. Jangan merasa tidak bisa. Waktu saya melakukan survey ke desa ini bersama wapres minggu lalu, saya sempat melihat-lihat bahwa anda semua memiliki beberapa 'senjata' di rumah anda masing-masing, terutama, senjata tradisional khas desa ini." Akhirnya, salah seorang warga berbicara, "senjata apa yang bapak menteri maksud?" Menteri menjawab, "pisau dapur, cangkul yang anda pakai untuk mencangkul sawah, sabit yang anda pakai untuk menyiangi rumput, sekop, garukan tanah, dan terutama, senjata tradisional khas desa ini, 'pipa'." Kepala desa bertanya kepada menteri, "apa itu cukup?". "Jujur, memang masih kurang. Namun, kekurangan tersebut masih bisa ditutupi dengan kemampuan bela-diri tradisional desa ini. Lagipula, saya sendiri juga akan menyelipkan beberapa orang kepercayaan saya untuk melindungi presiden. Namun, tentu saja, cara saya melindungi presiden, berbeda dengan cara anda semua. Tapi toh, tujuan kita sama untuk melindungi presiden." Warga tampak mengangguk paham. "Oke, sekarang, pak kepala desa, tolong ambilkan satu saja, senjata tradisional khas desa ini, 'pipa'," kata menteri kepada kepala desa. 'Pipa' adalah senjata yang terbuat dari bambu yang terbuka di masing-masing ujungnya. Bambu tersebut kemudian diisi 'peluru' berupa sebatang anak panah kecil yang diolesi racun ganas. 'Peluru' tersebut ditembakan dengan cara meniup dengan kuat salah satu ujung bambu yang terbuka sehingga mendorong anak panah tersebut meluncur keluar dari 'pipa' dan mengenai sasaran. "Biasanya kami memakai 'pipa' ini untuk berburu. Namun, karena bapak menteri sudah menjelaskan kepada kami bahwa situasinya mendesak, jadi kami akan gunakan 'pipa' ini untuk melindungi presiden," Kata kepala desa sambil menyerahkan sebuah 'pipa' kepada menteri. Menteri mengambil 'pipa' tersebut dan mengamat-amatinya. "Kita gunakan 'pipa' ini untuk mengalahkan para penembak jitu. Mereka akan bersembunyi di hutan, namun karena mereka adalah orang luar, tentu mereka tidak begitu mengenal medan hutan seperti anda semua sebagai penduduk lokal. Menurut rencana wapres, para penembak jitu akan diletakan di titik ini," kata menteri sambil memasang beberapa paku payung kecil bewarna merah ke atas sebuah lembaran denah desa tersebut. Warga mengangguk paham. "Jadi, hal ini bisa menguntungkan anda semua karena anda lebih mengenal area hutan daripada para penembak jitu. Jadi, anda bisa memperkirakan di mana anda akan bersembunyi, tanpa diketahui oleh penembak jitu, dan anda menggunakan 'pipa' tersebut untuk mengalahkan para penmebak jitu," kata menteri melanjutkan. "Dengan demikian, masalah penembak jitu beres," kata menteri lagi. "Sedangkan untuk masalah keamanan presiden, anda boleh mempergunakan pisau dapur, cangkul, dan sebagainya untuk melawan para pembunuh. Namun, seperti saya bilang sebelumnya, saya juga akan menyelipkan beberapa anak buah saya untuk melindungi presiden, jadi, hati-hati, anda jangan melawan anak buah saya. Sebagai tanda, anak buah saya akan memasang 2 buah pena di saku jas mereka. Jadi, usahakan anda jangan melawan anak buah saya, kecuali jika terpaksa. Anda juga dipersilahkan memakai jurus bela-diri tradisional desa ini untuk melindungi presiden nanti. Saya paham, bahwa anda tidak terbiasa dan belum pernah menghadapi situasi seperti ini, maka dari itu, saya persilahkan anda untuk melawan dengan cara apa-pun yang anda tau, sekalipun itu adalah cara membabi-buta, atau gelap mata, asalkan presiden selamat dari rencana pembunuhan. Dan, yang bertugas di hutan, apabila anda semua sudah selesai mengurus para penembak jitu, akan bagus sekali jika kemudian anda ikut membantu melawan para pembunuh dengan 'pipa' anda. Saya kira itu akan menjadi keuntungan besar, karena 'pipa' dapat menembak dari jarak cukup jauh tanpa ketauan. Namun, tetap, utamakan para penembak jitu terlebih dahulu, sebelum anda membereskan para pembunuh, karena penembak jitu lebih berbahaya daripada para pembunuh," menteri menjelaskan kepada warga. Semua warga tampaknya paham akan tugas mereka dan juga resikonya. Namun, mereka tetap ingin melindungi presiden, karena mereka mencintai presiden. Menteri diam sejenak, memeriksa apakah ada warga yang ingin bertanya. Namun, warga tampak paham, maka itu, dia melanjutkan, "Saya serahkan masalah detilnya kepada kepala desa. Silahkan anda membuat strategi tempur warga, karena anda lebih memahami keadaan dan kemampuan penduduk desa ini dibanding saya," menteri berkata kepada kepala desa. Kepala desa mengangguk, dan mulai berbicara kepada warga, sementara menteri diam mendengarkan rencana perang yang dibuat kepala desa.
 
The People Strike Back ( Part 4-ending )

Akhirnya, hari besar tersebut tiba. Wakil presiden sudah menempatkan beberapa penembak jitu di dalam hutan untuk menembak presiden dan juga menyelipkan beberapa anak buahnya dalam pengawal presiden untuk kemudian membunuh presiden. Begitu juga dengan menteri urusan rakyat. Dia juga tau bahwa di dalam hutan sana, para penembak jitu tidak sendirian, beberapa penembak 'pipa' sudah bersiap untuk mengalahkan penembak jitu dengan memakai 'pipa' mereka. Anak buah menteri pun juga diselipkan dalam pengawal presiden, dan, sesuai rencana, anak buah menteri memakai tanda 2 pena di saku jas mereka. Menteri juga tau bahwa beberapa warga sedang mengintai rombongan presiden, siap beraksi.

Beralih ke hutan. Ada 10 orang penembak jitu yang disiapkan oleh wapres di dalam hutan. Namun, pada waktu menteri urusan rakyat menjelaskan situasinya ke warga desa pada waktu sebelumnya, maka warga tau di mana letak para penembak jitu tersebut. Para penembak 'pipa' ada 20 orang. Mereka sedang mengintai para penembak jitu, namun penembak jitu tidak mengetahui kehadiran mereka, karena mereka sedang sibuk mengintai presiden, dan juga mereka tidak begitu mengenal medan hutan. Lain halnya dengan para penembak 'pipa'. Mereka sudah biasa berburu di dalam hutan tersebut, jadi anggapan mereka, para penembak jitu tersebut hampir sama dengan hewan-hewan yang biasa mereka buru. Jadi, mengurus para penembak jitu, harusnya cukup mudah, apalagi, 'pipa' mereka tidak mengeluarkan suara sekecil apa-pun, dan "peluru pipa" tersebut mengandung racun ganas. Mudah saja. Jadi, inilah apa yang terjadi di hutan. Para penembak 'pipa' bersembunyi mengintai penembak jitu, 'pipa' mereka siap. Dan mereka pun beraksi. Ketika presiden keluar dari kendaraanya, para penembak jitu menyiapkan pistol mereka. Namun, sebelum mereka bertindak lebih jauh, para penembak 'pipa' beraksi, menembakan 'pipa' mereka. Tak berapa lama, seluruh penembak jitu pun tewas, tanpa tau apa yang menyerang mereka. Mereka hanya merasakan ada sesuatu yang menancap di tubuh mereka, lalu mereka pusing-pusing, kejang-kejang, dan mati. Setelah semua penembak jitu tewas, para penembak 'pipa' berkumpul di suatu tempat di dalam hutan. Mereka memastikan bahwa misi mereka berhasil, sekaligus mereka memeriksa, apakah ada anggota penembak 'pipa' tersebut, selamat semua. Dan ternyata, tak ada yang perlu mereka risaukan. Misi mereka di hutan selesai. Sekarang, mereka akan beraksi untuk menghabisi anak buah wapres, dan mungkin, jika beruntung, wapres itu sendiri juga akan mereka habisi. Mereka pun bergerak ke pinggir hutan. Rencananya, mereka juga akan memakai tak-tik serupa seperti mereka mengalahkan para penembak jitu. Namun, karena jangkauan 'pipa' tidak sejauh jangkauan peluru pistol, mereka harus mendekati presiden.

Sementara itu, di tempat presiden berada, para pembunuh, warga, dan anak buah menteri juga bersiap-siap untuk beraksi. Warga menjaga jarak agak jauh dengan rombongan presiden, di punggung mereka, sudah siap sabit, cangkul, pisau dapur, sekop, dan sebagainya. Namun mereka masih belum bergerak, masih melihat situasi. Mereka akan bergerak jika para pembunuh mulai beraksi. Pasukan pengawal presiden sendiri terdiri dari 15 orang. 5 orang di antara mereka adalah anak buah wapres yang akan membunuh presiden, 3 orang lainya adalah anak buah menteri yang melindungi presiden, dan 7 sisanya adalah pengawal presiden "yang asli". Menurut wapres, 5 orang dekat presiden ditambah 10 orang penembak jitu di hutan, harusnya cukup. Demikian juga anggapan menteri, 3 orang anak buahnya, ditambah warga yang bersiap, dan juga penembak 'pipa' yang saat ini sedang mengurus para penembak jitu di hutan, harusnya cukup. Dan peristiwa itu mulai terjadi. Belum sempat presiden berjabat tangan dengan kepala desa, salah seorang anak buah wapres langsung menyandra presiden. Dia menahan presiden, mulut pistol ter-arah ke kepala presiden. Tentu saja presiden terkejut. Lalu, 2 orang pembunuh juga bergerak mendekati presiden untuk "mengawal" presiden, yang kini menjadi sandra, dan temanya yang menahan presiden. 2 orang pembunuh lainya menegluarkan pistol mereka dan mengarahkanya ke arah warga, kepala desa, dan juga menteri. Mereka mengancam agar warga, menteri, dan kepala desa tidak ikut campur. Lalu, wapres sendiri juga mengeluarkan pistolnya, hendak menembak para pengawal presiden yang bukan anak buahnya. Namun, belum sempat wapres menembak, warga langsung menyerbu rombongan tersebut. Seorang warga melempar sabit ke arah wapres, namun agak meleset, hanya melukai tangan wapres. Wapres pun merubah target tembakan. Wapres mengincar si warga tersebut. Namun, anak buah menteri dan 7 pengawal presiden "yang asli" juga beraksi. Mereka mulai menembaki para anak buah wapres. Perang pun terjadi. Sebagian warga menyerang para pembunuh dengan melemparkan pisau, sabit, cangul, dan lain-lain. Lemparan tersebut ada yang berhasil, ada juga yang meleset. Tentu saja, lemparan warga ini dibalas dengan tembakan dari para pembunuh, dan.... yah.... ada beberapa warga yang tewas kena tembak, ada juga yang menderita luka tembak. Para pengawal presiden pun, baik yang "asli" dan anak buah menteri juga baku tembak dengan para pembunuh. Namun, warga dan pengawal berpikir hal yang sama, harus selamatkan presiden dari tangan penyandra terlebih dahulu. Belum sempat mereka bergerak mendekati presiden dan penyandra, kepala desa dengan cepat dan gesit mengeluarkan pisau dapur yang dia sembunyikan di punggungnya, dan melemparkanya ke salah seorang penyandra presiden. Lemparanya tepat sasaran, mengenai perut si penyandra. Si penyandra kesakitan, namun dengan segera, dia menembak si kepala desa. Tembakanya tepat mengenai kepala si kepala desa. Kepala desa pun mati. Menteri tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia juga mengeluarkan pistol, dan menembak kedua orang yang menyandra presiden. Tembakanya berhasil. Presiden bebas dari penyandraan. Namun, masih ada hal yang perlu diurus; anak buah wapres, dan wapres itu sendiri. Beberapa warga langsung berlari ke arah presiden yang baru terbebas dari sandra, dengan segera mereka mengelilingi presiden, beberapa di antaranya juga menarik presiden ke dalam salah satu rumah warga. Singkat cerita, presiden berhasil diamankan oleh warga. Hal ini membuat wapres dan anak buahnya yang masih bertahan menjadi kalap. Mereka menembak membabi-buta ke semua warga, bahkan 1 anak buah menteri tewas kena tembak, dan 2 pengawal presiden "yang asli". Warga juga menjadi kalap. Mereka juga menyerang para pembunuh secara membabi-buta, namun, karena senjata mereka minim, dan kalah canggih jika dibandingkan dengan pistol, mereka kalah. Banyak dari mereka keburu ditembak sebelum mereka menyerang. Namun, satu-persatu, para anak buah wapres mendadak jatuh, kejang-kejang, dan mati. Rupanya para penembak 'pipa' sudah kembali dari hutan, dan sekarang, bergabung dengan perang di desa. Mereka memakai tak-tik yang kurang-lebih sama saat mereka mengurus penembak jitu di hutan. Mereka bersembunyi agak jauh, 'pipa' mereka siap. Dan mereka pun menembaki para pembunuh presiden yang masih bertahan. Namun, celakanya, karena mereka agak jauh, para penembak 'pipa' ini tidak bisa melihat jelas tanda 2 pena yang dipakai oleh anak buah menteri. Jadi, serangan para penembak 'pipa' ini juga agak membabi-buta, dan tanpa sengaja, mengenai 1 anak buah menteri, dan juga 2 pengawal presiden "yang asli". Wapres melihat kejadian itu, dia merasa murka. Dia menyadari, bahwa para penembak jitu yang di hutan, pastilah telah dikalahkan oleh para penembak 'pipa'. Namun, karena para penembak 'pipa' ini bersembunyi sambil menembaki 'pipa' mereka, wapres tidak tau di mana mereka berada. Wapres pun lari. Namun bukan kabur, melainkan untuk mencari presiden yang sedang berlindung di rumah salah seorang warga.

Dan inilah akhirnya....... belum jauh wapres berlari, menteri urusan rakyat menghadangnya. Pistol siap di tangan menteri. Wapres terkejut. "Maafkan saya, Bapak Wakil Presiden. Tapi saya tidak setuju dengan rencana anda untuk membunuh presiden dan meng-kudeta pemerintahan. Jadi saya mengkhianati rencana anda dan membuat rencana ini untuk menggagalkan rencana anda. Asal atu saja, saya juga punya bukti-bukti kejahatan anda," kata menteri sambil mengeluarkan Spy-pen. "Semua bukti itu tersimpan di sini," kata menteri lagi sambil menyimpan Spy-pen kembali ke dalam sakunya. "Sekarang, saya harap anda tidak mati penasaran siapa yang membuat rencana anda gagal total," kata menteri lagi. Wapres hanya bisa melotot kaget, namun...... "Selamat tinggal Tuan Kudeta," kata menteri lagi, dan dia pun menembak wapres tepat di kepalanya.

Singkat cerita, semua masalah beres. Presiden selamat dari ancaman pembunuhan dan kudeta oleh wapres. Desa tersebut beserta warganya juga menjadi terkenal. Bahkan, sebagai penghargaan, presiden banyak membangun fasilitas di desa itu dengan biaya dari kantung presiden langsung. Namun, keadilan tetaplah keadilan. Hukum tetaplah hukum. Menteri urusan rakyat tetap disidang untuk mempertanggung-jawabkan perbuatanya. Para menteri yang lain, yang bersekongkol dengan wapres, semua dipecat. Dengan bukti data dan rekaman yang ada di Spy-pen menteri urusan rakyat, mereka tidak bisa mengelak. Dan, dengan pertimbangan jasa menteri urusan rakyat untuk menyelamatkan presiden dan negara dari ancaman kudeta oleh wapres, menteri urusan rakyat di hukum kurungan 20 tahun penjara, dengan tuntutan melakukan pembunuhan wapres.

Demikianlah akhir cerita ini..... Dan berikut adalah acknowledgement:

Cerita ini 10000% fiksi. Ide cerita ini terinspirasi dr film yg berjudul Bodyguard And Assassin. Beberapa adegan di cerita ini, juga terinspirasi dari banyak hal, seperti game Resident Evil 4 (senjata warganya mirip; pisau, sabit, cangkul, cara warga menyerang juga mirip kakyak game Resident Evil 4). Selain itu, tanda 2 pena yang dipakai oleh anak buah menteri urusan rakyat, itu g ambil dr film Jet Lee, judulny The Bodyguard From Beijing. Itu tanda penjahatnya pake 2 pen di kantong bajunya. Udah gitu, judul cerita ini, The People Strike Back, g ambil dr salah satu judul film Star Wars, yg judulny Empire Stikes Back. Ud gt, senjata 'pipa' yg dipake warga, itu sebetulnya senjata tradisional orang..... (kl g gx salah, org dayak kalimantan, cuma d sana, sebutanya "sumpit") tp sisanya itu semua dr imajinasi g.
 
Re: The People Strike Back ( Part 4-ending )

[lang=en]Great story you have made, thanks for entertain us. :D You're so creative make it pleasure be read.[/lang]
 
Re: The People Strike Back ( Part 4-ending )

hehehehe.... terima kasih atas komentar anda. sebetulnya, tujuan saya membuat cerita ini adalah, saya ingin mengasah kemampuan saya dalam membuat cerita fiksi. tapi, yang lebih utama adalah, saya hanya ingin memberikan "warna/nuansa baru" dalam dunia sastra indonesia. karena, menurut saya, banyak dari sastra indonesia, baik film atau buku, tema-nya cenderung monoton, tentang cinta, keluarga, dsb. tapi "hampir" tidak ada yang be-tema "politik" dan "action" ^^.... sebagai informasi, saya juga ada membuat 1 cerita, tema-nya cinta segitiga di forum ini, silahkan anada baca, jika berminat, judul ceritanya "The Perfect Love Triangle" terima kasih. salam.
 
he benar-benar berbau politik dan action ya, penjelasannya lumayan dimengerti.
tapi cerita n tulisannya numpuk jadi agak sedikit pusing bacanya, :p mungkin perlu ditata lagi supaya jadi tulisan yang menarik. :D
 
Back
Top