Episode 2
Sudah hampir dua puluh ember air yang ditimba oleh Damian. Lelah..
Damian : ?Lucifer.. sudah, ya..??
Wajahnya yang penuh keringat nampak memelas.
Lucifer : ?Kau lelah??
Damian menganggukkan kepala.
Lucifer : ?Damian.. kemarilah..?
Dengan senangnya, Damian meninggalkan sumur itu dan duduk bersama Lucifer.
Lucifer : ?Apa kau.. pernah jatuh cinta??
Damian menggelengkan kepala.
Damian : ?Tidak..?
Lucifer : ?Pantas saja, kau dengan tanpa perasaan membuat Sinead hampir saja meninggalkanku.?
Nada bicaranya terdengar sangat kesal. Lalu, ia menghela nafas panjang. Mencoba memaklumi sifat dan sikap Damian, yang masih sangat hijau.
Lucifer : ?Sebaiknya.. kau coba jatuh cinta pada seorang wanita. Kau pasti akan merasakan apa yang ku rasakan saat ini pada Sinead.?
Sampai pulang ke istana, Damian masih memikirkan kata-kata Lucifer tadi.
Damian : ?Jatuh cinta? Bagaimana ya, rasanya??
Ia duduk di balkon kamarnya. Melihat malam yang hening.
Rose dan ayah-ibunya pindah ke Dublin, Irlandia. Menempati sebuah rumah kecil, yang letaknya menyendiri, dari rumah-rumah lain. Di belakang rumah itu, tumbuh sebuah pohon eboni yang sangat lebat.
Rose : ?Inikah Irlandia? Indah sekali, Ayah..?
Ia begitu takjub akan keindahan di sekeliling rumah barunya.
John : ?Ya.. ini adalah negeri kelahiranmu.?
Rose memandangi savanna yang terbentang luas di bawah lereng pegunungan Kerry, tempat mereka akan tinggal. Dan di tengah-tengahnya ada sebuah danau yang sangat indah. Airnya nampak tenang. Bayangan awan yang menyentuh permukaannya, terlihat begitu menawan.
Tanya : ?Ibu harap, kau betah tinggal di sini.?
Rose : ?Tentu saja aku betah, Bu. Tempat ini sangatlah indah.?
John : ?Hm.. ayah harus cari kayu bakar. Untuk memasak nanti malam. Kalian beres-beres rumah saja.?
Tanya : ?Baik. Tapi.. jangan pulang terlalu malam.?
Rupanya, John pergi ke istana, menemui ratu Dominique.
Dominique : ?Apa yang sedang kau lakukan di Irlandia ini??
Ratu itu duduk di sebuah singgasana yang amat megah. Ekspresinya datar-datar saja. Namun, tak ada yang mengira, bahwa hatinya sangat terkejut melihat kedatangan John.
John : ?Saya ingin minta sedikit belas kasihan anda..?
Dominique : ?Apa maksudmu..??
Ia mengerutkan keningnya. Terlihatlah kerutan di wajahnya. Menunjukkan, bahwa ia tak lagi muda, dan juga belum terlalu tua.
John : ?Anak anda butuh biaya untuk hidup. Dan saya tidak sanggup lagi membiayainya. Saya sudah tidak punya pekerjaan.?
Dominique paham maksud John. Ia menyuruh Rah Digga menyiapkan sekotak emas batangan.
Dominique : ?Apa.. ini cukup??
John : ?Sudah lebih dari cukup. Terimakasih, Yang Mulia..?
John menyimpan hartanya di bawah pohon, di belakang rumahnya. Ia menggali tanah sangat dalam. Hanya ia saja yang tau.
Rose melanjutkan sekolahnya di bidang keperawatan. Setiap hari, ia berjalan kaki pergi ke sekolah.
Ada yang menarik di sekolah barunya. Sekolah itu kedatangan tamu agung. Jean, putri kerajaan, dan Ramona, selir ke empat raja.
Yang menarik perhatian Rose adalah Ramona. Wanita itu.. yang sering ia lihat di London. Wanita cantik dan anggun yang dikagumi oleh Rose.
Jean : ?Kami kemari untuk melihat calon perawat istana. Kami ingin yang benar-benar berkualitas.?
Ramona : ?Iya. Kami ingin, minggu depan mereka sudah harus masuk ke istana.?
Kepala perawat Lamarque tersenyum.
Lamarque : ?Baik, Yang Mulia..?
Ternyata, Rose tak sengaja mendengar pembicaraan mereka.. Berarti, dengan sekolah menjadi perawat, bisa masuk istana.
Rose : ?Ini pasti akan sangat menyenangkan..?
Rose berlari pulang, dan memberitau ibunya. Saking senangnya, baru membuka pintu, tanpa basa-basi, ia langsung mengutarakan keingannya.
Rose : ?Bu, aku ingin masuk istana. Menjadi perawat keluarga kerajaan.?
Mata gadis itu berbinar-binar. Senyum lebar menghiasi wajahnya yang cantik.
Tanya kaget mendengarnya. Ia segera menyudahi pekerjaannya.
Tanya : ?Apa? Masuk ke istana??
Mendadak, ia jadi lemas.
Rose : ?Iya, Bu..?
Binaran matanya, juga senyum lebarnya belum sekali pun pudar. Malah semakin menjadi.
Tanya mengajak Rose duduk, setelah ia agak tenang.
Tanya : ?Rose, dengarkan ibu baik-baik.?
Ia mulai bicara dengan hati-hati.
Rose memandang ibunya dengan perasaan heran. Binaran matanya, juga senyuman lebarnya mendadak hilang. Diganti dengan ekspresi heran dan penasaran.
Tanya : ?Kau tidak boleh masuk ke istana. Tidak boleh.?
Jari telunjuknya yang lentik, menunjuk-nunjuk Rose. Tangannya tampak gemetar.
Rose : ?Memangnya kenapa, Bu??
Ia masih bingung. Ia memandangi sang ibu, dengan penuh rasa penasaran.
Tanya : ?Karena, tempat itu bukan untukmu. Kau, tidak pantas masuk ke sana.?
Rose : ?Aku.. tidak mengerti.?
Tanya : ?Mulai besok, kau tidak usah sekolah lagi. Mengerti??
Rose : ?Kenapa, Bu??
Ia mulai meneteskan air mata.
Tanya : ?Pokoknya, kau tidak boleh sekolah lagi. Berhentilah bertanya!?
Suaranya yang lembut mulai meninggi namun kelembutannya tetap menghiasi.
Rose tidak dapat menahan rasa sedih dan emosinya. Ia berlari ke luar rumah. Menerjang angin dan menjatuhkan kesedihannya pada rerumputan hijau. Menangis sejadi-jadinya.
Rose : ?Apa yang membuatku tidak pantas masuk istana? Apa karena aku miskin dan jelek??
Ia berdiri dan berlari lagi menuruni lereng perbukitan. Menangis dan menangis.
Tanya sendiri juga sangat sedih. John baru pulang dari berburu.
John : ?Sayang.. ada apa??
Ia disambut oleh pemandangan sedih dari istrinya.
Tanya : ?Rose.. dia ingin masuk istana menjadi perawat. Aku melarangnya. Dan kini ia pergi entah ke mana.?
John : ?Kau sudah benar, Tanya. Biar dia meredakan emosinya dulu. Nanti dia pasti pulang.?
Damian dan Leigh memacu kuda mereka ke lereng pegunungan Kerry, dan sampai di tepi danau.
Damian : ?Kita memancing saja.?
Ia menyiapkan alat memancing, yang ia bawa dari istana.
Leigh : ?Memancing? Owh.. Damian, itu pasti akan sangat membosankan..?
Damian : ?Ya.. kalau kau tidak mau, tidak apa-apa.?
Leigh melihat-lihat ke sekeliling danau dengan membawa senapan. Siapa tau ada rusa lewat..
Benar! Ia melihat seekor rusa merebahkan dirinya di rerumputan. Ada yang aneh dengan rusa itu. Maka, ia memanggil Damian dulu.
Leigh : ?Damian, ada rusa warna putih, yang sangat besar.?
Ia melukiskan besarnya rusa itu, dengan kedua tangannya yang membentuk lingkaran yang besar juga. Dan itu membuat Damian penasaran, dan tertarik untuk melihatnya.
Damian : ?Mana? Ayo, kita buru dia.?
Ia terlihat tak sabaran.
Leigh pun menunjukkannya pada Damian.
Damian : ?Kau yakin, itu rusa? Bukan rubah??
Mereka melihat seekor makhluk berbulu putih yang sangat indah. Merebahkan diri di balik rumput dan pepohonan yang tinggi. Jadi, tidak tampak seluruh badannya.
Leigh : ?Aku juga bingung. Tembak saja, lah.. Kalau itu rubah, bulunya sangat indah.. tapi kalau itu rusa, bisa kita makan dagingnya.?
Damian : ?Baiklah..?
Damian mulai membidik makhluk berbulu indah itu.
Saat ia menarik pelatuknya, dan melepaskan peluru, tiba-tiba makhluk yang ternyata manusia perempuan cantik itu berdiri. Peluru itu menembus dada gadis tersebut.
Damian dan Leigh benar-benar terkejut. Keduanya langsung menghampiri gadis tersebut.
Damian : ?Leigh, bagaimana ini??
Leigh ikutan bingung. Gadis itu sudah tidak sadarkan diri. Tapi masih bernafas.
Leigh : ?Kita bawa dia ke tempat Lucifer.?
Ide itu spontan meluncur dari mulut Leigh. Karena tidak tau lagi harus berbuat apa.
Lucifer benar-benar terkejut, melihat Damian dan Leigh membawa mayat seorang perempuan ke rumahnya.
Lucifer : ?Kenapa kalian membawanya ke rumahku? Kalian ingin aku dapat mslh besar, ya?!?
Ia ikut panik.
Leigh : ?Damian.. ini masalah besar. Kalau sampai dia mati.. kau.. akh! Aku tidak tega mengatakannya.?
Damian : ?Ini semua kan gara-gara kau. Sudah, jangan bicara lagi. Sekarang, kita harus menolongnya.?
Damian segera pulang ke istana, mencari Dr. Isaac, yang senantiasa mau menyembunyikan kenakalan Damian. Semoga dia juga mau membantu Damian menyembunyikan masalah sebesar ini.
Dr. Isaac terkejut, saat mengetahui, apa yang sudah dilakukan oleh Damian. Sudah palang merah. Alias parah sekali.
Dr. Isaac : ?Damian, bagaimana kalau Yang Mulia Raja tau, tentang hal ini??
Damian : ?Sudahlah.. jangan banyak bicara. Sekarang, kau tolong dia.. jangan sampai mati.?
Dr. Isaac segera memeriksa keadaan gadis itu. Untung saja, peluru yang digunakan bukan timah panas, atau mesiu. Tapi peluru karet. Dan tidak kena organ tubuh. Tapi, ia mengeluarkan banyak darah. Jika dalam dua hari tidak dapat donor, ia bisa mati.
Damian dilanda kebingungan yang serius. Ia tidak ingin gadis itu mati.
Damian : ?Aku akan cari keluarganya.?
Ia segera kembali ke lereng pegunungan Kerry, dan menanyai orang-orang di sana.
Damian : ?Apakah anda punya putri yang kira-kira berusia 17 tahun dan dia berambut cokelat? Matanya biru.?
Pemilik rumah mengatakan tidak.
Semua rumah sudah ditanyai. Tapi tidak satu pun yang mengatakan ?iya?.
Damian hampir putus asa. Ia berjalan di pinggiran danau, tempat gadis itu tertembak. Di kejauhan, ia melihat rumah kecil di bawah pohon eboni yang lebat. Rumah itu terlihat menyendiri, dan tidak ada tetangganya. Damian segera ke sana.
Sepasang suami-istri tinggal di rumah itu.
Damian : ?Ng.. apakah.. di sini tinggal seorang gadis berusia 17 tahun, dan terkahir pergi memakai baju putih? Rambutnya cokelat, dan matanya biru.?
Si istri mengiyakan.
Damian : ?Dia.. tertembak, dan sekarang dalam keadaan kritis.?
Ia menyampaikan berita itu dengan singkat, padat, dan jelas. Tanpa basa-basi berlebihan.
Dan, berita itu otomatis membuat pasangan suami-istri itu nampak terkejut. Amat sangat terkejut.