Makin beranjak tua, ada saja gangguan kesehatan penglihatan yang terjadi. Di antaranya degenerasi makula yang membuat penderita tiba-tiba tidak bisa membaca dengan jelas. Gejala awal penurunan fungsi penglihatan ini sulit diketahui. Namun, ada beberapa cara untuk menanggulanginya.
Beberapa bulan terakhir daya penglihatan Pak Kuntoro semakin menurun. Terutama untuk membaca atau melihat benda yang dekat di depannya. Gejala itu dia rasakan sebagai sesuatu yang aneh. Sebelumnya, lelaki berusia 70-an ini tidak pernah merasakan gejala seperti pedih, pegal, ataupun merah pada matanya. Dokter mata yang memeriksanya menyimpulkan, ia menderita degenerasi makula, daerah amat kecil pada retina mata yang bertanggung jawab atas tugas penglihatan detail.
Menurut Marsekal Udara Raman R. Saman, MD Ophth, AMS, MBA, dokter ahli penyakit mata pada RS Prof. Dr. Isak Salim "AINI", Jakarta, degenerasi makula, seperti dialami Kuntoro, terutama menyerang para manula, penderita penyakit diabetes, atau tekanan darah tinggi gara-gara mudah pecahnya pembuluh-pembuluh darah kecil (trombosis) sekitar retina. Trombosis mudah terjadi akibat penggumpalan sel-sel darah merah dan penebalan pembuluh darah halus.
Sekitar 70% bentuk degenerasi makula bersifat involutif (tipe kering)yang berkaitan erat dengan proses penuaan (usia 60 ke atas) karena kerusakan atau penipisan jaringan pada makula. Hanya kira-kira 10% yang masuk dalam kategori degenerasi makula eksudatif (tipe basah)akibat pembuluh darah pecah atau bocor sehingga menimbulkan jaringan parut seperti pada penderita diabetes atau tekanan darah tinggi. Jaringan parut ini kerap mengakibatkan terbentuknya pembuluh-pembuluh darah baru abnormal dan sangat rapuh (mudah pecah atau bocor). Darah serta cairan yang merembes akan merusak makula sehingga menimbulkan jaringan parut lebih banyak lagi.
Jenis lainnya yakni degenerasi makula bawaan atau juvenilis, yang mungkin terjadi pada usia remaja. Di samping itu trauma, infeksi atau radang mata ada kalanya juga dapat merusak jaringan makula yang sangat lembut itu.
Gejala awalnya sulit diketahui
Ada dua aspek pokok yang berpengaruh dalam hal indera penglihatan, yakni ketajaman dan lapang penglihatan. Keduanya membuat kita bisa melihat objek di sekeliling, baik yang di atas, bawah, kiri, maupun kanan dengan jelas. Ketajaman penglihatan membantu dalam membaca, menulis serta melakukan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian. Sedangkan lapang penglihatan membantu agar tidak tertabrak, tersandung, dsb. Bila salah satu aspek tersebut terganggu atau menurun kualitasnya tentu daya penglihatan menjadi tidak sempurna. Pada kasus degenerasi makula, ketajaman penglihatan yang terganggu, dan ini melibatkan bagian organ mata yang bernama retina dan makula.
Retina atau selaput jala berupa lapisan jaringan halus yang menempel pada dinding sebelah dalam bola mata belakang dan berfungsi menerima bayangan yang datang melalui lensa mata. Di pusat retina ini terdapat daerah amat kecil yang mengurus penglihatan sentral pada arah pandangan lurus ke depan dan diperlukan saat membaca atau berbagai tugas penglihatan detail lainnya. Daerah amat kecil inilah yang disebut makula. Saat mata memandang lurus ke depan, makula menjadi titik pada retina.
Bila makula mengalami kerusakan, bagian bayangan yang terletak di tengah akan terhambat, seperti ada daerah kabur terpasang di bagian tengah gambar. Sebaliknya, bagian bayangan yang berada di sekitar daerah kabur mungkin terlihat jelas. Sebagai contoh, bila penderita degenerasi makula melihat jam dinding, angka-angka jam akan terlihat jelas, tapi jarumnya kabur. Jadi, mata penderita degenerasi makula masih dapat melihat objek-objek yang terlihat di samping, karena penglihatan samping atau perifer pada umumnya tidak ikut terganggu sehingga penderita tidak akan buta total.
Menurut Saman, bila hanya salah satu mata yang mengalami degenerasi makula, pada tahap-tahap awal tidak disadari. Terutama bila mata yang satu lagi masih normal. Tidak heran kalau Pak Kuntoro tidak merasakan gejala awalnya. "Gejala degenerasi makula bisa bermacam-macam," katanya. "Ada kalanya hanya satu mata menjadi rabun, sedangkan yang lain selama bertahun-tahun tetap berfungsi baik. Barulah kalau kedua mata terganggu, pekerjaan membaca dan pekerjaan lain yang membutuhkan jarak dekat menjadi kabur."
Walaupun secara awam gejala awal sulit dideteksi, petunjuk berikut ini mungkin bisa membantu:
* Apakah huruf-huruf pada halaman buku ada yang kabur?
* Apakah garis-garis lurus mengalami distorsi? Pada beberapa kasus, distorsi lebih besar terlihat di pusat penglihatan, dibandingkan dengan bagian medan penglihatan lain.
* Terdapat daerah kosong atau gelap pada penglihatan tengah.
* Hendaknya dalam melakukan tes awam ini, salah satu mata ditutup secara bergantian agar lebih jelas diketahui mata sebelah mana yang terganggu.
Sedangkan pemeriksaan teliti oleh dokter mata yang mendeteksi kelainan makula adalah:
* Tes Amsler Grid: pasien diminta melihat suatu halaman uji mirip kertas milimeter grafis untuk memeriksa luas titik yang terganggu fungsi penglihatannya. Kemudian, retina diteropong melalui lampu senter kecil dengan lensa khusus.
* Tes penglihatan warna untuk melihat apakah penderita masih dapat membedakan warna, ditambah tes lain untuk menemukan keadaan yang dapat menyebabkan kerusakan pada makula.
* Ada kalanya dilakukan angiografi dengan zat warna fluorescent. Dokter ahli penyakit mata menyuntikkan zat warna kontras tersebut ke lengan penderita yang kemudian akan mengalir ke mata, lalu dilakukan pemotretan retina dan makula. Zat pewarna ini untuk melihat kelainan pembuluh darah dengan jelas.
Cara penanggulangannya
Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mengobati kelainan ini khususnya pada jenis involusi. Tapi pada jenis degenerasi makula eksudatif yang belum lanjut bisa dicoba dengan pembedahan oftalmologi dengan sinar laser untuk menghambat perluasan degenerasi. Berkas cahaya laser yang terfokus digunakan untuk menutup membran yang bocor serta menghancurkan pembuluh darah baru yang abnormal. Dengan tindakan ini diharapkan kemunduran fungsi penglihatan akibat pembentukan parut yang progresif dapat dihambat. Sekarang, di AS sedang dicoba pembedahan makula untuk memperbaiki kebocoran. "Tapi keberhasilannya masih belum maksimal," ujar Saman.
Bagi mereka yang tidak bisa dikoreksi, jalan satu-satunya adalah menggunakan alat bantu optik khusus untuk membantu penglihatan penderita yang tersisa sehingga tetap mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Alat bantu itu adalah alat optik daya penglihatan rendah (low vision) yang menggunakan lensa atau kombinasi lensa yang mampu membesarkan benda yang dilihat. Dengan kacamata biasa, lensa kontak ataupun lensa cangkok intraokular (ditanamkan pada penderita katarak) penglihatan penderita degenerasi makula tetap tidak terbantu. Tidak satu pun alat bantu optik di atas dapat membantu penglihatan untuk segala macam gangguan. Alat optik bagi penderita penyakit mata glaukoma (tekanan bola mata terlalu tinggi) atau kelainan pada daerah perifer mata, tentu lain dengan alat optik penderita degenerasi makula. Alat optik mana yang paling tepat tentu saja dokter ahli mata yang menentukan.
Ada lima macam alat optik untuk membantu penderita daya penglihatan rendah:
* Kacamata pembesar: lebih kuat daripada kacamata biasa serta membantu penderita melakukan kegiatan yang berdekatan dengan mata seperti membaca, menulis, dll. Sementara kacamata ini dikenakan, penderita harus memegang materi yang dibaca dari jarak sangat dekat agar benda atau tulisan lebih terfokus. Awalnya mungkin akan terasa janggal, tapi kemudian akan terbiasa. Alat ini dirancang untuk melihat pekerjaan yang berdekatan dengan mata. Materi yang akan dibaca dapat dipegang bebas oleh tangan. Bingkainya ada yang penuh, ada yang setengah.
* Kaca pembesar tangan: berupa alat bantu paling umum. Dengan menggunakan kaca pembesar tangan ini, materi bacaan dapat diletakkan pada jarak normal.
* Kaca pembesar berdiri: alat bantu ini diberdirikan di atas materi bacaan atau menyentuh langsung materi bacaan. Tidak seperti kaca pembesar tangan, kaca ini tidak dapat difokuskan secara tetap pada materi bacaan. Namun alat bantu ini bisa digunakan sekaligus bersama-sama kacamata bifokus bagian bawah. Namun beberapa jenis memiliki self contained light source (sumber pencahayaan sendiri).
* Teleskop: alat ini hanya digunakan untuk membesarkan benda dari jarak jauh, misalnya untuk melihat tanda-tanda di jalanan. Mungkin lebih berguna bagi penderita daya penglihatan rendah yang lensa minusnya atau kelainan rabun jauhnya sudah parah. Namun teleskop, dengan beberapa modifikasi, ada yang bisa dipasang pada kacamata.
* Televisi sirkuit dekat: alat bantu ini digunakan untuk menulis dan membaca. Ia memproduksi gambar materi bacaan yang dibesarkan lewat layar televisi. Gambar yang dibesarkan dan kontras gambar dapat diatur. Penggunaannya tepat bagi yang memiliki daya penglihatan sangat rendah, tapi masih ingin mampu membaca. Lagi pula alat ini lebih mudah digunakan dan tidak melelahkan.
Selain alat-alat bantu optik tadi, penderita daya penglihatan rendah juga bisa menggunakan alat bantu non-optik. Misalnya, tulisan pada buku, majalah atau koran yang dibesarkan, serta angka-angka pada pesawat telepon, jam dinding atau jam tangan yang dibesarkan. Komputer atau mesin khusus yang dapat "berbicara". Penderita daya penglihatan rendah juga memerlukan penerangan cahaya yang cukup kuat. Lampu dengan leher yang dapat diatur posisi serta pencahayaannya akan sangat membantu.
Dr. Saman mengingatkan, mereka yang telah berusia 50 plus atau salah satu anggota keluarganya ada yang terkena degenerasi makula sebaiknya secara berkala memeriksakan mata ke dokter mata agar gejala dini dapat segera ditanggulangi. Sebaiknya tidak menunggu sampai terlambat!
Beberapa bulan terakhir daya penglihatan Pak Kuntoro semakin menurun. Terutama untuk membaca atau melihat benda yang dekat di depannya. Gejala itu dia rasakan sebagai sesuatu yang aneh. Sebelumnya, lelaki berusia 70-an ini tidak pernah merasakan gejala seperti pedih, pegal, ataupun merah pada matanya. Dokter mata yang memeriksanya menyimpulkan, ia menderita degenerasi makula, daerah amat kecil pada retina mata yang bertanggung jawab atas tugas penglihatan detail.
Menurut Marsekal Udara Raman R. Saman, MD Ophth, AMS, MBA, dokter ahli penyakit mata pada RS Prof. Dr. Isak Salim "AINI", Jakarta, degenerasi makula, seperti dialami Kuntoro, terutama menyerang para manula, penderita penyakit diabetes, atau tekanan darah tinggi gara-gara mudah pecahnya pembuluh-pembuluh darah kecil (trombosis) sekitar retina. Trombosis mudah terjadi akibat penggumpalan sel-sel darah merah dan penebalan pembuluh darah halus.
Sekitar 70% bentuk degenerasi makula bersifat involutif (tipe kering)yang berkaitan erat dengan proses penuaan (usia 60 ke atas) karena kerusakan atau penipisan jaringan pada makula. Hanya kira-kira 10% yang masuk dalam kategori degenerasi makula eksudatif (tipe basah)akibat pembuluh darah pecah atau bocor sehingga menimbulkan jaringan parut seperti pada penderita diabetes atau tekanan darah tinggi. Jaringan parut ini kerap mengakibatkan terbentuknya pembuluh-pembuluh darah baru abnormal dan sangat rapuh (mudah pecah atau bocor). Darah serta cairan yang merembes akan merusak makula sehingga menimbulkan jaringan parut lebih banyak lagi.
Jenis lainnya yakni degenerasi makula bawaan atau juvenilis, yang mungkin terjadi pada usia remaja. Di samping itu trauma, infeksi atau radang mata ada kalanya juga dapat merusak jaringan makula yang sangat lembut itu.
Gejala awalnya sulit diketahui
Ada dua aspek pokok yang berpengaruh dalam hal indera penglihatan, yakni ketajaman dan lapang penglihatan. Keduanya membuat kita bisa melihat objek di sekeliling, baik yang di atas, bawah, kiri, maupun kanan dengan jelas. Ketajaman penglihatan membantu dalam membaca, menulis serta melakukan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian. Sedangkan lapang penglihatan membantu agar tidak tertabrak, tersandung, dsb. Bila salah satu aspek tersebut terganggu atau menurun kualitasnya tentu daya penglihatan menjadi tidak sempurna. Pada kasus degenerasi makula, ketajaman penglihatan yang terganggu, dan ini melibatkan bagian organ mata yang bernama retina dan makula.
Retina atau selaput jala berupa lapisan jaringan halus yang menempel pada dinding sebelah dalam bola mata belakang dan berfungsi menerima bayangan yang datang melalui lensa mata. Di pusat retina ini terdapat daerah amat kecil yang mengurus penglihatan sentral pada arah pandangan lurus ke depan dan diperlukan saat membaca atau berbagai tugas penglihatan detail lainnya. Daerah amat kecil inilah yang disebut makula. Saat mata memandang lurus ke depan, makula menjadi titik pada retina.
Bila makula mengalami kerusakan, bagian bayangan yang terletak di tengah akan terhambat, seperti ada daerah kabur terpasang di bagian tengah gambar. Sebaliknya, bagian bayangan yang berada di sekitar daerah kabur mungkin terlihat jelas. Sebagai contoh, bila penderita degenerasi makula melihat jam dinding, angka-angka jam akan terlihat jelas, tapi jarumnya kabur. Jadi, mata penderita degenerasi makula masih dapat melihat objek-objek yang terlihat di samping, karena penglihatan samping atau perifer pada umumnya tidak ikut terganggu sehingga penderita tidak akan buta total.
Menurut Saman, bila hanya salah satu mata yang mengalami degenerasi makula, pada tahap-tahap awal tidak disadari. Terutama bila mata yang satu lagi masih normal. Tidak heran kalau Pak Kuntoro tidak merasakan gejala awalnya. "Gejala degenerasi makula bisa bermacam-macam," katanya. "Ada kalanya hanya satu mata menjadi rabun, sedangkan yang lain selama bertahun-tahun tetap berfungsi baik. Barulah kalau kedua mata terganggu, pekerjaan membaca dan pekerjaan lain yang membutuhkan jarak dekat menjadi kabur."
Walaupun secara awam gejala awal sulit dideteksi, petunjuk berikut ini mungkin bisa membantu:
* Apakah huruf-huruf pada halaman buku ada yang kabur?
* Apakah garis-garis lurus mengalami distorsi? Pada beberapa kasus, distorsi lebih besar terlihat di pusat penglihatan, dibandingkan dengan bagian medan penglihatan lain.
* Terdapat daerah kosong atau gelap pada penglihatan tengah.
* Hendaknya dalam melakukan tes awam ini, salah satu mata ditutup secara bergantian agar lebih jelas diketahui mata sebelah mana yang terganggu.
Sedangkan pemeriksaan teliti oleh dokter mata yang mendeteksi kelainan makula adalah:
* Tes Amsler Grid: pasien diminta melihat suatu halaman uji mirip kertas milimeter grafis untuk memeriksa luas titik yang terganggu fungsi penglihatannya. Kemudian, retina diteropong melalui lampu senter kecil dengan lensa khusus.
* Tes penglihatan warna untuk melihat apakah penderita masih dapat membedakan warna, ditambah tes lain untuk menemukan keadaan yang dapat menyebabkan kerusakan pada makula.
* Ada kalanya dilakukan angiografi dengan zat warna fluorescent. Dokter ahli penyakit mata menyuntikkan zat warna kontras tersebut ke lengan penderita yang kemudian akan mengalir ke mata, lalu dilakukan pemotretan retina dan makula. Zat pewarna ini untuk melihat kelainan pembuluh darah dengan jelas.
Cara penanggulangannya
Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mengobati kelainan ini khususnya pada jenis involusi. Tapi pada jenis degenerasi makula eksudatif yang belum lanjut bisa dicoba dengan pembedahan oftalmologi dengan sinar laser untuk menghambat perluasan degenerasi. Berkas cahaya laser yang terfokus digunakan untuk menutup membran yang bocor serta menghancurkan pembuluh darah baru yang abnormal. Dengan tindakan ini diharapkan kemunduran fungsi penglihatan akibat pembentukan parut yang progresif dapat dihambat. Sekarang, di AS sedang dicoba pembedahan makula untuk memperbaiki kebocoran. "Tapi keberhasilannya masih belum maksimal," ujar Saman.
Bagi mereka yang tidak bisa dikoreksi, jalan satu-satunya adalah menggunakan alat bantu optik khusus untuk membantu penglihatan penderita yang tersisa sehingga tetap mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Alat bantu itu adalah alat optik daya penglihatan rendah (low vision) yang menggunakan lensa atau kombinasi lensa yang mampu membesarkan benda yang dilihat. Dengan kacamata biasa, lensa kontak ataupun lensa cangkok intraokular (ditanamkan pada penderita katarak) penglihatan penderita degenerasi makula tetap tidak terbantu. Tidak satu pun alat bantu optik di atas dapat membantu penglihatan untuk segala macam gangguan. Alat optik bagi penderita penyakit mata glaukoma (tekanan bola mata terlalu tinggi) atau kelainan pada daerah perifer mata, tentu lain dengan alat optik penderita degenerasi makula. Alat optik mana yang paling tepat tentu saja dokter ahli mata yang menentukan.
Ada lima macam alat optik untuk membantu penderita daya penglihatan rendah:
* Kacamata pembesar: lebih kuat daripada kacamata biasa serta membantu penderita melakukan kegiatan yang berdekatan dengan mata seperti membaca, menulis, dll. Sementara kacamata ini dikenakan, penderita harus memegang materi yang dibaca dari jarak sangat dekat agar benda atau tulisan lebih terfokus. Awalnya mungkin akan terasa janggal, tapi kemudian akan terbiasa. Alat ini dirancang untuk melihat pekerjaan yang berdekatan dengan mata. Materi yang akan dibaca dapat dipegang bebas oleh tangan. Bingkainya ada yang penuh, ada yang setengah.
* Kaca pembesar tangan: berupa alat bantu paling umum. Dengan menggunakan kaca pembesar tangan ini, materi bacaan dapat diletakkan pada jarak normal.
* Kaca pembesar berdiri: alat bantu ini diberdirikan di atas materi bacaan atau menyentuh langsung materi bacaan. Tidak seperti kaca pembesar tangan, kaca ini tidak dapat difokuskan secara tetap pada materi bacaan. Namun alat bantu ini bisa digunakan sekaligus bersama-sama kacamata bifokus bagian bawah. Namun beberapa jenis memiliki self contained light source (sumber pencahayaan sendiri).
* Teleskop: alat ini hanya digunakan untuk membesarkan benda dari jarak jauh, misalnya untuk melihat tanda-tanda di jalanan. Mungkin lebih berguna bagi penderita daya penglihatan rendah yang lensa minusnya atau kelainan rabun jauhnya sudah parah. Namun teleskop, dengan beberapa modifikasi, ada yang bisa dipasang pada kacamata.
* Televisi sirkuit dekat: alat bantu ini digunakan untuk menulis dan membaca. Ia memproduksi gambar materi bacaan yang dibesarkan lewat layar televisi. Gambar yang dibesarkan dan kontras gambar dapat diatur. Penggunaannya tepat bagi yang memiliki daya penglihatan sangat rendah, tapi masih ingin mampu membaca. Lagi pula alat ini lebih mudah digunakan dan tidak melelahkan.
Selain alat-alat bantu optik tadi, penderita daya penglihatan rendah juga bisa menggunakan alat bantu non-optik. Misalnya, tulisan pada buku, majalah atau koran yang dibesarkan, serta angka-angka pada pesawat telepon, jam dinding atau jam tangan yang dibesarkan. Komputer atau mesin khusus yang dapat "berbicara". Penderita daya penglihatan rendah juga memerlukan penerangan cahaya yang cukup kuat. Lampu dengan leher yang dapat diatur posisi serta pencahayaannya akan sangat membantu.
Dr. Saman mengingatkan, mereka yang telah berusia 50 plus atau salah satu anggota keluarganya ada yang terkena degenerasi makula sebaiknya secara berkala memeriksakan mata ke dokter mata agar gejala dini dapat segera ditanggulangi. Sebaiknya tidak menunggu sampai terlambat!