Kalina
Moderator

Buntut Penjualan Senjata AS ke Taiwan
BEIJING - Hubungan diplomatik Amerika Serikat dengan Tiongkok kian tegang. Pemerintah Tiongkok mengancam akan menangguhkan segala kerjasama militer dengan pemerintahan Amerika Serikat dan memberikan sanksi terhadap perusahaan pertahanan AS. Hal itu terkait persetujuan Presiden Barack Obama Jumat (29/01) lalu atas rencana penjualan senjata kepada Taiwan senilai USD 6,4 miliar (Rp 59,936 triliun).
''Kami tak akan pernah berkompromi dalam isu ini,'' ujar Huang Xueping, juru bicara Kementerian Pertahanan Tiongkok seperti dilansir Associated Press saat mengunjungi Cyprus kemarin (31/01).
Menteri Luar Negeri Tiongkok Yang Jiechi mendesak Washington menarik keputusan penjualan tersebut dan menghargai kepentingan Tiongkok. Yang menilai AS telah ikut campur terhadap urusan dalam negeri dan mengancam keamanan nasional Negeri Panda itu. Juga, telah merusak usaha reunifikasi antara Taiwan-Tiongkok secara damai.
''(Ancaman) itu adalah reaksi terkuat yang pernah kami lihat dalam beberapa tahun ini,'' tutur Stephanie T. Kleine-Ahlbrandt, direktur proyek Asia timur laut untuk International Crisis Group seperti dilansir Associated Press.
Reaksi keras Tiongkok tentu membuat pemerintahan AS kelimpungan. Sebab mereka masih membutuhkan bantuan Tiongkok untuk bangkit menghadapi situasi krisis finansial global. Juga untuk mendekati Korea Utara dan Iran terkait isu nuklir.
Otoritas AS pun membantah tuduhan yang ditujukan Tiongkok. ''Keputusan kami (AS) ini untuk menghargai Taiwan (dan) memperkuat komitmen kami atas (terciptanya) stabilitas di kawasan (Asia),'' tandas juru bicara Departemen Dalam Negeri AS, P.J. Crowley pada Sabtu (30/01) lalu seperti dilansir AFP.
Alasan serupa dikemukakan juru bicara Departemen Dalam Negeri AS lainnya, Laura Tischler. Dia mengatakan sebenarnya penjualan itu lebih berkontribusi untuk memelihara keamanan dan stabilitas di Selat Taiwan, bukan memperkeruh hubungan Tiongkok-Taiwan. Crowley yakin AS dapat mengatasi situasi sulit dengan Tiongkok seperti tahun-tahun sebelumnya.
''Di masa lalu ketegangan semacam ini terjadi selama tiga hingga enam bulan dengan ketegangan militer. Saya memperkirakan hal serupa terjadi kali ini,'' ungkap Phillip Saunders peneliti Universitas Pertahanan Nasional di Washington.
Terpisah, Presiden Taiwan Ma Ying-jeou mengatakan bahwa dengan tercapainya kesepakatan pembelian peralatan dan persenjataan milter itu Taiwan merasa lebih percaya diri. Juga, merasa aman hingga Taiwan bisa lebih banyak berinteraksi dengan Tiongkok. ''Tiongkok tak seharusnya marah karena senjata yang akan mereka dapatkan hanya untuk kepentingan pertahanan bukan melakukan penyerangan,'' tandas Ma.
AS bagi Taiwan adalah sekutu terpenting dan penyuplai senjata terluas. Kali ini AS berencana menjual helikopter Black Hawk, misil Patriot tingkat lanjut Capabilty-3, kapal pemburu tambang dan beberapa senjata lainnya kepada Taiwan. Termasuk peralatan komunikasi jet tempur F-16.
Belum jelas apakah memburuknya hubungan AS-Tiongkok itu akan memengaruhi rencana kedatangan Presiden Hu Jintao ke AS tahun ini. Serta rencana Hu menuju KTT keamanan nuklir di AS musim semi ini. Di sisi lain Menteri pertahanan Robert Gates dan laksamana Michael Mullen, pemimpin US Joint Chiefs of Staff juga berencana ke Tiongkok pada tahun ini. Namun yang jelas China Daily melaporkan bahwa pemimpin militer Chen Bingde membatalkan kunjungannya ke AS tahun ini.