spirit
Mod
Persoalan utang yang melilit kadang menjadi masalah yang tak kunjung ditemukan jalan ke luarnya.
Seperti salah satu kasus bunuh diri dari seorang sekuriti di kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahmud (38) yang ditemukan tewas gantung diri di pantry kantornya. Korban diduga bunuh diri karena terlilit utang.
Lantas, bagaimana cara mengatasi utang? Langkah apa yang harus diambil untuk mengatasi utang tanpa cara ekstrem seperti bunuh diri?
Utang Bukan Solusi
Perencana keuangan Eko Endarto mengatakan, langkah pertama yang harus diambil seseorang ketika terlilit utang yakni bertekad untuk tak berutang lagi.
"Pertama adalah perbaiki diri dari dalam dulu. Dengan berkomitmen nggak berutang lagi," kata Eko kepada detikcom, Kamis (28/11/2019).
Langkah kedua, yakni menghukum diri sendiri dengan menjual barang-barang atau aset yang tak diperlukan, atau aset yang tidak terlalu dibutuhkan yang dibeli melalui utang tersebut.
"Dengan menghukum diri kita sendiri, yaitu aset-aset yang nggak perlu harus dilepas dulu. Dulu kita beli apa, belanja apa dengan utang tadi, ternyata nggak dibutuhkan ya itu harus berani dijual dulu. Harus berani dilepas dulu karena itu sumber masalah kan," papar Eko.
Jika langkah-langkah tersebut tak juga mengeluarkan seseorang dari lubang utangnya, maka ia harus berani bernegosiasi dengan pihak yang memberi utang.
"Kedua, nanti ketika sudah diselesaikan itu masih belum selesai juga, maka mau nggak mau harus cari jalan ke luar, negosiasi ke pemberi utang dsb. Sehingga akan ketahuan apakah dia bisa di restrukturisasi utang-utangnya, terus diberikan keringanan, sehingga dia bisa mendapat jalan ke luar," jelas Eko.
Bagaimana cara menghentikan kebiasaan berutang? Simak tipsnya dari Perencana Keuangan Eko Endarto.
Eko menuturkan, utang timbul karena seseorang tak bisa menyesuaikan pengeluaran dengan pemasukan. Ia menegaskan, pemasukan seseorang itu tak boleh dihabiskan dengan mengikuti pengeluaran.
"Pengeluaran selalu bersifat tidak terbatas. Padahal pemasukan terbatas. Sehingga ketika pemasukan selalu mengikuti pengeluaran, tidak akan pernah cukup," tegas Eko ketika dihubungi detikcom, Kamis (28/11/2019).
Untuk itu, Eko menyarankan untuk membuat prioritas kebutuhan per bulan. Sehingga, seseorang bisa menghindari pengeluaran yang tak dibutuhkan, dan tak perlu lagi berutang.
Ketika seseorang memiliki pengeluaran tak terduga, maka ia juga harus memiliki dana simpanan sebesar tiga kali dari pengeluaran.
"Harus ada anggaran untuk pengeluaran tidak terduga tadi. Itu namanya dana cadanga, itu kan minimal tiga kali pengeluaran bulanan," imbuh Eko.
Misalnya, seseorang punya pengeluaran Rp 1 juta dalam satu bulan. Maka, ia harus punya dana simpanan dalam rekeningnya Rp 3 juta. Dana tersebut harus selalu ditambal ketika digunakan untuk kebutuhan tak terduga.
"Harus ada di rekening tabungan. Misalnya pengeluaran saya satu bulan Rp 1 juta, maka dana cadangan yang harus saya siapkan itu tiga kalinya ya Rp 3 juta. Tapi harus diisi terus. Jadi kalau bulan ini terpakai Rp 500 ribu, ya bulan depan harus diisi lagi Rp 500 ribu, jadi kita punya Rp 3 juta terus," jelas dia.