Tradisi Prosesi Miyos Gongso Kraton Yogyakarta, Keluarnya Dua Gamelan Pusaka Kraton Yogyakarta

zoeratmand

New member
sebar-udik-udik-448x300.jpg


Upacara adat Sekaten 1434 Hijriyah kembali akan diselenggarakan Kraton Yogyakarta dengan dikeluarkannya dua pusaka Kraton Yogyakarta Kyai Kanjeng Guntur Madu dan Kyai Kanjeng Nogo Wilogo.
Keluarnya dua pusaka Kraton Yogyakarta ini dinamai prosesi Miyos Gongso.

Dua gamelan pusaka ini ditempatkan di Bangsal Ponconiti, Rabu (9/2) sebelum akhirnya di bawa dan ditempatkan di Masjid Gede Kauman untuk dibunyikan satu minggu lamanya.

Abdi Dalem Kraton Yogyakarta, KRT Waseso Winoto menerangkan, setelah kedua pusaka Kraton Yogyakrta dikeluarkan dilakukan serah terima pengamanan dari pihak Kraton Yogyakarta kepada Pemkot Yogyakarta.
Setelah itu, usai sholat Maghrib, Kyai Guntur Madu dan Kyai Nogo Wilogo secara bergantian dibunyikan oleh abdi dalem Kraton Yogyakarta hingga prosesi sebar udik-udik dimulai. Usai sholat Isya, dilanjutkan prosesi menyebar udik-udik berupa uang koin Rp 100, Rp500 serta Rp1000. Udik-Udik akan disebar oleh kerabat Sultan Kraton Yogyakarta ke sekeliling Bangsal Pancaniti.

“Karena Sultan sibuk, biasanya sebar udik-udik dilakukan adik-adiknya, mungkin nanti akan dilakukan Gusti Prabukusumo (GBPH Prabukusumo), sampai saat ini belum bisa dipastikan siapa yang akan menyebar udik-udik,” kata KRT Waseso Winoto, Selasa (8/2) sebagai Wakil Kawedanan Hageng Punokawan Krido Mardowo.

KRT Waseso Winoto menerangkan, seperti tradisi yang selalu berlangsung, udik-udik yang telah disebar akan diperebutkan oleh masyarakat Yogyakarta dan luar Yogyakarta yang sudah menunggu dari siang hingga sore hari. Bagi masyarakat Jawa, udik-udik yang disebar oleh kerabat Kraton Yogyakarta adalah simbol dari membagi kesejahteraan untuk masyarakat yang dilakukan Kraton.
“ Bagi banyak masyarakat Jawa termasuk saya, bila dapat udik-udik yang disebar akan membawa ketentraman hidup serta ngrejekeni (memberi rejeki),” ujar KRT Waseso Winoto.

Setelah waktu yang ditentukan, biasanya antara pukul 23.00 WIB, prosesi miyos gongso dilanjutkan dengan membawa dua pusaka KRaton Yogyakarta (Gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Naga Wilaga) dari Bangsal Pancaniti menuju Masjid Gede Kauman.

Dua gamelan pusaka ini akan diusung oleh masyarakat wakil dari kabupaten yang ada di DIY dengan memakai pakaian warna merah (konco abrit) yang diiringi oleh prajurit Kraton Yogyakarta. Saat dua gamelan pusaka itu tiba di Masjid Ged, dilakukan penghormatan drell kemudian diserah terimakan kepada Walikota Yogyakarta Herry Zudianto.
Tahap selanjutnya adalah membawa dua gamelan pusaka itu ke Pabengan (ruangan khusus) yang ada di sisi selatan dan utara halaman Masjid Gede Kauman. “Secara tradisi, gamelan Kyai Guntur Madu sebagai gamelan sepuh (tua) diletakkan di pabengan sisi selatan sementara gamelan Kyai Nogo Wilaga ada di pabengan timur.

“ini ajeg, ngga boleh berubah,” kata KRT Waseso Winoto seraya menjelaskan saat permulaan Mulan Maulud (Mulud, Jawa) Sultan HB X akan duduk ditengah –tengah Pabengan menghadap ke timur sehingga gamelan Kyai Guntur Madu yang berada pabengan sisi selatan akan berada di di sisi kanan dari Sultan duduk sementara Kyai Nogo Wilogo berada di sisi kiri Sultan duduk.

Proses MIyos Gongso pun usai dan untuk selanjutnya dua gamelan pusaka itu secara bergiliran akan dibunyikan pada esok harinya dimulai dari pukul 08.00-12.00 WIB setelah itu istirahat. Dilanjutkan pukul 14.00- 16.00 lalu istirahat dan dimulai lagi pukul 20.00-24.00.

Tembang (lagu-lagu) yang dimainkan oleh dua gamelan pusaka itu antara lain Rambu , Rangkung, Andong2, Loh Gadung pel, gleyong, urang-aring, Ngajatun, Salatun dan Suciatun

Sumber
 
Back
Top