bla_bla_bla
New member
Transposition, Teori Wolfgang Kohler

Transosition adalah dimana suatu problem solving tentang masalah lama akan cenderung untuk dilakukan bila individu akan dihadapkan oleh masalah baru yang sama.
Teori ini dikemukakan oleh tokoh psikologi gestalt bernama Wolfgang Kohler (1887-1967). Transposition ini juga berhubungan dengan teori memory traces. Hubungannya dengan pemasukan informasi dan pengorganisasian dalam ingatan untuk dimunculkan kembali.
Dalam eksperimennya kohler menggunakan ayam sebagai subyek penelitiannya. Ayam tesebut dihadapkan dengan 2 kertas, yang salah satu kertas akan diberi makanan, yakni kertas yang pertama. Kedua kertas tersebut memiliki warna yang berbeda, kertas pertama berwarna lebih gelap dari pada kertas yang kedua. Setelah dilakukan pendekatan berulang-ulang, bila ayam tersebut menghendaki makanan, ayam tersebut akan memilih kertas yang berwarna lebih gelap (kertas pertama).
Kemudian dilakukan perubahan, kertas yang lebih terang (kertas kedua) disingkirkan, dan diganti dengan kertas yang berwarna lebih gelap dari pada kertas yang pertama. Jadi sekarang kertas kedua lebih gelap dari pada kertas yang pertama tadi. Setelah ayam dihadapkan dengan kedua kertas tersebut, maka ayam akan cenderung untuk mendekati kertas yang kedua bukan kertas yang pertama (sebagaimana pada percobaan pertama tadi, sebelum dilakukan perubahan).
Ini sesuai dengan prinsip gestalt, bahwa ayam akan cenderung untuk melihat kertas itu sebagai suatu keseluruhan. Sehingga ia memilih kertas yang kedua (setelah dilakukan perubahan) dari pada kertas pertama karena kertas kedua lebih gelap. Berbeda dengan prinsip behaviorisme, bila dalam prinsip behaviorisme ayam akan cenderung memilih kertas pertama (setelah dilakukan perubahan) karena sebelumnya ayam tersebut dikondisikan untuk memilih kertas yang pertama (sebelum dan sesudah perubahan).

Dalam percobaan diatas, terdapat suatu transposition yang dilakukan oleh ayam. Yaitu ketika ayam tersebut mendapatkan problem solving tetang keseharusan dia untuk mendekati kertas yang lebih gelap untuk mendapatkan makanan. Sehingga ketika ayam tersebut dihadapkan kertas yang sudah dilakukan perubahan, ayam itu akan cenderung untuk memilih kertas yang lebih gelap karena sebelumnya dia telah mempelajari bahwa di kertas yang lebih gelap terdapat makanan disana. Inilah yang menjelaskan tentang kecenderungan kita untuk menggunakan problem solving yang sama dalam masalah yang sama dan waktu yang berbeda.

Contoh : Ada seorang berpergian ke kota surabaya dan terdapat dua jalan yang berbeda. Yaitu melewati jalan A dan jalan B. Jalan A lebih berkelok-kelok dari pada jalan B, sehingga kemudian ia dikondisikan untuk melewati jalan B karena jalan tersebut tidak terlalu berkelok-kelok dan lebih mudah.

Setelah hal itu terjadi berulang kali dan ia sudah terbiasa melewati jalan B. Maka suatu saat ia diberitahu bahwa kini jalan A sudah direnovasi dan berganti menjadi jalan C. Jika dilihat dari teori transposition, manakah jalur yang akan ia lewati jika ia ingin pergi ke surabaya lagi?
Jawabannya adalah: Maka ia akan cenderung untuk melewati jalan C sebagai jalan yang ia pilih.
Jika sebelumnya ia dihadapkan jalan A dan B dan ia telah memilih jalan B sebagai jalan yang ia lewati, karena tidak terlalu berkelok kelok dan lebih mudah. Maka jika jalan A direnovasi menjadi jalan C, ia akan lebih memilih jalan C, karena ia belajar bahwa, dengan jalan yang tidak terlalu berkelok kelok, ia akan lebih mudah pergi ke surabaya.
Hal ini dikarenakan ia melihat secara holistik kedua jalur tersebut berdasarkan tipe jalan yang tidak berkelok kelok untuk dilewati ke kota Surabaya (bila dikaitkan dengan eksperimen ayam diatas maka jalan yang tidak terlalu berkelok kelok merupakan kertas yang lebih gelap). Tetapi, jika menurut teori behaviorisme maka ia akan tetap akan melewati jalan B sebagaimana ia dikondisikan untuk melewatinya.
Sarlito W. Sarwono, 2002, Berkenalan dengan ALiran-Aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi, (PT Bulan Bintang: Jakarta)
psikologizone.com