rizalolo
Mod
Kebumen, CyberNews. Suasana di pasar Petanahan Kabupaten Kebumen masih seperti biasa. Lalu lalang pedagang dan pembeli menjadi pemandangan umum yang setiap hari dapat ditemui. Namun di antara hilir mudik warga terlihat seorang laki-laki yang membagi-bagi stiker kepada para setiap orang yang dia jumpai.
Dengan mengenakan kaos oblong sebuah partai yang sudah lusuh, laki-laki itu mengeluarkan lembar demi lembar stiker. Ada yang diberikan kepada warga, ditempel di depan kios, atau di caping seorang pedagang. Dari lorong satu dia kemudian menuju ke lorong lainnya melakukan hal yang sama; bagi-bagi stiker.
Laki-laki itu adalah Susanto (42). Di kalangan pedagang pasar dia dikenal sebagai seorang tukang servis payung. Karena profesinya itu, oleh orang-orang dia diberi nama julukan yakni Santo Payung. Nama itu melekat di dalam dirinya. Bahkan sebagian orang sampai tidak tahu nama dia sebenarnya.
Sesuai dengan julukannya, ayah dua anak ini tidak jauh dengan payung. Di rumahnya di Desa Jatimulyo RT 1 RW 01 Kecamatan Petanahan, Santo melayani jasa servis payung yang rusak. Tak hanya itu, pria yang mengidolakan sosok bung karno itu acap kali keliling kampung mencari payung-payung yang rusak.
Dari pekerjaan itulah dia mengantungkan ekonomi keluarga. Profesinya sebagai tukang servis payung keliling terbilang belum bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Kehidupan keluarganya yang pun berada diujung tanduk. Bahkan Susanti istrinya yang selama 15 tahun telah menemani dirinya kini pergi meninggalkan dia bersama dua buah hatinya Santika (13) dan Hengky Asep Mardika (9).
Namun kehidupan yang berat itu, tidak mengendorkan tekadnya untuk bermimpi lebih tinggi. Dia pun memberanikan diri terjun di dunia politik. Terkait dengan aksi bagi-bagi stiker itu, pria kelahiran Kebumen 17 juli 1967 terkait dengan pencalonanya sebagai calon anggota legislatif (caleg) dari Partai Gerindra.
Tukang servis payung itu menjadi caleg di daerah pemilihan (dapil) 4 dengan nomor urut 4. Dia ingin mewujudkan keinginannya untuk mengayomi rakyat kecil dan memperbaiki "payung negara" yang selama ini dirasanya sudah dirusak oleh anak bangsa sendiri. Dia berjanji ketika dirinya terpilih duduk dibangku legislatif profesi sebagai tukang servis payung tidak akan ditinggalkannya.
Sebagai seorang tukang servis payung, dalam dirinya dia bermimpi ingin mengabdikan diri kepada negara. Jika selama ini dia memperbaiki payung pelanggannya, dia kelak ingin memperbaiki payung negara yang rusak. Hal itu membuat dia mulai mengenal dunia politik.
Pada tahun 1995 dia menjadi anggota Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Saat ada kesempatan, ini dia memberanikan diri menjadi salah satu caleg dari Partai Gerindra yang mengusung Letjen (Purn) Prabowo Subiyanto sebagai presidennya.
Dengan hanya bermodalkan keberanian, tukang servis payung ini menjalani kegiatan kampanyenya sangat sederhana. Jika caleg lain berdandan parlente ayaknya politikus, Santo hanya membawa peralatan untuk memperbaiki payung serta engenakan kaos oblong. Dia memperkenalkan diri dan meminta doa restu pada semua orang yang dijumpai agar memilih dirinya.
Atas kenekatan itu, membuat Santo terkadang menjadi pergunjingan tetangga. Banyak diantara mereka yang heran dan tak percaya dengan keberadaan santo sebagai caleg. Tak jarang pula dengan ulahnya itu dia ditangapi dengan sinis, bahkah menjadi ajang ledekan. "Mengurus diri sendiri saja tidak bisa kok mau ngurusi rakyat," begitu kata dia menirukan ucapatan tetangganya.
Namun demikian, adapula yang menanggapinya dengan positif. Imam (35) salah seorang pedagang di pasar Petanahan justru mengaku kagum dan salut dengan keberanian santo yang seorang servis payung mencalonkan diri sebagai caleg. "Kok ada orang seperti Santo. Tapi jujur saya salut atas keberaniannya," katanya.
Santo mengaku semua kegiatan kampanye dirinya tidak mengeluarkan biaya sepersen pun. Dana yang dikeluarkan berasal dari bantuan dari teman-temannya yang kagum dengan keberanian dirinya mencalonkan diri menjadi caleg. Dia berpegangan ada pribahasa yang mengatakan gajah berjalan silahkan seperti gajah dan semut berjalan layaknya seekor semut.
"Saya tidak silau dan minder dengan para caleg yang berkampanye dengan mewah. saya masih tetap akan berjalan seperti biasa layaknya seorang servis payung," katanya.
(Supriyanto /CN09)
sumber:http://www.suaramerdeka.com
Dengan mengenakan kaos oblong sebuah partai yang sudah lusuh, laki-laki itu mengeluarkan lembar demi lembar stiker. Ada yang diberikan kepada warga, ditempel di depan kios, atau di caping seorang pedagang. Dari lorong satu dia kemudian menuju ke lorong lainnya melakukan hal yang sama; bagi-bagi stiker.
Laki-laki itu adalah Susanto (42). Di kalangan pedagang pasar dia dikenal sebagai seorang tukang servis payung. Karena profesinya itu, oleh orang-orang dia diberi nama julukan yakni Santo Payung. Nama itu melekat di dalam dirinya. Bahkan sebagian orang sampai tidak tahu nama dia sebenarnya.
Sesuai dengan julukannya, ayah dua anak ini tidak jauh dengan payung. Di rumahnya di Desa Jatimulyo RT 1 RW 01 Kecamatan Petanahan, Santo melayani jasa servis payung yang rusak. Tak hanya itu, pria yang mengidolakan sosok bung karno itu acap kali keliling kampung mencari payung-payung yang rusak.
Dari pekerjaan itulah dia mengantungkan ekonomi keluarga. Profesinya sebagai tukang servis payung keliling terbilang belum bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Kehidupan keluarganya yang pun berada diujung tanduk. Bahkan Susanti istrinya yang selama 15 tahun telah menemani dirinya kini pergi meninggalkan dia bersama dua buah hatinya Santika (13) dan Hengky Asep Mardika (9).
Namun kehidupan yang berat itu, tidak mengendorkan tekadnya untuk bermimpi lebih tinggi. Dia pun memberanikan diri terjun di dunia politik. Terkait dengan aksi bagi-bagi stiker itu, pria kelahiran Kebumen 17 juli 1967 terkait dengan pencalonanya sebagai calon anggota legislatif (caleg) dari Partai Gerindra.
Tukang servis payung itu menjadi caleg di daerah pemilihan (dapil) 4 dengan nomor urut 4. Dia ingin mewujudkan keinginannya untuk mengayomi rakyat kecil dan memperbaiki "payung negara" yang selama ini dirasanya sudah dirusak oleh anak bangsa sendiri. Dia berjanji ketika dirinya terpilih duduk dibangku legislatif profesi sebagai tukang servis payung tidak akan ditinggalkannya.
Sebagai seorang tukang servis payung, dalam dirinya dia bermimpi ingin mengabdikan diri kepada negara. Jika selama ini dia memperbaiki payung pelanggannya, dia kelak ingin memperbaiki payung negara yang rusak. Hal itu membuat dia mulai mengenal dunia politik.
Pada tahun 1995 dia menjadi anggota Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Saat ada kesempatan, ini dia memberanikan diri menjadi salah satu caleg dari Partai Gerindra yang mengusung Letjen (Purn) Prabowo Subiyanto sebagai presidennya.
Dengan hanya bermodalkan keberanian, tukang servis payung ini menjalani kegiatan kampanyenya sangat sederhana. Jika caleg lain berdandan parlente ayaknya politikus, Santo hanya membawa peralatan untuk memperbaiki payung serta engenakan kaos oblong. Dia memperkenalkan diri dan meminta doa restu pada semua orang yang dijumpai agar memilih dirinya.
Atas kenekatan itu, membuat Santo terkadang menjadi pergunjingan tetangga. Banyak diantara mereka yang heran dan tak percaya dengan keberadaan santo sebagai caleg. Tak jarang pula dengan ulahnya itu dia ditangapi dengan sinis, bahkah menjadi ajang ledekan. "Mengurus diri sendiri saja tidak bisa kok mau ngurusi rakyat," begitu kata dia menirukan ucapatan tetangganya.
Namun demikian, adapula yang menanggapinya dengan positif. Imam (35) salah seorang pedagang di pasar Petanahan justru mengaku kagum dan salut dengan keberanian santo yang seorang servis payung mencalonkan diri sebagai caleg. "Kok ada orang seperti Santo. Tapi jujur saya salut atas keberaniannya," katanya.
Santo mengaku semua kegiatan kampanye dirinya tidak mengeluarkan biaya sepersen pun. Dana yang dikeluarkan berasal dari bantuan dari teman-temannya yang kagum dengan keberanian dirinya mencalonkan diri menjadi caleg. Dia berpegangan ada pribahasa yang mengatakan gajah berjalan silahkan seperti gajah dan semut berjalan layaknya seekor semut.
"Saya tidak silau dan minder dengan para caleg yang berkampanye dengan mewah. saya masih tetap akan berjalan seperti biasa layaknya seorang servis payung," katanya.
(Supriyanto /CN09)
sumber:http://www.suaramerdeka.com