spirit
Mod
JAKARTA (Suara Karya): Ulat bulu mulai muncul di Kabupaten Jembrana setelah sebelumnya menyerang sejumlah kecamatan di Kabupaten Bulelang dan Kota Denpasar.
Kabid Pertanian Dinas Peternakan, Kehutanan Dan Kelautan Jembrana I Nengah Ribawa saat ditemui di Negara, Selasa, mengakui pihaknya memang menerima laporan dari warga tentang adanya ulat bulu, namun dinilainya masih sebatas kondisi normal.
Koordinator Petugas Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Jembrana Nyoman Jana yang mendampingi Ribawa mengatakan, dirinya mengecek langsung laporan dari warga Dusun Satria, Kelurahan Pendem dan Kelurahan Baler Bale Agung, Kecamatan Negara. "Warga dari Baler Bale Agung mengatakan jika ada ulat di rumahnya, tapi setelah kami cek ternyata cuma tiga ekor," kata Jana.
Menurut Jana, adanya beberapa ekor ulat di rumah penduduk itu masih merupakan hal yang normal. Ribawa dan Jana menduga, warga terlalu ketakutan akan wabah ulat bulu, sehingga cepat melapor ke dinas terkait. Populasi lumayan banyak ditemukan Jana di sebuah pohon sandat di dekat Pura Tamansari, Dusun Satria, Kelurahan Pendem.
Ulat bulu yang jumlahnya diperkirakan antara 300 hingga 500 ekor ini bergerombol di pangkal batang pohon tersebut. "Dari keterangan warga setempat, memang sudah biasa di lokasi itu ada ulatnya di musim penghujan, tapi kali ini memang jumlahnya lebih banyak dibanding biasanya" ujar Jana.
Karena berada persis di samping tembok pura, Jana mengaku, untuk mengambil tindakan harus berkoordinasi dulu dengan pemangku pura setempat.
Keterangan Jana ini berbeda dengan yang disampaikan Kadek Kartika, warga di dekat Pura Tamansari tersebut. Kartika mengatakan, dirinya baru kali ini melihat ratusan ulat bergerombol di pohon sandat itu. "Baru tadi pagi saya melihat ulat-ulat ini, dulu-dulu tidak pernah ada," ujarnya.
Karena wabah ulat bulu tengah menyerang beberapa daerah, Kartika mengaku dirinya takut juga jika ulat bulu tersebut menyebar hingga ke rumahnya. Terkait dengan antisipasi penyebaran ulat bulu, Ribawa menegaskan, pihaknya sudah memerintahkan seluruh POPT untuk waspada. "POPT yang ada di tiap kecamatan sudah kami minta untuk melakukan pengamatan dengan lebih intensif," ujarnya.
Selain itu, penyuluh-penyuluh pertanian yang ada di tiap desa juga diperintahkan melakukan hal yang sama. Agar lebih terkoordinasi, Dinas Peternakan, Kehutanan dan Kelautan akan bersurat ke seluruh camat, kepala desa serta lurah untuk mewaspadai populasi ulat bulu. Di sisi lain, menurut Ribawa, predator alami ulat bulu seperti burung tekukur masih cukup banyak terdapat di Jembrana.
"Tapi, meski predator alaminya masih cukup banyak, kami tetap akan waspada," katanya. Jana menambahkan, untuk antisipasi tidak bisa hanya mengandalkan predator alami saja, karena ia melihat sesuatu yang aneh dengan serangan ulat bulu yang pertama kali muncul di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur itu.
"Selama saya jadi POPT, baru kali ini ada ulat berkembang demikian cepatnya seperti di Probolinggo. Padahal kalau mengacu dari perkembangan normal ulat, tidak akan secepat itu," ujarnya.(*/Antara)