MAGELANG — Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Magelang, Jawa
Tengah, Eko M Widodo menjelaskan, selalu mendukung peningkatan
kualitas sumber daya manusia bidang pendidikan. Sebab,
peningkatan ini akan meningkatkan kualitas manusia Indonesia
dalam menghadapi tantangan global.
Rektor mengatakan, UM Magelang berkomitmen untuk bersinergi
dengan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) bidang pendidikan,
khususnya dengan pendidikan dasar menengah (Dikdasmen). “UM
Magelang akan selalu mendukung, baik dari segi fasilitas maupun
SDM untuk meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya melalui
kegiatan lokakarya ini,” ujarnya dalam lokasinya penyusunan soal
Al-Islam Kemuhammadiyahan, Senin (16/i).
Kegiatan yang diikuti 40 guru pendidikan agama Islam tersebut
merupakan kerja sama UM Magelang dengan Koordinator Majelis
Dikdasmen eks-Keresi denan Kedu.
Koordinator Majelis Dikdasmen eks-Keresi denan Kedu, Edy
Sucahyo, menuturkan dalam lokasinya ini guru dilatih menyusun
soal yang sesuai dengan kaidah yang benar. Arahnya adalah
peningkatan kualitas guru pendidikan agama Islam (PM) tingkat
SMP dan SMA/SMK di lingkungan Majelis Dikdasmeri PDM Kedu.
Selain itu, juga sebagai ajang silaturahim guru-guru PAT tingkat
SMP dan SMA/SMK di lingkungan Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah
Muharnmadiyah (PDM) di wilayah Kedu. Dalam kegiatan tersebut
para peserta mendapatkan dana materi penting, yaitu tentang
teknis penyusunan soal yang disampaikan oleh Budi Isdianto
(instruktur nasional) dan tentang internalisasi nilai-nilai
Islam dan Kemuhammadiyahan yang disampaikan Imam Mawardi (dosen
UM Magelang).
Ketua PDM Kota Magelang Solichin yang membuka kegiatan tersebut
menuturkan, guru ibarat juru masak. Peranan
nya
meracik bumbu masakan. “Enak dan tidaknya suatu masakan
tergantung pada kokinya. Siswa adalah suatu bahan yang akan
dibentuk oleh guru, make basil siswa sangat dipengaruhi oleh
kualitas guru,” kata dia.
Ia menuturkan, guru PM di Muhammadiyah adalab salah satu
penghasil produk pembeda dan sekolah lain. Muatan tentang
pendidikan keislaman dan Kemuhammadiyahan menjadikan siswa
mampu memahami Islam sebagai agama yang toleran, sekaligus
sebagai sumber pergerakan untuk meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat. Hal ini menjadi ciri khas yang
membedakan sekolah Muhammadiyah
dengan sekolah umum.
“Oleh karena itu, guru PAl di Muhammadiyah harus mampu meracik
sesuatu menjadi yang berbeda dan menarik, setidaknya membentuk
akhlak siswa untuk berbeda dengan sekolah lain,”
ujarnya. S antara ed: erdy nasruu
Sumber Republika
Tengah, Eko M Widodo menjelaskan, selalu mendukung peningkatan
kualitas sumber daya manusia bidang pendidikan. Sebab,
peningkatan ini akan meningkatkan kualitas manusia Indonesia
dalam menghadapi tantangan global.
Rektor mengatakan, UM Magelang berkomitmen untuk bersinergi
dengan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) bidang pendidikan,
khususnya dengan pendidikan dasar menengah (Dikdasmen). “UM
Magelang akan selalu mendukung, baik dari segi fasilitas maupun
SDM untuk meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya melalui
kegiatan lokakarya ini,” ujarnya dalam lokasinya penyusunan soal
Al-Islam Kemuhammadiyahan, Senin (16/i).
Kegiatan yang diikuti 40 guru pendidikan agama Islam tersebut
merupakan kerja sama UM Magelang dengan Koordinator Majelis
Dikdasmen eks-Keresi denan Kedu.
Koordinator Majelis Dikdasmen eks-Keresi denan Kedu, Edy
Sucahyo, menuturkan dalam lokasinya ini guru dilatih menyusun
soal yang sesuai dengan kaidah yang benar. Arahnya adalah
peningkatan kualitas guru pendidikan agama Islam (PM) tingkat
SMP dan SMA/SMK di lingkungan Majelis Dikdasmeri PDM Kedu.
Selain itu, juga sebagai ajang silaturahim guru-guru PAT tingkat
SMP dan SMA/SMK di lingkungan Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah
Muharnmadiyah (PDM) di wilayah Kedu. Dalam kegiatan tersebut
para peserta mendapatkan dana materi penting, yaitu tentang
teknis penyusunan soal yang disampaikan oleh Budi Isdianto
(instruktur nasional) dan tentang internalisasi nilai-nilai
Islam dan Kemuhammadiyahan yang disampaikan Imam Mawardi (dosen
UM Magelang).
Ketua PDM Kota Magelang Solichin yang membuka kegiatan tersebut
menuturkan, guru ibarat juru masak. Peranan
nya
meracik bumbu masakan. “Enak dan tidaknya suatu masakan
tergantung pada kokinya. Siswa adalah suatu bahan yang akan
dibentuk oleh guru, make basil siswa sangat dipengaruhi oleh
kualitas guru,” kata dia.
Ia menuturkan, guru PM di Muhammadiyah adalab salah satu
penghasil produk pembeda dan sekolah lain. Muatan tentang
pendidikan keislaman dan Kemuhammadiyahan menjadikan siswa
mampu memahami Islam sebagai agama yang toleran, sekaligus
sebagai sumber pergerakan untuk meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat. Hal ini menjadi ciri khas yang
membedakan sekolah Muhammadiyah
dengan sekolah umum.
“Oleh karena itu, guru PAl di Muhammadiyah harus mampu meracik
sesuatu menjadi yang berbeda dan menarik, setidaknya membentuk
akhlak siswa untuk berbeda dengan sekolah lain,”
ujarnya. S antara ed: erdy nasruu
Sumber Republika