Universal dan Partikular

Megha

New member
Salam...

Bermula dari diskusi di milist yahoogroup yang sedikit 'alot' tentang
permasalahan penggunaan kata-kata umum dan khusus, maka tulisan ini sengaja saya
buat untuk mempermudah kita dalam memilah kata-kata umum dan khusus yang sering
digunakan dalam diskusi-diskusi online.



Pembicaraan tentang perkara umum dan khusus ini akan lebih mudah jika kita
mengetahui terlebih dahulu tentang dua hal yang menjadi fokus dari permasalahan
suatu subjek, yaitu pertama konsepsi tentang zat (esensi) dan dan yang kedua
pendefinisian atau penilaian tentang sifat (aksidental) .



Pertama bicara tentang esensi, konsepsi tentang esensi ini sendiri bisa
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yang pertama konsepsi tentang zat yang
bersifat umum (universal) dan yang kedua adalah zat yang bersifat khusus
(partikular).



Kita mulai dari esensi yang bersifat umum, pembicaran yang merujuk kepada
hal-hal yang bersifat universal atau umum lebih banyak dijumpai diranah ilmiah,
dan seyogyanya memang digunakan untuk pembicaraan-pembicaraan yang bersifat
ilmiah dan logis.



Misalnya, Apa yang dimaksud dengan lingkaran?

Misalnya, Apa yang dimaksud dengan kehidupan?

Misalnya, Apa yang dimaksud dengan manusia?

Misalnya, Apa yang dimaksud dengan segitiga?

Misalnya, Apa yang dimaksud dengan gunung? Dst.



Pertanyaan-pertanyaan seperti diatas disebut sebagai pertanyaan universal,
karena yang dimaksud dari sipenanya adalah tentang esensi dari masing-masing
hal. Yang mana kemudian akan menghasilkan kesimpulan umum berupa :



Lingkaran itu adalah.

Kehidupan itu adalah.

Manusia itu adalah.

Segitiga itu adalah..

Gunung itu adalah..dst.



Pengertian umum yang dihasilkan dari pertanyaan tersebut akan menjadi acuan
standar karena bisa digunakan dimana saja dan oleh siapa saja secara umum bahkan
tanpa batas. Sehingga ketika orang bertanya apakah yang dimaksud dengan
lingkaran maka sipenanya akan mendapatkan jawaban yang sama dari semua orang
yang menjawab tanpa memandang perbedaan ras, negara, budaya dan agama sehingga
terjaga independensi hakikat (esensi) dari perkara yang ditanyakan.



Sekarang ke esensi yang bersifat khusus. Pembicaraan yang bersinggungan dengan
perihal-perihal khusus biasanya ditujukan kepada nama sesuatu dengan menunjuk
kepada benda/hal yang bersangkutan. Dan pembicaraan mengenai masalah ini umumnya
ditemukan dalam kesehari-harian kita, dan memang seyogyanya pembicaraan mengenai
sifat-sifat khusus ini digunakan dalam pembicaraan non ilmiah.



Misalnya, ketika kita bercerita dengan tetangga perihal Hasan anaknya pak
Husin. Kata 'Hasan' dan 'Pak Husin' adalah 'esensi khusus' tentang orang yang
bernama Hasan sebagai Anaknya Pak Husin. Esensi khusus disitu berbicara tentang
satu pribadi, yaitu Pribadi Hasan.



Akan menjadi berbeda kalau kita bercerita kepada tetangga, bahwa nama Hasan
adalah nama yang baik untuk anak laki-laki. Pengertian kata 'Hasan' disana akan
berubah makna menjadi esensi yang bersifat umum (universal) karena nama Hasan
belum mengikat ke pribadi manapun.



Kasus ini persis seperti kasus ketika saya menemui diskusi yang sulit di
yahoogroup yang membicarakan perbedaan penggunaan kata umum dan khusus terhadap
satu objek. Misalnya kata 'berlari'. Kata 'berlari' adalah satu kata yang
bersifat umum, tapi jika dilekatkan kepada objek tertentu, Misalnya kucing itu
pandai berlari maka maknanya akan berubah menjadi esensi khusus , yaitu esensi
tentang seekor kucing.



Atau dilekatkan kepada objek lain, Misalnya anjing itu pandai berlari., maka
pengertian umum dari kata 'berlari' akan berubah menjadi pengertian khusus
tentang 'seekor Anjing' yang pandai berlari.



Membolak balik subjek dari kalimat yang akan dibicarakan seperti ini sering
menjebak sipembicara kedalam diskusi yang berputar-putar tanpa arah jika kita
tidak sempat memperhatikan bagaimana aturan penggunaan kata-kata khusus ataupun
yang umum.



Pembolak-balikan bisa saja terjadi di kata ganti yang lainnya, misalnya bicara
'Kucing'. Kucing adalah esensi universal., dimana-mana kucing ya kucing. Tapi
kalau kita akan membicarakan tentang kucing mati, maka yang dimaksud sipembicara
tentulah satu kucing, atau kucing tertentu yang sudah atau akan mati. Dan
penyebutan seperti itu akan berubah esensi kucing secara universal menjadi
kucing yang khusus.



Pertanyaannya sekarang adalah, apakah bisa esensi umum dikhususkan? Tentu bisa
sebatas yang dikhususkan adalah objek yang sama. Misalnya kucing, kucing adalah
esensi umum.dan bisa dikhususkan menjadi kucingnya pak budi, kucing itu, kucing
mati, kucing itu bisa berlari dan lain-lain.



Kalau ditambahkan Anjing, apakah kucing masih bisa dikhususkan? Dibandingkan?
Atau disamakan?

Bisa saja! Tapi kedua subjek itu akan kehilangan esensi umumnya (universalnya)
dan menjadi esensi khusus dari kelompok yang lebih besar, yaitu Hewan.



Pengelompokan dari Universal ke khusus seperti itu akan meliputi suatu
pembahasan yang lebih luas, seperti :



1.. Pembahasan tentang Diferensi
2.. Pembahasan tentang Ekuivalensi
3.. Pembahasan tentang Implikasi
4.. Pembahasan tentang Asosiasi


Dan pembahasan tentang keempat kondisi diatas sebenarnya akan menjadi lebih
mudah jika kita bisa memahami dengan baik apa itu esensi universal dan apa itu
esensi khusus dari suatu subjek.


Tulisan itu dari Om Alexander Soebroto www.parapemikir.com, Selamat berpikir & berdebat yah
 
Back
Top