Vaksin Tb Terbaru masyarakat Timika, Papua

Megha

New member


Sejumlah masyarakat Timika, Papua merayakan hari Tuberkulosis Sedunia. Para ahli tengah mencani vaksin-vaksin baru untuk melawan Tb.

Sebuah penelitian tengah dilakukan untuk mencari vaksin jenis post exposure guna melawan penyakit tuberkulosis (Tb). Bila berhasil ditemukan, vaksin itu diperkirakan dapat menurunkan angka kejadian Tb sebesar 20%-40%.

Demikian dikatakan spesialis pulmonologi Prof dr Tjandra Yoga Aditama dalam pidatonya saat dikukuhkan sebagai guru besar tetap dalam bidang pulmonologi dan ilmu kedokteran respirasi pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Sabtu (12/7).

Post exposure merupakan jenis vaksin yang dapat mencegah seseorang yang telah terinfeksi Tb (Tb laten) menjadi sakit Th. Diperkirakan, penelitian tersebut baru bisa selesai pada 2015.
“Tb laten merupakan kondisi seseorang yang terinfeksi bakteri tuberkulosis, namun tidak sampai sakit Tb. Namun pada kondisi daya tahan tubuh yang lemah, Tb laten sewaktu-waktu bisa muncul menjadi sakit Tb,” terang Tjandra.

Selain itu, saat ini tim peneliti di Universitas Oxford, Inggris, juga memiliki kandidat vaksin Tb terbaru. Yakni satu formulasi yang diberi nama MVA-85A. Vaksin itu adalah virus modified vaccinia ankara (MVA) yang telah dimodifikasi secara genetik sehingga tepat berhubungan dengan antigen paling penting pada Th yaitu antigen 85A. namun penelitian terhadap vaksin ini belum final.

Vaksin MVA-85A tersebut merupakan satu di antara sekitar sepuluh kandidat vaksin lain yang tengah dikembangkan untuk Tb dalam bentuk suntik maupun oral. Beberapa di antaranya merupakan vaksin kombinasi DCC. Selama ini, vaksin DCC terbukti efektif mencegah Tb berat, seperti Tb milier dan meningitis hingga 80%.

Tjandra mengungkapkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan Indonesia negara penyumbang tuberkulosis (Tb) terbesar setelah India dan China. Dalam rinciannya, WHO juga menyebutkan jumlah pasien penderita Tb pada 2007 sebesar 94.614 pasien, 56.758 yang sebagian sebagian besar menyerang perempuan pada usianya yang paling produktif.
“Meskipun mengalami penurunan pada 2008, Tb masih menjadi masalah kesehatan penting di dunia,” ujar Tjandra.

Tjandra juga menyebutkan tidak ada satu negara pun yang bisa terbebas dari penyakit menular itu karena ada beberapa hal, di antaranya banyak orang yang tidak menyadari telah terkena Tb, namun karena daya tahan tubuh yang baik sehingga tidak sampai jatuh sakit.

- Resistensi

Kekhawatiran terhadap perkembangan Tb dewasa ini adalah terjadinya resistansi terhadap obat-obatan anti Tb atau multiple yang termasuk lini pertama dan dianggap masih sensitif, seperti rifampisin, INH, pirazinamid, etambutol, dan streptomisin.

Pada kondisi MDR, kuman Tb menjadi tahan terhadap rifampisin dan INH sehingga sulit disembuhkan. Untuk menanganinya, diperlukan obat-obatan lini kedua yang harganya jauh lebih mahal.

Yang menyulitkan, saat ini ada pula kuman Tb yang juga resisten terhadap obat-obatan lini kedua atau kuman Tb yang tergolong ext reme drug resistance (XDR).

Angka MDR tertinggi berada di Baku, ibu kota Azerbaijan, yang mencapai 22,3%. Sementara itu, di Indonesia, WHO memperkirakan kasus Tb MDR mencapai 2%.
 
Back
Top