Kebetulan gw dokter atau setidaknya gw lulusan dari sekolah kedokteran.
Tidak akan pernah ada ceritanya seorang dokter berkata kepada pasiennya "Saya menvonis umur anda tinggal X bulan lagi" atau "I sentence you that you'll live 4 months longer". Kata vonis dan sentence itu hanya dipersepsikan oleh orang luar dunia kedokteran. Yang ada hanyalah pengambilan kesimpulan berdasarkan analisa medis yang dilakukan untuk sebuah penyakit tertentu. Bicara soal kematian, di dunia kedokteran itu ada yang namanya vital signs, seperti denyut jantung, respiratory rate (apa nih bahasa indonya? laju pernapasan kali ya), temperatur tubuh dan tekanan darah. Dari keempatnya itu punya measure sendiri2 pada ukuran atau tingkatan tertentu sehingga seseorang bisa dikatakan tidak punya lagi vital signs alias mati.
Lalu darimana seorang dokter bisa menentukan masa "hidup" seseorang? Jelas bukan melalui analisa yang asal cuap, tapi melalui tahapan2 pemeriksaan medis. Secara gampangnya begini, jika misalnya seseorang terkena kanker, hal itu bisa dianalisa laju perkembangan sel kankernya, sehingga bisa dikira2 kapan laju tersebut bisa "mematikan" vital signs seseorang.
Umur manusia memang di tangan Tuhan, tapi vital signs manusia itu bisa dianalisa secara medis.
Analoginya begini, ada mobil melaju dengan kecepatan rata2 100 km/jam, melakukan perjalanan dari jakarta bandung, dengan mengetahui berapa jarak tempuh antara jakarta bandung, kita bisa menentukan waktu yang akan dicapai oleh mobil tadi untuk sampai pada tujuan. Itu yang di analisa oleh dunia medis. Lain urusannya jika mobil itu tadi pecah ban ditengah jalan, atau si sopir berhenti dulu di warung remang-remang untuk "ihik ihik" dengan PSK, tapi yang pasti secara ilmu pengetahuan bisa ditentukan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Jadi dokter itu nggak menentukan umur orang, tapi menganalisa hidup matinya berdasarkan perkiraan dan analisa kapan vital signs seseorang itu akan "mati".