gupy15
Mod
abu, 25 Juni 2008 | 16:42 WIB
www.kompas.com
Waspada, Batubara Penghasil CO2 Terbanyak
SINGAPURA, RABU - Diantara barang-barang tambang yang digunakan sebagai pembangkit listrik, batubara merupakan sumber penghasil karbondioksida atau CO2 terbesar, yakni 1.006 gram pada setiap kilo watt jam atau kwh listrik yang dihasilkan. Ini ditekankan karena sumbangan batubara terhadap polusi sangat tinggi. Atas dasar itu, setiap negara yang ingin mengembangkan pembankit listrik tenaga batubara sebaiknya menggunakan mesin pembangkit yang mampu mereduksi produksi CO2 tersebut.
General Manager Operasi Komersial untuk Kawasan Asia dari General Electric (GE) , Alan F Sides mengungkapkan hal tersebut di Singapura, Rabu (25/6) dalam seminar terbatas bertajuk Asia Energy Executive Education (AEEE) yang digelar GE.
Menurut Sides, karbon yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga angin adalah 14 gram per kwh, sementara dari pembangkit listrik tenaga matahari sebanyak 17-39 gram per kwh. Adapun karbon yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir masih relatif rendah, yakni 16-55 gram per kwh. Kemudian karbon yang dihasilkan dari tenaga listrik berbasis gas mencapai 466 gram per kwh.
Bandingkan dengan karbon dari pembangkit bertenaga batubara yang jauh lebih tinggi yakni 1.006 gram per kwh. "Dengan demikian, pilihannya sudah jelas, tenaga mana yang paling ramah lingkungan," ujar Sides.
Pengembangan energi alternatif menjadi syarat utama pengamanan pasokan energi di masa mendatang. Itu disebabkan peningkatan jumlah penduduk dunia sangat tinggi, yakni dari 6,4 miliar jiwa di tahun 2005 menjadi 8,4 miliar orang di 2030. Kenaikan jumlah penduduk itu diiringi oleh melonjaknya konsumsi terhadap energi. Namun, peningkatan konsumsi itu tidak diiringi kenaikan pasokan energi.
"Dalam kondisi itu, semua alternatif perlu dipikirkan, termasuk mengembangkan energi dari biomassa, terutama gas metan yang dihasilkan dari sampah," ujar Sides.
Saat ini, pengembangan pembangkit listrik tenaga sampah belum maksimal di Indonesia. Pengembangan energi sampah ini justru berkembang di Eropa. Salah satu penyebabnya adalah mahalnya mesin pengolah sampah tersebut. Mesin buatan GE yang menghasilkan listrik 1 megawatt harus dibeli dengan harga 350.000 euro per unit atau sekitar Rp 5,1 miliar per unit.
www.kompas.com
Waspada, Batubara Penghasil CO2 Terbanyak
SINGAPURA, RABU - Diantara barang-barang tambang yang digunakan sebagai pembangkit listrik, batubara merupakan sumber penghasil karbondioksida atau CO2 terbesar, yakni 1.006 gram pada setiap kilo watt jam atau kwh listrik yang dihasilkan. Ini ditekankan karena sumbangan batubara terhadap polusi sangat tinggi. Atas dasar itu, setiap negara yang ingin mengembangkan pembankit listrik tenaga batubara sebaiknya menggunakan mesin pembangkit yang mampu mereduksi produksi CO2 tersebut.
General Manager Operasi Komersial untuk Kawasan Asia dari General Electric (GE) , Alan F Sides mengungkapkan hal tersebut di Singapura, Rabu (25/6) dalam seminar terbatas bertajuk Asia Energy Executive Education (AEEE) yang digelar GE.
Menurut Sides, karbon yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga angin adalah 14 gram per kwh, sementara dari pembangkit listrik tenaga matahari sebanyak 17-39 gram per kwh. Adapun karbon yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir masih relatif rendah, yakni 16-55 gram per kwh. Kemudian karbon yang dihasilkan dari tenaga listrik berbasis gas mencapai 466 gram per kwh.
Bandingkan dengan karbon dari pembangkit bertenaga batubara yang jauh lebih tinggi yakni 1.006 gram per kwh. "Dengan demikian, pilihannya sudah jelas, tenaga mana yang paling ramah lingkungan," ujar Sides.
Pengembangan energi alternatif menjadi syarat utama pengamanan pasokan energi di masa mendatang. Itu disebabkan peningkatan jumlah penduduk dunia sangat tinggi, yakni dari 6,4 miliar jiwa di tahun 2005 menjadi 8,4 miliar orang di 2030. Kenaikan jumlah penduduk itu diiringi oleh melonjaknya konsumsi terhadap energi. Namun, peningkatan konsumsi itu tidak diiringi kenaikan pasokan energi.
"Dalam kondisi itu, semua alternatif perlu dipikirkan, termasuk mengembangkan energi dari biomassa, terutama gas metan yang dihasilkan dari sampah," ujar Sides.
Saat ini, pengembangan pembangkit listrik tenaga sampah belum maksimal di Indonesia. Pengembangan energi sampah ini justru berkembang di Eropa. Salah satu penyebabnya adalah mahalnya mesin pengolah sampah tersebut. Mesin buatan GE yang menghasilkan listrik 1 megawatt harus dibeli dengan harga 350.000 euro per unit atau sekitar Rp 5,1 miliar per unit.