tribudhis
New member
Zhang Ling di Wenling, Cina – A Road Warrior?
Manusia dikenal sebagai mahluk yang dapat melakukan apa saja,
Walau pada saat yang sama harus diakui bisa juga kebalikannya.
Yang dibayangkan sangat mudah eh … malah jadi sulit tak terkira.
Kadang yang sangat sulit malah dilakukan amat sangat mudahnya.
Inilah mahluk yang ketergantungan dan keterbatasannya luar biasa,
Tetapi pada saat yang sama imajinasi serta bakat kemampuannya
Dapat lampaui apa saja, bahkan semesta tak bisa mengurungnya.
Ambil saja contoh yang dilakukan oleh Zhang Ling di Wenling, Cina.
Keteguhan harinya benar-benar tidak terbayangkan dan luar biasa
Apalagi semua dilakukan di Cina, yang masih komunis ideologinya.
Di negeri yang berideologi komunis sepanjang sejarah mencatatnya,
Belum pernah ada yang namanya negara kalah melawan warganya.
Yang banyak menjadi berita pada media jelas adalah kebalikannya.
Kepentingan negara di atas segala-galanya, sedangkan para warga
Harus siap mengalah kapan saja … manakala kepentingan negara
Menghendakinya, warga menjadi nomer dua, bukan prioritas utama.
Karenanya menjadi amat sangat luar biasa kala seorang warga Cina
Dengan gagah berani menolak serta menantang keputusan negara.
Di Indonesia kejadian seperti ini amatlah lumrah dan sangatlah biasa.
Warga atau sekelompok warga berdiri tegak dan menantang negara.
Persoalan tanah seringkali menjadi pemicu utama perlawanan warga.
Jika satu institusi, entah atas nama sendiri entah atas nama penguasa
Berani-berani menggusur satu area tempat warga sudah lama di sana,
Maka perlawanan keras dan sengit jelas akan terlihat di mana-mana.
Bahkan ketika otoritas penguasa menggunakan aparatur bersenjata,
Warga tak pernah gentar menghadapinya, nyawa siap jadi taruhannya.
Lahan jelas segala-galanya bagi mereka, tanpa lahan bagaimana bisa
Menghidupi keluarga, membina masa depan sejahtera, hidup bahagia
Seperti yang dijanjikan oleh para pendiri negara dalam konstitusinya?
Lahan dan rumah, apa pun statusnya, pantas dibela taruhan nyawa.
Karena ini masa depan, karena ini menyangkut mati hidup keluarga.
Jadi jika ada rumah atau bangunan kokoh berdiri di tengah marga,
Ini benar-benar hal yang biasa karena warga pertahankan miliknya,
Sementara negara berkeras membangun sarana tepat melewatinya.
Manakala kesepakatan ganti untung gagat mencapai titik temunya,
Maka begitulah jadinya, jalan mulus dan lebar sudah hampir purna,
Tapi di satu titik di tengah jalan berdiri kokoh bangunan milik warga.
Memang kondisi ini menjengkelkan bagi para pengguna jalan raya,
Eh, enak-enak melaju kencang di jalan raya mulus, berhenti jadinya
Karena jalan macet menyempit … ada rumah di tengah jalan raya.
Jelas akan banyak yang menggerutu tetapi apa yang hendak dikata,
Inilah arti dan makna hak seorang warga yang dilindungi uu negara.
Tapi ini semua terjadi di negeri demokrasi yang dasarnya pancasila,
Hak asasi manusia dijunjung tinggi, walau kadang itu cuma katanya,
Jadi negara memang tidak bisa semena-mena menggusur warganya.
Lalu bagaimana jika hal yang sama terjadi di Cina yang ideologinya
Sampai sekarang tampaknya tidak berubah … komunis namanya?
Yah … pastilah hebat luar biasa karena nyatanya ada warga biasa
Dengan gagah berani menantang negara walau jelas dah tujuannya.
Silahkan bayangkan ini kejadian dengan memulai dari gambar utama.
Sebuah bangunan – modern ya - bergaya apartemen berlantai lima,
Ada banyak penghuni, ada banyak keluarga tinggal menetap di sana,
Dua deret di antaranya, mulai dari lantai eka sampai ke lantai limanya,
Tampaknya dikuasai oleh satu keluarga, tentu banyak juga kerabatnya.
Kehidupan tenang, damai, serta semua penghuni terus asyik bekerja
Sampai pada suatu ketika negara memutuskan membangun sarana,
Jalan raya namanya, empat jalur besar lebarnya, dan … lintasannya?
Tepat menerjang apartemen berlantai lima yang semula tenang saja.
Walau komunis ideologinya, tapi amat liberal dalam gerak langkahnya,
Buktinya investor masuk berlomba-lomba, dan lapangan kerja terbuka,
Hampir semua tenaga kerja dapat diserap industri negara atau swasta,
Pemerintah Cina tampaknya sangat menghargai hak milik warganya,
Ini terbukti dilakukannya negosiasi untuk membebaskan lahan warga.
Jual beli terjadi, dan proyek jalan dapat dilaksanakan dengan segera.
Semua warga rela menjual dan menerima ganti untung dari negara.
Mereka sudah pindah … mungkin ke apartemen yang lebih istimewa,
Kecuali Zhang Lin yang beranggapan negara amat rendah tawarannya.
Titik temu tak tercapai, proyek jalan terus berjalan dan nyaris sempurna,
Kecuali tepat pada dua deret bangunan apartemen yang berlantai lima,
Dicat kuning lembut dengan garis pintu jendela dipilih warna coklat muda,
Sementara tirai hijau muda di balik jendela seakan-akan pantulkan nada
Kami tidak akan pindah dan merelakan ini bangunan menjadi jalan raya
Selama negara tidak mau membayar kami dengan harga sepantasnya.
Dan akhirnya jadilah semuanya … dua deret apartemen berlantai lima
Tegak menantang tepat di tengah jalan raya lebar yang empat jalurnya.
Dan ini terjadi di Cina yang sampai sekarang masih komunis ideologinya.
Konon jalan memang masih belum dibuka dan ketika Zhang Lin ditanya,
Lho jika nanti sudah dibuka bagaimana, bukankah tak nyaman rasanya
Punya rumah tepat persis di tengah jalan raya … dengan ringan ini pria
Yang usianya tidak lagi muda dan lewat paro baya, menjawab gembira,
Saya tidak pindah karena negara belum menawarkan kompensasi dana
Yang patut, layak dan memadai dan nanti kalau jalan raya sudah dibuka
Ada rencana jadikan lantai dasar sebagai restoran drive-through pertama
Yang ada di tengah jalan raya dan saya yakin inilah yang pertama di Cina.
Yang tak mau berhenti membeli ya lewat depan atau belakang rumah saya
Yang mau membeli silahkan masuk ke rumah lengkap dengan mobilnya.
Ha … ha … ha … pria ini ada benarnya juga, semoga negara tak tergoda
Menggunakan otoritas dan kuasanya membungkam ini pria setengah baya
Sehingga selalu ada contoh bagi pemerintah Indonesia yang berpancasila
Hendaknya tidak menggunakan kekuatan negara untuk menggusur warga.
Jika negara komunis saja terbukti bisa, lalu apa alasan negara pancasila
Tidak bisa melakukan hal yang sama … menghargai hak-hak warganya?
Trafo di gardu penting fungsinya, pengatur distribusi listrik ke semua area.
Bravo kau Zhang Lin dari Cina, pria pemberani nyentrik dari negeri panda.
Dr. Tri Budhi Sastrio – tribudhis@yahoo.com – Poznan, Poland
Manusia dikenal sebagai mahluk yang dapat melakukan apa saja,
Walau pada saat yang sama harus diakui bisa juga kebalikannya.
Yang dibayangkan sangat mudah eh … malah jadi sulit tak terkira.
Kadang yang sangat sulit malah dilakukan amat sangat mudahnya.
Inilah mahluk yang ketergantungan dan keterbatasannya luar biasa,
Tetapi pada saat yang sama imajinasi serta bakat kemampuannya
Dapat lampaui apa saja, bahkan semesta tak bisa mengurungnya.
Ambil saja contoh yang dilakukan oleh Zhang Ling di Wenling, Cina.
Keteguhan harinya benar-benar tidak terbayangkan dan luar biasa
Apalagi semua dilakukan di Cina, yang masih komunis ideologinya.
Di negeri yang berideologi komunis sepanjang sejarah mencatatnya,
Belum pernah ada yang namanya negara kalah melawan warganya.
Yang banyak menjadi berita pada media jelas adalah kebalikannya.
Kepentingan negara di atas segala-galanya, sedangkan para warga
Harus siap mengalah kapan saja … manakala kepentingan negara
Menghendakinya, warga menjadi nomer dua, bukan prioritas utama.
Karenanya menjadi amat sangat luar biasa kala seorang warga Cina
Dengan gagah berani menolak serta menantang keputusan negara.
Di Indonesia kejadian seperti ini amatlah lumrah dan sangatlah biasa.
Warga atau sekelompok warga berdiri tegak dan menantang negara.
Persoalan tanah seringkali menjadi pemicu utama perlawanan warga.
Jika satu institusi, entah atas nama sendiri entah atas nama penguasa
Berani-berani menggusur satu area tempat warga sudah lama di sana,
Maka perlawanan keras dan sengit jelas akan terlihat di mana-mana.
Bahkan ketika otoritas penguasa menggunakan aparatur bersenjata,
Warga tak pernah gentar menghadapinya, nyawa siap jadi taruhannya.
Lahan jelas segala-galanya bagi mereka, tanpa lahan bagaimana bisa
Menghidupi keluarga, membina masa depan sejahtera, hidup bahagia
Seperti yang dijanjikan oleh para pendiri negara dalam konstitusinya?
Lahan dan rumah, apa pun statusnya, pantas dibela taruhan nyawa.
Karena ini masa depan, karena ini menyangkut mati hidup keluarga.
Jadi jika ada rumah atau bangunan kokoh berdiri di tengah marga,
Ini benar-benar hal yang biasa karena warga pertahankan miliknya,
Sementara negara berkeras membangun sarana tepat melewatinya.
Manakala kesepakatan ganti untung gagat mencapai titik temunya,
Maka begitulah jadinya, jalan mulus dan lebar sudah hampir purna,
Tapi di satu titik di tengah jalan berdiri kokoh bangunan milik warga.
Memang kondisi ini menjengkelkan bagi para pengguna jalan raya,
Eh, enak-enak melaju kencang di jalan raya mulus, berhenti jadinya
Karena jalan macet menyempit … ada rumah di tengah jalan raya.
Jelas akan banyak yang menggerutu tetapi apa yang hendak dikata,
Inilah arti dan makna hak seorang warga yang dilindungi uu negara.
Tapi ini semua terjadi di negeri demokrasi yang dasarnya pancasila,
Hak asasi manusia dijunjung tinggi, walau kadang itu cuma katanya,
Jadi negara memang tidak bisa semena-mena menggusur warganya.
Lalu bagaimana jika hal yang sama terjadi di Cina yang ideologinya
Sampai sekarang tampaknya tidak berubah … komunis namanya?
Yah … pastilah hebat luar biasa karena nyatanya ada warga biasa
Dengan gagah berani menantang negara walau jelas dah tujuannya.
Silahkan bayangkan ini kejadian dengan memulai dari gambar utama.
Sebuah bangunan – modern ya - bergaya apartemen berlantai lima,
Ada banyak penghuni, ada banyak keluarga tinggal menetap di sana,
Dua deret di antaranya, mulai dari lantai eka sampai ke lantai limanya,
Tampaknya dikuasai oleh satu keluarga, tentu banyak juga kerabatnya.
Kehidupan tenang, damai, serta semua penghuni terus asyik bekerja
Sampai pada suatu ketika negara memutuskan membangun sarana,
Jalan raya namanya, empat jalur besar lebarnya, dan … lintasannya?
Tepat menerjang apartemen berlantai lima yang semula tenang saja.
Walau komunis ideologinya, tapi amat liberal dalam gerak langkahnya,
Buktinya investor masuk berlomba-lomba, dan lapangan kerja terbuka,
Hampir semua tenaga kerja dapat diserap industri negara atau swasta,
Pemerintah Cina tampaknya sangat menghargai hak milik warganya,
Ini terbukti dilakukannya negosiasi untuk membebaskan lahan warga.
Jual beli terjadi, dan proyek jalan dapat dilaksanakan dengan segera.
Semua warga rela menjual dan menerima ganti untung dari negara.
Mereka sudah pindah … mungkin ke apartemen yang lebih istimewa,
Kecuali Zhang Lin yang beranggapan negara amat rendah tawarannya.
Titik temu tak tercapai, proyek jalan terus berjalan dan nyaris sempurna,
Kecuali tepat pada dua deret bangunan apartemen yang berlantai lima,
Dicat kuning lembut dengan garis pintu jendela dipilih warna coklat muda,
Sementara tirai hijau muda di balik jendela seakan-akan pantulkan nada
Kami tidak akan pindah dan merelakan ini bangunan menjadi jalan raya
Selama negara tidak mau membayar kami dengan harga sepantasnya.
Dan akhirnya jadilah semuanya … dua deret apartemen berlantai lima
Tegak menantang tepat di tengah jalan raya lebar yang empat jalurnya.
Dan ini terjadi di Cina yang sampai sekarang masih komunis ideologinya.
Konon jalan memang masih belum dibuka dan ketika Zhang Lin ditanya,
Lho jika nanti sudah dibuka bagaimana, bukankah tak nyaman rasanya
Punya rumah tepat persis di tengah jalan raya … dengan ringan ini pria
Yang usianya tidak lagi muda dan lewat paro baya, menjawab gembira,
Saya tidak pindah karena negara belum menawarkan kompensasi dana
Yang patut, layak dan memadai dan nanti kalau jalan raya sudah dibuka
Ada rencana jadikan lantai dasar sebagai restoran drive-through pertama
Yang ada di tengah jalan raya dan saya yakin inilah yang pertama di Cina.
Yang tak mau berhenti membeli ya lewat depan atau belakang rumah saya
Yang mau membeli silahkan masuk ke rumah lengkap dengan mobilnya.
Ha … ha … ha … pria ini ada benarnya juga, semoga negara tak tergoda
Menggunakan otoritas dan kuasanya membungkam ini pria setengah baya
Sehingga selalu ada contoh bagi pemerintah Indonesia yang berpancasila
Hendaknya tidak menggunakan kekuatan negara untuk menggusur warga.
Jika negara komunis saja terbukti bisa, lalu apa alasan negara pancasila
Tidak bisa melakukan hal yang sama … menghargai hak-hak warganya?
Trafo di gardu penting fungsinya, pengatur distribusi listrik ke semua area.
Bravo kau Zhang Lin dari Cina, pria pemberani nyentrik dari negeri panda.
Dr. Tri Budhi Sastrio – tribudhis@yahoo.com – Poznan, Poland