Dipi76
New member
Ruqayyah binti Muhammad SAW: Sang Pemilik Cahaya
Ruqayyah dilahirkan sekitar 20 tahun sebelum Hijrah. Ia adalah putri kedua Rasulullah SAW dan Khadijah Al-Kubra. Sebelum masa kenabian Muhammad SAW, Ruqayyah dinikahkan dengan Utbah bin Abu lahab. Sebenarnya hal ini sangat tidak disukai oleh Khadijah, karena ia sangat mengetahui perilaku ibu Utbah, Ummu Jamil binti Harb, yang terkenal berperangai buruk dan jahat. Ia khawatir putrinya akan memperoleh sifat-sifat buruk dari ibu mertuanya tersebut.
Dan ketika Rasulullah diangkat menjadi Nabi, maka Abu Lahablah, orang yang paling memusuhi Rasulullah dan Islam. Abu Lahab kerap menghasut orang-orang Makkah agar memusuhi Nabi dan para sahabat. Begitu pula istrinya, Ummu Jamil, yang senantiasa berusaha mencelakakan Rasulullah dan memfitnahnya.
Atas perilaku Abu lahab dan permusuhannya yang keras terhadap Rasulullah, maka Allah menurunkan firman-Nya: "Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut." (QS Al-Lahab: 1-5)
Setelah ayat ini turun, Abu Lahab berkata kepada anaknya, "Hubungan kita terputus jika kau tidak menceraikan anak perempuan Muhammad."
Ruqayyah masuk Islam bersamaan ketika Ibunya Khadijah juga memilih Islam. Setelah itu Utsman bin Affan menikahinya di Makkah. Hati Ruqayyah pun berseri-seri dengan pernikahannya ini, karena Utsman adalah seorang Muslim yang beriman teguh, berbudi luhur, tampan, kaya raya, dan dari golongan bangsawan Quraisy.
Setelah pernikahan itu, penderitaan kaum Muslimin bertambah berat, dengan tekanan dan penindasan kaum kafir Quraisy. Ketika penderitaan kaum Muslimin bertambah berat, termasuk keluarga Rasululah, maka dengan berat hati Nabi mengizinkan Utsman beserta keluarganya dan beberapa Muslim lainnya untuk berhijrah ke negeri Habasyah.
Rombongan muhajirin ke Habasyah ini membawa 11 orang wanita. Ini berarti bahwa wanita Muslim adalah bagian dari dakwah dan jihad di jalan Allah SWT. Mereka meninggalkan kesenangan hidup berupa harta, anak dan keluarga serta negeri demi Allah.
Anas bin Malik meriwayatkan, Utsman bin Affan keluar bersama istrinya, Ruqayyah, putri Rasulullah SAW menuju negeri Habasyah. Lama Rasulullah SAW tidak mendengar kabar kedua orang itu. Kemudian datang seorang wanita Quraisy berkata, "Wahai Muhammad, aku telah melihat menantumu bersama istrinya."
Nabi SAW bertanya, "Bagaimanakah keadaan mereka ketika kau lihat?"
Wanita itu menjawab, "Dia telah membawa istrinya ke atas seekor keledai yang berjalan perlahan, sementara ia memegang kendalinya."
Maka Rasulullah SAW bersabda, "Allah menemani keduanya. Sesungguhnya Utsman adalah laki-laki pertama yang hijrah membawa istrinya sesudah Luth AS."
Setibanya di Habasyah, mereka memperoleh perlakuan yang sangat baik dari Raja Habasyah. Mereka hidup tenang dan tenteram, hingga datanglah berita bahwa keadaan kaum Muslimin di Makkah telah aman.
Mendengar berita tersebut, disertai kerinduan kepada kampung halaman, maka Utsman memutuskan bahwa kafilah Muslimin yang dipimpinnya itu akan kembali lagi ke Makkah. Mereka pun kembali. Namun apa yang dijumpai berbeda dengan apa yang mereka dengar ketika di Habasyah.
Pada masa itu, mereka menyaksikan keadaan kaum Muslimin yang mendapatkan penderitaan lebih parah lagi. Pembantaian dan penyiksaan atas umat Islam semakin meningkat. Sehingga rombongan ini tidak berani memasuki Makkah pada siang hari. Ketika malam telah menyelimuti kota Makkah, barulah mereka mengunjungi rumah masing-masing yang dirasa aman.
Ruqayyah pun pulang ke rumahnya, melepas rindu terhadap orang tua dan saudara-saudaranya. Namun ternyata ibunya, Khadijah, telah wafat. Ruqayyah dilanda kesedihan yang sangat mendalam. Tak lama kemudian, kaum Muslimin kembali hijrah ke Madinah. Ruqayyah juga ikut hijrah bersama suaminya, Utsman, sehingga dia menjadi wanita yang hijrah dua kali.
Tak berapa lama setelah mereka tinggal di Madinah, bergema seruan Perang Badar. Para sahabat bersiap-siap untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Namun bersamaan dengan itu, Ruqayyah binti Rasulullah SAW diserang sakit. Rasulullah pun memerintahkan Utsman bin Affan untuk tetap tinggal menemani dan merawat istrinya.
Namun maut menjemput Ruqayyah ketika Rasulullah SAW masih berada di medan Badar. Ruqayyah wafat pada bulan Ramadhan tahun kedua Hijrah. Kemudian berita wafatnya Ruqayyah ini dikabarkan oleh Zaid bin Haritsah ke Badar. Pada saat wafatnya Ruqayyah, Rasulullah SAW berkata, "Bergabunglah dengan pendahulu kita, Utsman bin Maz’un."
Menjelang pemakaman Ruqayyah, kaum Muslimin di Badar meraih kemenangan. Berita kemenangan kaum Muslimin ini dibawa pula oleh Zaid bin Haritsah. Ketika memasuki ke kota Madinah, Rasulullah disambut dengan berita pemakaman Ruqayyah.
Ketika Ruqayyah wafat banyak wanita di Madinah menangis sedih, sehingga membuat Umar bin Al-Khathab mengambil cemetinya untuk menghentikan tangisan mereka.
Namun Rasulullah SAW mengambil cemeti yang ada di tangan Umar, seraya bersabda, "Wahai Umar, biarkanlah mereka menangis. Tetapi hati-hatilah dengan bisikan syetan. Yang datang dari hati dan mata adalah dari Allah dan merupakan rahmat. Yang datang dari tangan dan lidah adalah dari syetan."
Fathimah, adik Ruqayyah, duduk di bibir liang kubur kakaknya di samping Rasulullah SAW dan menangis. Melihat putrinya menangis, Rasulullah mengusap air mata Fathimah yang menetes dengan ujung pakaian beliau.
Anas bin Malik bertutur, "Kami melihat prosesi pemakaman Ruqayyah binti Rasulullah SAW. Beliau duduk di atas kuburannya, kemudian kulihat kedua matanya berlinang air mata. Kemudian beliau bertanya, 'Apakah ada salah seorang di antara kalian yang tidak melakukan hubungan suami istri semalam?' Abu Talhah menjawab, 'Saya.' Lalu, Rasulullah SAW berkata, 'Turunlah ke liang kuburnya.' Kemudian Abu Thalhah turun ke liang kuburnya."
Sumber:
Republika
A'lamu An-Nisa
-dipi-
Ruqayyah dilahirkan sekitar 20 tahun sebelum Hijrah. Ia adalah putri kedua Rasulullah SAW dan Khadijah Al-Kubra. Sebelum masa kenabian Muhammad SAW, Ruqayyah dinikahkan dengan Utbah bin Abu lahab. Sebenarnya hal ini sangat tidak disukai oleh Khadijah, karena ia sangat mengetahui perilaku ibu Utbah, Ummu Jamil binti Harb, yang terkenal berperangai buruk dan jahat. Ia khawatir putrinya akan memperoleh sifat-sifat buruk dari ibu mertuanya tersebut.
Dan ketika Rasulullah diangkat menjadi Nabi, maka Abu Lahablah, orang yang paling memusuhi Rasulullah dan Islam. Abu Lahab kerap menghasut orang-orang Makkah agar memusuhi Nabi dan para sahabat. Begitu pula istrinya, Ummu Jamil, yang senantiasa berusaha mencelakakan Rasulullah dan memfitnahnya.
Atas perilaku Abu lahab dan permusuhannya yang keras terhadap Rasulullah, maka Allah menurunkan firman-Nya: "Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut." (QS Al-Lahab: 1-5)
Setelah ayat ini turun, Abu Lahab berkata kepada anaknya, "Hubungan kita terputus jika kau tidak menceraikan anak perempuan Muhammad."
Ruqayyah masuk Islam bersamaan ketika Ibunya Khadijah juga memilih Islam. Setelah itu Utsman bin Affan menikahinya di Makkah. Hati Ruqayyah pun berseri-seri dengan pernikahannya ini, karena Utsman adalah seorang Muslim yang beriman teguh, berbudi luhur, tampan, kaya raya, dan dari golongan bangsawan Quraisy.
Setelah pernikahan itu, penderitaan kaum Muslimin bertambah berat, dengan tekanan dan penindasan kaum kafir Quraisy. Ketika penderitaan kaum Muslimin bertambah berat, termasuk keluarga Rasululah, maka dengan berat hati Nabi mengizinkan Utsman beserta keluarganya dan beberapa Muslim lainnya untuk berhijrah ke negeri Habasyah.
Rombongan muhajirin ke Habasyah ini membawa 11 orang wanita. Ini berarti bahwa wanita Muslim adalah bagian dari dakwah dan jihad di jalan Allah SWT. Mereka meninggalkan kesenangan hidup berupa harta, anak dan keluarga serta negeri demi Allah.
Anas bin Malik meriwayatkan, Utsman bin Affan keluar bersama istrinya, Ruqayyah, putri Rasulullah SAW menuju negeri Habasyah. Lama Rasulullah SAW tidak mendengar kabar kedua orang itu. Kemudian datang seorang wanita Quraisy berkata, "Wahai Muhammad, aku telah melihat menantumu bersama istrinya."
Nabi SAW bertanya, "Bagaimanakah keadaan mereka ketika kau lihat?"
Wanita itu menjawab, "Dia telah membawa istrinya ke atas seekor keledai yang berjalan perlahan, sementara ia memegang kendalinya."
Maka Rasulullah SAW bersabda, "Allah menemani keduanya. Sesungguhnya Utsman adalah laki-laki pertama yang hijrah membawa istrinya sesudah Luth AS."
Setibanya di Habasyah, mereka memperoleh perlakuan yang sangat baik dari Raja Habasyah. Mereka hidup tenang dan tenteram, hingga datanglah berita bahwa keadaan kaum Muslimin di Makkah telah aman.
Mendengar berita tersebut, disertai kerinduan kepada kampung halaman, maka Utsman memutuskan bahwa kafilah Muslimin yang dipimpinnya itu akan kembali lagi ke Makkah. Mereka pun kembali. Namun apa yang dijumpai berbeda dengan apa yang mereka dengar ketika di Habasyah.
Pada masa itu, mereka menyaksikan keadaan kaum Muslimin yang mendapatkan penderitaan lebih parah lagi. Pembantaian dan penyiksaan atas umat Islam semakin meningkat. Sehingga rombongan ini tidak berani memasuki Makkah pada siang hari. Ketika malam telah menyelimuti kota Makkah, barulah mereka mengunjungi rumah masing-masing yang dirasa aman.
Ruqayyah pun pulang ke rumahnya, melepas rindu terhadap orang tua dan saudara-saudaranya. Namun ternyata ibunya, Khadijah, telah wafat. Ruqayyah dilanda kesedihan yang sangat mendalam. Tak lama kemudian, kaum Muslimin kembali hijrah ke Madinah. Ruqayyah juga ikut hijrah bersama suaminya, Utsman, sehingga dia menjadi wanita yang hijrah dua kali.
Tak berapa lama setelah mereka tinggal di Madinah, bergema seruan Perang Badar. Para sahabat bersiap-siap untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Namun bersamaan dengan itu, Ruqayyah binti Rasulullah SAW diserang sakit. Rasulullah pun memerintahkan Utsman bin Affan untuk tetap tinggal menemani dan merawat istrinya.
Namun maut menjemput Ruqayyah ketika Rasulullah SAW masih berada di medan Badar. Ruqayyah wafat pada bulan Ramadhan tahun kedua Hijrah. Kemudian berita wafatnya Ruqayyah ini dikabarkan oleh Zaid bin Haritsah ke Badar. Pada saat wafatnya Ruqayyah, Rasulullah SAW berkata, "Bergabunglah dengan pendahulu kita, Utsman bin Maz’un."
Menjelang pemakaman Ruqayyah, kaum Muslimin di Badar meraih kemenangan. Berita kemenangan kaum Muslimin ini dibawa pula oleh Zaid bin Haritsah. Ketika memasuki ke kota Madinah, Rasulullah disambut dengan berita pemakaman Ruqayyah.
Ketika Ruqayyah wafat banyak wanita di Madinah menangis sedih, sehingga membuat Umar bin Al-Khathab mengambil cemetinya untuk menghentikan tangisan mereka.
Namun Rasulullah SAW mengambil cemeti yang ada di tangan Umar, seraya bersabda, "Wahai Umar, biarkanlah mereka menangis. Tetapi hati-hatilah dengan bisikan syetan. Yang datang dari hati dan mata adalah dari Allah dan merupakan rahmat. Yang datang dari tangan dan lidah adalah dari syetan."
Fathimah, adik Ruqayyah, duduk di bibir liang kubur kakaknya di samping Rasulullah SAW dan menangis. Melihat putrinya menangis, Rasulullah mengusap air mata Fathimah yang menetes dengan ujung pakaian beliau.
Anas bin Malik bertutur, "Kami melihat prosesi pemakaman Ruqayyah binti Rasulullah SAW. Beliau duduk di atas kuburannya, kemudian kulihat kedua matanya berlinang air mata. Kemudian beliau bertanya, 'Apakah ada salah seorang di antara kalian yang tidak melakukan hubungan suami istri semalam?' Abu Talhah menjawab, 'Saya.' Lalu, Rasulullah SAW berkata, 'Turunlah ke liang kuburnya.' Kemudian Abu Thalhah turun ke liang kuburnya."
Sumber:
Republika
A'lamu An-Nisa
-dipi-