Bukan Musik Melayu Biasa ala Semakbelukar

digilive

New member
Cover+Vinyl+7+inc+(Photo+by+Obay+Minoral).jpg


Agak sedikit disayangkan memang keputusan dari bubarnya grup folk asal Palembang, Semakbelukar. Dalam mengusung musiknya, mereka lebih memilih folk tradisional asal negerinya sendiri, yaitu Melayu dibandingkan seperti kebanyakan musisi folk yang lebih berkiblat ke barat ataupun timur seperti Asia Selatan yang juga lebih dikenal di masyarakat karena seringnya dilakukan pengkolaborasian dengan musik pop. Istilah musik Melayu memang akhir-akhir ini memiliki stigma yang memiliki kecenderungan pada musik-musik Pop 'Melayu' yang populer di masyarakat Indonesia, namun, musik yang dibawakan oleh Semakbelukar adalah bentuk 'murni' (meskipun kata 'murni' tidak bisa digunakan dalam konteks kebudayaan dan kesenian, dimana segalanya terus berkembang) dari musik Melayu itu sendiri, dimana tidak ada penggabungan unsur-unsur musik lain di dalamnya, cenderung ke arah tradisional Melayu, tersusun atas instrumen mandolin, rebana, gendang, gong, dan akordeon dengan lirik khas syair-syair bernas yang sarat makna. Motif Semakbelukar dalam memilih musik Melayu ini dilatarbelakangi dengan perlawanan atas musik alternatif yang juga pernah mereka mainkan yang menurut mereka sudah tidak sejalan dengan idealisme mereka. Grup ini juga sempat merilis beberapa album dan single sebelum mereka membubarkan diri pada awal Desember 2013. Album terakhir dari Semakbelukar dirilis pada tahun 2013 bertajuk "Semakbelukar" yang mungkin ditujukan sebagai suatu pernyataan perpisahan dari grup ini, sehingga patut untuk 'dikorek' isi dari album final Semakbelukar ini.

Pada track pertama "Seloka Beruk" layaknya sebuah tamparan sarkasme atas keadaan sosial kehidupan di negara ini dimana 'beruk' yang adalah sejenis monyet dilambangkan sebagai orang yang tidak baik yang bisa menjadi seorang pemimpin yang dalam kepemimpinannya, si pemimpin ini menggunakan kekuasaannya untuk memuaskan segala kebutuhannya. Melodi meliuk-liuk yang dinyanikan dengan penuh perasaan dijadikan rangka tema musikal dari track ke-2, "Celaka." Akordeon mendominasi groove-groove pada "Kalimat Satu" yang juga tidak kalah dalam segi emosi dalam pembawaannya. Nada-nada lebih riang bisa dirasakan pada "Merujuk Damai," mungkin didasari oleh motif kontekstual lirik dan tema dari lagu. Lirik-lirik yang sarat nasihat dalam "Berlayar di Daratan" menggambarkan kehidupan manusia yang seperti 'bahtera yang berlayar di daratan' yaitu kehidupan manusia yang lupa akan arahan spiritual. "Dendang Lalai" membawa keriangan yang sebelumnya sudah diangkat oleh "Merujuk Damai" ke level selanjutnya, dimana pada "Dendan Lalai" keriangan 'dikendarai' oleh paduan perkusi bertempo cepat. "Pena Tak Bertinta" menceritakan mengenai seorang yang menjalin hubungan namun berujung sia-sia akibat dari absennya esensi dari suatu hubungan, yakni cinta. Optimisme dan nasihat dalam menjalani kehidupan dengan ikhlas dan perlahan dijadikan tema dari lagu "Perlahan Tapi Pasti" yang dijadikan sebagai penutup album EP ini.

Kini Semakbelukar juga mendistribusikan katalog albumnya dalam bentuk digital streaming melalui Digibeat, dimana aplikasi ini bisa didownload secara gratis di Google Play Store.
 
Back
Top